Adu Hebat Strategi Aktor Belakang Layar

  • Bagikan

--Pengamat: Politik Endorse Menguat di Pilwali Kendari

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Pemilihan Wali (Pilwali) Kota Kendari 2024, tak hanya menjadi ajang pertarungan (kontestasi) antar kandidat. Lebih dari itu, juga menjadi arena adu hebat strategi para aktor belakang layar, yang menjadi back up (supporting) calon kepala daerah.

Pertarungan strategi paling nyata dan menarik dari para aktor intelektual belakang layar ini, terjadi di Pilwali Kota Kendari. Sebab, mereka adalah tokoh-tokoh penting dan sangat berpengalaman dalam percaturan politik di Sulawesi Tenggara (Sultra).

Beberapa nama kandidat yang sudah menyatakan maju di Pilwali Kendari dan aktor hebat di belakangnya. Pertama, Bakal Calon Wali Kota Kendari, Siska Karina Imran (SKI). Mantan Wakil Wali Kota Kendari ini, punya dua figur penting di belakangnya. Tokoh Pertama adalah Adriatma Dwi Putra (ADP), yang merupakan suami dari Siska Karina Imran. ADP adalah politisi muda yang merupakan Wali Kota Kendari Periode 2017-2022.

Kedua, ada figur Ir Asrun, mertua Siska Karina Imran. Ir Asrun juga Wali Kota Kendari Periode 2007-2012 dan 2012- 2017. Dengan pengalaman keduanya sebagai mantan Wali Kota Kendari, sehingga sudah bisa memetakan situasi politik di Kota Lulo.

Pengalaman, pengaruh, dan basis massa ADP dan Asrun bisa menguntungkan Siska Karina Imran dalam Pilwali Kendari 2024. Tentu saja, masih banyak figur lain yang tak kalah penting di sekeliling Siska Karina Imran dan tandemnya Sudirman.

Kandidat kedua yang sudah menyatakan kesiapan maju Pilwali Kendari adalah Yudhianto Mahardika Anton Timbang. Politisi muda yang saat ini menjadi anggota DPRD Sultra, punya figur (tokoh) penting dan hebat di belakangnya. Tokoh penting tersebut salah satunya adalah Anton Timbang. Dia adalah ayah dari Yudhianto Mahardika.

Anton Timbang bukan tokoh biasa. Dia saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sultra. Juga menduduki posisi strategis sebagai Koordinator Satgas Percepatan Investasi Wilayah Sulawesi.

Meski Anton Timbang banyak berkutat di dunia bisnis, namun pengalaman politiknya tak bisa dipandang enteng. Sebab, dia pernah menjabat sebagai Ketua DPD Gerindra Sultra. Lebih hebatnya lagi, saat Pilpres 2024 ini, Anton Timbang menjabat sebagai Ketua Umum (Ketum) Relawan Pedagang Indonesia Maju (Rapim) Indonesia, yang turut berkontribusi besar atas kemenangan pasangan Prabowo-Gibran.

Kandidat ketiga yang juga sudah menyatakan siap maju Pilwali adalah Aksan Jaya Putra (AJP). Politisi Golkar ini, bukanlah nama asing bagi masyarakat Kota Kendari. Dia sudah dua periode terpilih sebagai anggota DPRD Sultra dapil Kota Kendari.

Meski sudah teruji dan matang secara politik, namun dia tetap mendapat dukungan dari beberapa tokoh penting. Salah satunya adalah sang ayah, Surunuddin Dangga, yang saat ini menjabat sebagai Bupati Konawe Selatan (Konsel).

Pengalaman Surunuddin Dangga dua periode maju di Pilkada Konsel dan memenangkan kompetisi, bisa menjadi modal bagi AJP untuk mengkopy strateginya. Meski beda kontur politik, tapi tetap bisa menjadi “suntikan” semangat bagi AJP untuk memenangkan Pilwali.

Kandidat ke empat yang sudah siap maju Pilwali adalah Sitya Giona Nur Alam. Sama halnya kandidat lain, Giona juga punya mentor politik yang tak kalah hebat. Dia adalah Nur Alam, Gubernur Sultra Periode 2008-2013 dan 2013-2018.

Sebagai mantan Gubernur Sultra dua periode, tentu saja Nur Alam sudah sangat hafal kondisi politik di daerah ini. Termasuk di Kota Kendari. Pengalaman itu, akan menjadi modal penting dalam meramu strategi untuk memenangkan Pilwali Kendari.

Pengamat Politik Sultra, Dr. Muh Najib Husain membenarkan analisa tersebut. Menurutnya, Pilwali Kendari bukan hanya menjadi ajang pertarungan kandidat semata, tapi juga para tokoh besar di belakang mereka.

“Ini akan sangat menarik. Menjadi ajang adu strategi dari para tokoh politik yang berpengalaman,” ungkap Muh Najib Husain kepada Kendari Pos, Minggu (14/7/2024).

