Teror “Gila” Aedes Aegypti

  • Bagikan
ILUSTRASI: FAHRI ASMIN/KENDARI POS
ILUSTRASI: FAHRI ASMIN/KENDARI POS

--Enam Bulan, 4.305 Warga Sultra Terkena DBD
--Kendari Terbanyak Korban Keganasan Aedes Aegypti

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra) dalam bayangbayang teror (ancaman serangan/gigitan) Aedes Aegypti. Nyamuk ganas pembawa virus dengue, penyebab penyakit demam berdarah ini, telah menyebabkan jatuhnya korban. Warga jatuh sakit terkena demam berdarah dengue (DBD). Bahkan, ada yang sampai kehilangan nyawa (meninggal).

Di Sultra, teror Aedes Aegypti sungguh “menggila”. Bayangkan saja, dalam enam bulan terakhir (Januari hingga Juni 2024 berdasarkan data Dinkes Sultra), jumlah korban akibat keganasan Aedes Aegypti mencapai 4.305 orang. Syukurnya mayoritas sembuh. Namun, ada 19 orang meninggal dunia.

Jumlah korban 4.305 orang tersebar di 17 kabupaten/kota di Sultra. Dari jumlah itu, Kota Kendari paling banyak warga terkena DBD. Jumlahnya mencapai 1.875 orang. Kemudian, disusul Konawe Selatan (Konsel) sebanyak 697 orang dan Kolaka 363 orang. Selebihnya lihat grafis.

Meski ada perbedaan data dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sultra, namun Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari, drg. Fauziah mengakui, kalau teror Aedes Aegypti membuat penderita DBD di Kendari meningkat.

Menurutnya, terjadi lonjakan kasus DBD di Kendari dalam dua tahun terakhir. Dia menyebut pada periode Januari-Desember 2023, tercatat hanya 219 kasus. Namun tahun ini, masih dalam kurun waktu enam bulan saja (Januari - Juni 2024) jumlah penderita DBD tercatat mencapai 276 orang.

Rinciannya, 265 pasien sembuh, 1 pasien masih dalam perawatan dan 10 pasien dinyatakan meninggal dunia. “Pasien DBD sekarang hanya tersisa satu kasus. Masih dirawat di Rumah Sakit Hati Mulia,” ungkap Fauziah kepada Kendari Pos, Jumat (5/7/2024).

Lanjut dia, peningkatan kasus demam berdarah dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Menurutnya, curah hujan yang tinggi menjadi momentum bagi nyamuk jenis Aedes Aegypti berkembang biak.

“Kalau musim hujan pasti banyak genangan air. Genangan ini menjadi habitat bagi nyamuk untuk berkembang biak,” jelasnya.

Oleh karena itu, ia menyarankan masyarakat untuk aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan atau dengan menerapkan gerakan 3M Plus. Yakni menguras dan menutup tempat penampungan air. Serta memanfaatkan barang bekas untuk didaur ulang.

“Sementara untuk plusnya, masyarakat bisa memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan lotion anti nyamuk, menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air. Serta memasang kelambu pada kamar agar terhindar dari gigitan nyamuk,” terangnya.

BERKEMBANG CEPAT DI MUSIM PANCAROBA

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kota Kendari, Ellfi menambahkan, peningkatan penyebaran penyakit DBD dipengaruhi perubahan musim (pancaroba). Kondisi tersebut sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk Andes Aegypti.

Menurut Ellfi, penyakit DBD mudah menular karena, kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Termasuk menerapkan 3M Plus.

Karena masuk kategori penyakit mematikan, ia menyarankan masyarakat yang merasakan gejala penyakit DBD, untuk segera datang ke Puskesmas atau layanan faskes terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.

“Penyakit ini bisa menyebabkan demam tinggi hingga 40 derajat celsius. Selain itu, beberapa gejala lainnya, antara lain sakit kepala, nyeri otot, tulang atau sendi, mual dan muntah. Ini harus mendapatkan pertolongan medis sebelum kondisinya (pasien) memburuk,” ungkapnya.

ADA GEJALA DBD, SEGERA PERIKSA KESEHATAN

Dalam masa peralihan musim atau pancaroba, ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) semakin mengkhawatirkan. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sultra, Hj. Usnia meminta masyarakat segera memeriksa kesehatan, jika mengalami gejala DBD.

“Selalu waspada dan segera laporkan jika ada gejala demam tinggi mendadak, nyeri otot, dan ruam pada kulit yang merupakan tanda-tanda awal DBD. Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, diharapkan angka kesembuhan dapat terus meningkat dan angka kematian dapat ditekan,” ungkap Hj Usnia.

