KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kewirausahaan Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) yang beranggotakan Difa Novia ( Prodi Kimia), Vietran Deljan Puala (Prodi Teknik Geologi) dan Pitriani (Prodi Kimia) berhasil lolos pada Pendanaan Kemendikbudristek 2024 dengan judul Inovasi Biodegradable Baby Teether Stimulant Toy Berbahan Dasar De Sago Crosslinking Kitosan Sebagai Mainan Perangsang Tumbuh Gigi bebas BPA.
Ketua Tim PKM, Difa Novia mengatakan dari ribuan proposal, PKM Unsultra berhasil lolos seleksi dan mendapat pendanaan dari Kemendikbudristekdikti. Tentunya dirinya tidak pernah menyangka akan lolos dalam program kompetisi di bidang ilmiah yang penuh persaingan ini karena bisa dibilang masih mahasiswa baru. "Rasanya sangat senang sekali bisa lolos kegiatan PKM itu karena mendapatkan pengalaman baru yang tidak saya dapatkan di bangku SMA dan menjadi awal membuat inovasi untuk berkontribusi pada penyelesaian permasalahan di tengah-tengah masyarakat," ujarnya.
Difa Novia menjelaskan, malah satu momen pertumbuhan gigi pada bayi merupakan momen yang menggembirakan bagi orangtua. Pada rentang usia 5 hingga 12 bulan, kebanyakan bayi akan mengalami erupsi gigi pertama kali, sehingga sering muncul rasa tidak nyaman disekitar gusinya yang membuatnya ingin selalu menggigit atau mengemut sesuatu. Saat itulah bayi menyukai sesuatu yang keras untuk digigit, sehingga memberikan teether adalah pilihan sebagian ibu sebagai solusi instan. Mainan teether pada bayi banyak ada yang terbuat dari bahan plastik yang umumnya mengandung Bisphenol A (BPA). Penggunaan mainan teether pada bayi terbuat dari plastik mengandung BPA akan memberikan peluang paparan bahan kimia khususnya BPA, oleh karena itu pemilihan teether pada bayi harus terbuat dari bahan yang aman tidak mengandung bahan berbahaya seperti BPA dan PVC.
"Ada studi merekomendasikan bahwa salah satu cara untuk mengurangi resiko paparan BPA pada bayi yaitu dengan mengganti mainan baby teether dari plastic dengan bahan alami. Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah dengan menciptakan produk mainan baby teether dari bioplastik yang aman bagi bayi bebas BPA dan mudah terdegradasi di lingkungan," jelasnya.
Hal ini membuatnya , tertarik mengembangkan mainan baby teether berbasis sumber daya alam lokal di Sulawesi Tenggara yaitu pemanfaatan limbah sagu. Limbah sagu jika dibiarkan atau dibuang begitu saja ke sungai justru dapat mencemari air sehingga menurunkan kualitas air dan menimbulkan bau yang tidak sedap di sekitar tempat pengolahan sagu. "Limbah sagu jika diolah lebih lanjut dengan kandungan selulosa potensial dimanfaatkan sebagai mainan teether pengganti mainan plastik. Namun selulosa pada limbah sagu tidak memiliki sifat antibakteri dan antioksidan, sehingga diperlukan bahan tambahan untuk meningkatkan meningkatkan kemampuan bioplastik dalam mencegah kerusakan," tuturnya.
Ia menambahkan, bahwa salah satu bahan yang mempunyai kemampuan menjadi bahan antibakteri adalah kitosan. Kitosan mampu menghambat aktivitas mikroba atau dengan kata lain memiliki sifat antibakteri. Salah satu sumber kitosan potensial adalah kulit udang. Dasar pemikiran inilah kami merumuskan gagasan kreatif memanfaatkan limbah sagu dan kitosan dari kulit udang dijadikan mainan teether pengganti mainan plastik yang kami usulkan ke Kemendikbudristek.
"Semoga dengan adanya kegiatan PKM ini bisa menjadikan mahasiswa selalu aktif menulis dan melakukan kajian serta mengembangkan potensi yang ada. Selain itu, kami bersyukur memiliki pembimbing yang luar biasa, terimakasih kepada dosen kami Wd Syafitri Salsabila, S.Si., M.Si., yang telah banyak meluangkan waktu, membantu dan memberi semangat kepada kami. Demikian pula terimakasih banyak atas dukungan dan motivasi yang tiada henti dari pimpinan Universitas dan dosen-dosen," tandasnya. (win/b)