Alumni UHO Mengajardi Harvard University

  • Bagikan
Novi Alviana, alumni Universitas Halu Oleo (UHO).(DOK PRIBADI)
Novi Alviana, alumni Universitas Halu Oleo (UHO).(DOK PRIBADI)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Novi Alviana, alumni Universitas Halu Oleo (UHO) mulai mengajar di Harvard University, pada Agustus ini. la akan mengajar selama dua semester sampai pada Mei 2025. Novi merupakan alumni UHO tahun 2015 dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris yang mendapat kesempatan mengajar Bahasa Indonesia melalui program Fulbright FLTA (Foreign Language Teaching Assistant).

Program Fulbright FLTA adalah beasiswa non gelar yang diperuntukkan bagi cendekiawan Indonesia untuk membuka kesempatan bertukar kebudayaan dengan mahasiswa di Amerika Serikat. Menurut Novi, bukan hanya Harvard yang menjadi tempat untuk pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing. Terdapat sekitar sepuluh universitas lain di Amerika Serikat seperti Columbia University, University of Pennsylvania, dan Yale University.

Untuk dapat sampai ke pencapaian ini, menurutnya, modal yang sangat perlu dipersiapkan mahasiswa atau alumni agar dapat bersaing di kancah internasional adalah pengalaman dan relasi internasional. Kedua hal ini bisa didapatkan melalui program pertukaran mahasiswa atau melalui komunitas lain di luar kampus. "Biasanya ada pula komunitas internal kampus yang menyediakan relasi dan jejaring dengan mahasiswa asing di luar," kata Novi.

Satu di antaranya adalah SEA-Teacher (Southeast Asia Teacher). Ia mengakui, saat berkuliah program SEA-Teacher belum ada. Namun ia menilai program ini dapat dimanfaatkan untuk menjadi jembatan berkarir di dunia internasional.

Modal berikutnya yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan berbahasa asing atau bahasa Inggris. Keahlian ini bisa dipertajam dengan metode belajar daring atau yang luring.

"Jangan takut untuk mengikuti tes kemampuan bahasa Inggris seperti TOEFL ITP (Test of English as a Foreign Language Institutional Testing Program) atau IELTS (International English Language Testing System)," tambahnya.

Meskipun ia mengakui, untuk mengikuti tes ini, biayanya tidak murah. Namun itu harus dilakukan untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris yang sudah dimiliki. Salah satu caranya dengan menyisihkan uang jajan atau berhemat untuk kebutuhan-kebutuhan yang tidak terlalu penting. Cara lain yang juga dapat ditempuh adalah dengan menjadi freelancer untuk mendapatkan kecukupan dana. "Jika masih terkendala dana dan ingin mengikuti tes dengan biaya yang lebih terjangkau, Duolingo English Test dapat menjadi pilihan," ungkapnya.

Membangun jejaring dan berani mengikuti kegiatan di level internasional, merupakan kata kunci yang terus menerus ia tekankan. Mahasiswa harus berinisiatif dalam mengambil peran dan meraih kesempatan di level dunia.

Belajar bahasa Inggris lebih aktif melalui platform digital atau membangun komunitas sesama mahasiswa yang memiliki minat dan mimpi yang sama. Novi berbagi pengalamannya bersama teman-teman seangkatan dalam membentuk dan terlibat dalam Speaking Club.

Di setiap minggu mereka berkumpul di titik-titik tertentu di sekitar Tugu UHO. Di sana mereka saling berbagi pengalaman dan berdiskusi dengan menggunakan bahasa Inggris. Kegiatan positif seperti ini diyakininya sangat membantu mahasiswa dalam mengambangkan kemampuan berbahasa asing mereka. (rls/win)

  • Bagikan

Exit mobile version