PUNYA BASIS MASSA, PENGARUHI PEMILIH

Keberadaan tokoh besar di belakang para kandidat tersebut, lanjut Muh Najib Husain, punya kans mempengaruhi pemilih. Sebab, mereka punya basis massa. Sehingga, membuka peluang memenangkan Pilwali.

Lebih jauh Najib menjelaskan, Pilwali Kendari mirip dengan pemilihan Presiden 14 Februari 2024. Terjadi fenomena politik endors. Para kandidat didampingi kekuatan tokoh besar di balik layar, dan itu menjadi salah satu instrumen penunjang, untuk mendapatkan dukungan pemilih.

“Strategi ini sangat jelas dibaca dari gerakan para kandidat di Pilwali. Misalnya, Siska Karina Imran ada ayah mertuanya Ir Asrun dan sang suami, Adriatma Dwi Putra. Kemudian, Yudhianto Mahardika, ada ayahnya Anton Timbang. Giona ada ayahnya Nur Alam. Dan Aksan Jaya Putra (AJP) juga ada ayahnya Surunuddin Dangga,” jelasnya.

“Strategi ini bermuara, untuk memperoleh dukungan pemilih yang loyal kepada tokoh-tokoh yang ada dibelakang para kandidat tersebut,” sambungnya.

Tanpa mengecilkan kualitas dan kemampuan para kandidat yang maju Pilwali, kata Najib, namun tetap saja, kekuatan popularitas ataupun pengaruh orang besar di belakang layar, menjadikan mereka lebih mudah dan cepat dikenal masyarakat.

PEMILIH KENDARI HETEROGEN, BUTUH WAKIL YANG TEPAT

Najib Husain menambahkan, pemilih di Kota Kendari sangat heterogen. Dengan tiga etnis besar yakni Muna, Tolaki dan Bugis. Situasi ini membuat kekuatan politik endors, tidak bisa dijadikan kekuatan tunggal oleh para kandidat.

“Butuh calon wakil yang tepat. Mesti ada konfigurasi keterwakilan etnis untuk disandingkan menjadi 02,” ujarnya.

Misalnya, Giona berpasangan dengan Subhan yang berasal dari kepulauan (Buton), Siska menggandeng Sudirman yang notabene beretnis Bugis. Lalu Aksan Jaya Putra yang meminang Andi Sulolipu keterwakilan Bugis, dan Yudhianto Mahardika bersama Nirna Lachmuddin yang merupakan perwakilan Tolaki.

“Fenomena tersebut, bentuk perwakilan kandidat politik yang memahami atau membaca suasana karakter pemilih yang heterogen dengan tujuan, memperoleh dukungan dari berbagai kalangan masyarakat. Beda halnya dengan Pilwali 2017 yang mengandalkan geo politik, Pilwali 2024 ini menggunakan strategi endors politik. Sejatinya, ini menambah komposisi kekuatan untuk menjemput kemenangan,” terangnya.

Dari akumulasi kandidat tokoh politik yang berada di belakang para kandidat, lanjut dia, ada beberapa figur yang beririsan. Hal itu disebabkan beberapa figur 01 berada pada etnis yang sama, seperti Giona, AJP, dan Siska samasama berasal dari etnis Tolaki. Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan pecahnya suara pemilih dari etnis Tolaki atau tidak berpadu fokus satu figur.

Untuk menutupi situasi itu, maka menggandeng wakil dari etnis Bugis, Buton, maupun Muna, menjadi alternatif sentral untuk membesarkan komposisi kekuatan. Makanya ketepatan memilih wakil sangat krusial, jika tidak maka bisa menjadi bumerang atau melemahkan kekuatan yang telah ditata.

“11 Kecamatan di Kota Kendari cukup sulit dideteksi basis siapa yang unggul. Semua masih saling klaim. Dan dari semua figur yang ada, terkadang menjadi penentu adalah suara etnis Muna. Siapa yang merebut kekuatan ini, potensi besar kemenangan diraih,” urai Dr. Najib.

Beberapa tokoh Muna yang muncul, ada nama Abdul Rahman yang berjuang mendapatkan Partai Demokrat (4 kursi). Juga ada nama Abdul Razak yang ingin meraih dukungan partai besutan Agus Harimurti Yudhoyono itu. Dan saat ini, baru tiga pasangan yang telah mendapatkan rekomendasi yakni Siska-Sudirman (NasDem 5 kursi dan PAN 4 kursi), AJP-Andi Sulolipu (PPP 1 kursi), serta Giona-Subhan (PKS 6 kursi). Adapun pasangan Yudhi-Nirna masih menunggu SK resmi dari Gerindra dan PDIP.

“Untuk Giona, masih butuh tambahan supaya menenuhi syarat mendaftar di KPU 27 Agustus 2024. Sementara Yudhianto Mahardika digadang-gadang bakal diusung Gerindra 2 kursi dan PDIP 5 kursi,” tandas Dr. Najib. (b/ali/ing)

  • Bagikan