KENDARIPOS.COID. - SMPN 2 Kendari dibawah pimpinan Abdul Wahid, S.Pd.,M. Pd., sejak tahun 2023 menyatakan kesiapannya menjadi sekolah inklusif juga sebagai pilot project di kota Kendari. Hingga saat ini, total siswa yang memiliki kebutuhan khusus di sekolah tersebut kurang lebih 19 orang. Kepala SMPN 2 Kendari, Abdul Wahid, S.Pd., M.Pd., mengatakan “Sebagai pilot project, SMPN 2 Kendari bekerjasama dengan rumpun perempuan Sulawesi Tenggara (Sultra), yayasan bakti dan pemerintah Australia. Dalam pelaksanaan sekolah inklusif, SMPN 2 Kendari harus melakukan penyederhanaan kurikulum. Dimana kurikulum ini dikemas agar kurikulum tersebut juga pro terhadap siswa berkebutuhan khusus,” ujarnya.
Abdul Wahid menjelaskan, bahwa pada tahun 2023 juga pihaknya menerima peserta didik baru yang benar-benar mengakomodir anak-anak yang berkebutuhan khusus. “Jadi ada kuota 5 persen untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus. Setelah penerimaan, kami juga melakukan tes diagnostik kognitif dan tes diagnostik non kognitif. Di tes inilah kita memetakan mana anak-anak yang berkebutuhan khusus. Kebutuhan khusus bukan hanya berbicara pada cacat fisik atau ketidak normalan dalam berfikir. Tetapi kebutuhan khusus itu luas, dimana anak-anak yang mengalami kekerasan pun itu bisa disebut anak yang inklusif. Sehingga kami berkomitmen bagaimana anak-anak yang berkebutuhan khusus ini mendapatkan layanan yang setara tanpa ada diskriminasi,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa baru-baru ini pihaknya mengadakan pembelian kacamata, yang sebelumnya dilakukan pemeriksaan ke optik Kendari yang dibiayai langsung oleh dana bos reguler sekolah.
“Kami juga mengadakan kursi roda, termasuk fasilitas sekolah untuk anak berkebutuhan khusus. Ini adalah salah satu bentuk layanan terhadap tumbuh kembang anak yang berkebutuhan khusus. Saat ini di sekolah kami belum ada guru pembimbing khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Mungkin ini dapat menjadi bahan masukan untuk pemerintah, bagaimana kemudian mengangkat guru pembimbing khusus,” ucapnya.
Untuk siswa-siswi berkebutuhan khusus yang diterima di SMPN 2 Kendari sebagai penyelenggara sekolah inklusif itu, bukan siswa yang notabene nya memiliki kebutuhan khusus parah. Karena kalau berkebutuhan khusus berat itu sudah masuk bagian di Sekolah Luar Biasa (SLB). “Di penyelenggaraan pendidikan inklusif yang diterima adalah siswa-siswi yang berkebutuhan khusus, tetapi tidak terganggu inteligensinya. Alhamdulillah siswa-siswi di SMPN 2 Kendari pun juga turut membantu temannya yang memiliki keterbatasan tersebut,” bebernya.
Selain itu, SMPN 2 Kendari juga merupakan salah satu sekolah penggerak yang ada di kota Kendari. Sebagai sekolah penggerak sekolah tersebut menerapkan kurikulum merdeka secara utuh dan dibiayai oleh pusat. “Dalam struktur sekolah penggerak ada yang namanya intra kurikuler dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Dalam pelaksanaan P5 itu semua siswa harus terlibat tanpa terkecuali siswa yang berkebutuhan khusus. Dengan begitu mereka akan merasa tidak ada diskriminasi dalam kegiatan tersebut,” ungkapnya.
Ia menambahkan, bahwa akhir tahun ini, SMPN 2 Kendari di janji akan melakukan study tour ke Yogyakarta. “Kami dijanjikan oleh pemerintah Australia, yayasan bakti dan rumpun perempuan Sultra akan melakukan study tour ke Yogyakarta, hanya memang kami guru-guru akan menanggung transport, namun akomodasi selama kegiatan study tour itu ditanggung. Dengan adanya kegiatan tersebut, nantinya kita akan mencoba melakukan perbandingan pelaksanaan sekolah inklusif sekolah yang ada di Yogyakarta dan di SMPN 2 Kendari. Sehingga kita juga bisa mendapatkan ilmu baru terkait penerapan sekolah inklusif,” tutupnya. (win/b)