Perekonomian Sultra juga tumbuh positif pada triwulan I 2024. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Sultra tumbuh sebesar 5,65 persen year on year (yoy).
BPS Sultra merinci pertumbuhan ekonomi terjadi, pada sebagian besar lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan salah satunya adalah industri pengolahan (pertambangan) sebesar 21,72 persen.
Kemudian, sektor pertambangan masih mendominasi pertumbuhan ekonomi daerah. Kontribusinya sebesar 21,72 persen. Selain pertambangan, sektor yang mengalami pertumbuhan signifikan yakni administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 18,12 persen serta jasa perusahaan sebesar 11,51 persen.
Sementara itu, sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, memiliki peran dominan mengalami pertumbuhan sebesar 0,98 persen. Sedangkan, satusatunya lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan adalah Pengadaan Air sebesar 0,42 persen.
Sebelumnya, Pakar Ekonomi Sultra, Prof Nurwati mengungkapkan, kinerja positif ekonomi Sultra ditopang berbagai sektor ekonomi, seperti pertambangan, perikanan dan sektor pertanian.
Prof Nurwati menjelaskan, pada sektor pertambangan, Sultra diuntungkan dengan menggeliatnya aktivitas pertambangan. Geliat pertambangan lanjut dia, mampu merangsang geliat perekonomian lainnya, baik sektor jasa maupun perdagangan.
“Sektor pertambangan, sangat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Pasalnya, pertambangan mendukung kinerja neraca perdagangan kita, karena semakin banyak ekspor. Itulah yang mendukung perekonomian Sultra bisa tumbuh sebesar 5 persen,” ungkap Prof Nurwati.
Sementara pada sektor perikanan, kata Prof Nurwati, Sultra diuntungkan dengan kekayaan bawah laut yang melimpah. Sultra terkenal dengan komoditi laut yang berpotensi ekspor seperti ikan (termasuk gurita) dan udang (termasuk lobster).
“Komoditi jenis ikan dan udang sangat banyak diminati konsumen di luar negeri. Sehingga, jenis komoditi ini paling banyak diekspor. Buktinya komoditas tersebut pada 2023, nilai ekspornya bisa mencapai hingga 2 juta dollar,” bebernya.
Sementara pada sektor pertanian, Sultra didukung dengan keberadaan lahan pertanian yang subur. Lahan pertanian yang ada, dimanfaatkan masyarakat untuk menanam sayuran dan padi.
“Meski hasil pertanian yang ada tidak sampai diekspor, akan tetapi hasilnya bisa dimanfaatkan untuk menjaga ketahanan pangan daerah. Sehingga, tidak perlu mengimpor dari luar,” jelasnya. Lebih jauh Prof Nurwati menjelaskan, lahan pertanian, terutama persawahan di Sultra cukup luas. Misalnya, persawahan di Konawe, Koltim (Kolaka Timur), Kolaka dan Konsel (Konawe Selatan).
“Beras yang dihasilkan, mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan menjaga ketersediaannya. Kondisi ini mampu mendukung perekonomian daerah,” tambahnya.
Prof Nurwati tak menampik, jika saat ini perekonomian juga dipengaruhi faktor lain, seperti kondisi politik secara global, pemilu, dan isu munculnya kembali Covid-19.
“Hal tersebut harus dihadapi bersama dengan penuh rasa optimis, bahwa Indonesia khususnya Sultra, bisa kuat karena berbagai sektor perekonomian yang potensial,” imbuhnya. (b/ rah/ag