Pj Bupati Parinringi Jemput Aspirasi di Siompu

  • Bagikan
KUNJUNGAN: Pj Bupati Buton Selatan (Busel), Parinringi (berdiri) menjemput aspirasi sekaligus memenuhi undangan warga Siompu yang menggelar pesta adat Mata’u’a Sabtu (5/7/2024). Tampak dia sedang memberikan sambutan. (Elyn/Kendari Pos)
KUNJUNGAN: Pj Bupati Buton Selatan (Busel), Parinringi (berdiri) menjemput aspirasi sekaligus memenuhi undangan warga Siompu yang menggelar pesta adat Mata’u’a Sabtu (5/7/2024). Tampak dia sedang memberikan sambutan. (Elyn/Kendari Pos)

-- Puji Tradisi Meta’u’a dan Sambutan Hangat Warga

KENDAROIPOS.CO.ID - Penjabat (Pj) Bupati Buton Selatan (Busel), Parinringi menembus terjangan ombak perairan Batauga-Siompu. Dengan menggunakan perahu speed, Parinringi bersama Penjabat (Pj) Ketua PKK Iffah Insyirah Parinringi, menyeberangi pulau Siompu. Keduanya menjemput aspirasi sekaligus memenuhi undangan warga Siompu yang menggelar pesta adat Mata’u’a Sabtu (5/7/2024) lalu.

P a r i n r i n g i yang diundang pukul 09.00 Wita sengaja datang lebih awal. Pukul 07.15 wita Ia sudah berada di pulau yang pupuler dengan kemilau mata biru itu. Katanya, Ia ingin sekaligus berbincang ringan dengan masyarakat, melihat tenunan khas, dan potensi Wisata Siompu.

Parinringi kemudian disambut ritual adat yang sakral. Ia dan istri dibaluti jubah, pakaian adat bak raja dan ratu lalu didoakan untuk diberkahi kesehatan dan keselamatan selama berada di Buton Selatan.

Usai acara penyambutan itu, Parinringi menuju baruga utama, lokasi puncak pesta adat Mata’u’a dengan berjalan kaki sekitar 200 meter. Sementara di sisi jalan, telah dipenuhi warga yang ingin melihat langsung wajah pemimpinnya itu.

“Saya sudah keliling di Jazirah Sultra, bahkan sudah jadi penjabat bupati di tiga daerah, Konawe, Kolut dan sekarang di Kepulauan, sambutan dengan seremonial yang diberikan warga Siompu inilah yang paling berkesan. Bagi saya, ini tak ternilai harganya,” ungkap Parinringi.

Parinringi menyebut, pesta adat Mata’u’a yang rutin digelar warga Siompu setiap tahun adalah sebuah kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Pemkab Busel pun kata dia, sudah mendaftarkan ivent itu dalam kalander invent pariwisata nasional.

“Inilah bentuk dorongan dan dukungan Pemkab untuk ivent-ivent seperti ini. Ke depan kita anggarkan saja, supaya talang-talangnya ini Pemkab yang tanggung. Masyarakat jangan keluarkan uang lagi untuk patungan isi talang,” lanjut Parinringi yang disambut aplaus dari warga.

Kekayaan adat istiadat dan pariwisata Buton Selatan, umumnya dan pulau Siompu khususnya, diakui Parinringi punya ciri khas yang bisa dijual, bukan hanya di tingkat nasional tapi internasional.

“Bule-bule (turis asing) suka pemandangan alam dan acara-acara adat seperti ini. Tinggal kita kemas dalam ivent. Kita tingkatkan promosi, itu yang penting. Gimana orang mau datang kalau belum tau apa yang ada disini,” jelasnya.

Lebih jauh Parinringi juga langsung mengatensi harapan warga, yang disuarakan tokoh adat pada kesempatan itu. Baruga Binawakili diplafon tahun 2025 mendatang.

“Kebetulan ada Kepala Bappeda disini, dan putra daerah Siompu juga. Sehingga usulan plafon tadi, Insya Allah 2025 kita masukan,” janjinya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Buton Selatan yang juga pembina adat setempat menyampaikan terima kasihnya kepada Pj. Bupati Busel, berikut jajarannya yang menyempatkan diri hadir di tengah warga Siompu. Apalagi, bukan hanya seremoni adat yang diikuti, tetapi juga meninjau pengrajin tenun, mengunjungi objek wisata, dan meninjau lokasi rencana pembangunan SMA Negeri 2 Siompu.

“Ini membuktikan, bahwa pemimpin kita ini luar biasa. Konsep membangunnya terlihat jelas. Sehingga spontanitas warga yang menyiapkan seremoni Mata’u’ a dan penyambutan ini terbayar lunas. Puas kita pak,” ungkap anggota dewan dua periode itu.

Tradisi Meta’u’a yang digelar omasyarakat adat Binawakili (sebutan dari masyarakat adat Siompu, akroninim nama desa di Kecamatan Siompu) sendiri kata Pomali Womal, menjadi ajang silaturahmi bagi warga Siompu. Dimana, dihari puncak selalu menampilkan tarian ‘Fomani’ atau tarian perang.

Momentum inilah yang paling ditunggu-tunggu penonton. Sebab, merupakan refleksi bagaimana para prajurit berjuang mempertahankan wilayah kekuasaan kerajaan Buton di masa lalu. (b/lyn)

  • Bagikan

Exit mobile version