Dia menambahkan, terlebih dalam musim pancaroba saat ini, masyarakat harus lebih waspada, mengingat seringkali menjadi periode kritis bagi peningkatan kasus DBD. Perubahan cuaca yang tidak menentu, dapat mempengaruhi siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti sebagai pembawa virus DBD.

“Peran aktif Dinkes se-Sultra dan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sangat penting. Membersihkan tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, seperti genangan air, kaleng bekas, dan tempat penampungan air, merupakan langkah pencegahan efektif,” terangnya.

Usnia berharap, kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, dapat meminimalisir kasus DBD. “Kita inginkan, kesehatan dan keselamatan warga Sultra tetap terjaga,” harapnya.

TINGKATKAN PELAYANAN KESEHATAN

Penjabat (Pj) Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto bersama jajaran, belum melakukan langkah nyata dalam upaya mereduksi kasus DBD di Bumi Anoa. Sejauh ini, Pemprov Sultra melalui Dinkes, hanya fokus fogging dan menggugah kesadaran masyarakat lewat imbauan hidup bersih.

Kendati begitu, barubaru ini, Andap telah menginstruksikan seluruh jajarannya, supaya siaga menyambut musim pancaroba. Termasuk mengantisipasi potensi meningkatnya kasus DBD.

“Untuk Dinas Kesehatan (Dinkes), persiapkan dengan baik penanganan penyakit di musim pancaroba ini. Tingkatkan pelayanan kesehatan masyarakat di semua level faskes,” ujarnya.

Andap juga mengimbau seluruh masyarakat, supaya meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kesehatan dengan baik. Sebab, perubahan cuaca ekstrem dapat menyebabkan daya tahan tubuh melemah, sehingga rentan terhadap penyakit. Terutama yang berkaitan dengan saluran pernapasan, seperti flu, pilek, dan batuk.

“Kita barus siap mengantisipasi dan memitigasi musim hujan dan kemarau. Dalam kondisi ini, berbagai penyakit dan bencana hidrometeorologi bisa terjadi,” imbuhnya. (b/rah/ags)

PENDERITA DBD DI SULTRA

4.305 orang:
4.282 orang Pasien Sembuh
4 orang Masih Dirawat
19 orang Orang Meninggal Dunia

BUTUH NYAMUK WOLBACHIA LAWAN AEDES AEGYPTI:
Wolbachia merupakan bakteri yang memiliki kemampuan menonaktifkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti

CARA KERJA WOLBACHIALUMPUHKAN VIRUS DENGUE
-Jika Aedes Aegypti jantan yang memiliki Wolbachia kawin dengan Aedes Aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok
-Jika nyamuk betina Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia, maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia. Ini sangat baik karena nyamuk sudah tidak memiliki virus dengue

10 Daerah Dengan Kasus DBD Tertinggi di Sultra:

1.Kendari
-Total 1.875 kasus
-1.858 orang sembuh
-4 orang masih dirawat
-13 orang meninggal dunia
2.Konsel
-Total 697 kasus
-693 orang sembuh
-4 orang meninggal
3.Kolaka
-Total 363 kasus
-Semua sembuh
4.Konawe
-Total 295 kasus
-294 orang sembuh
-1 meninggal
5.Koltim
-Total 196 kasus
-Semua sembuh
6.Muna
-Total 175 kasus
-Semua sembuh
7.Butur
-Total 112 kasus
-Semua sembuh
8.Baubau
-Total 96 kasus
-Semua sembuh
9.Buton
-Total 82 kasus
-Semua sembuh
10.Busel
-Total 82 kasus
-81 orang sembuh
-1 meninggal

DATA: PERIODE JANUARI-JUNI 2024 SUMBER: DINKES SULTRA

PENYEBAB DBD
Gigitan nyamuk Aedes Aegypti

GEJALA AWAL
-Demam tinggi secara mendadak
-Mencapai suhu di atas 38 derajat celsius
-Nyeri otot
-Nyeri sendi
-Nyeri area belakang bola mata
-Ruam pada kulit

PERTOLONGAN PERTAMA PENDERITA DBD
-Perbanyak minum air putih, minimal 2 liter per hari
-Kompres hangat
-Berikan obat pereda demam
Jika demam tinggi dalam 2-3 hari gejala semakin memburuk, maka segera bawa ke rumah sakit atau faskes terdekat

TIPS CEGAH DBD
-Intens menguras dan membersihkan tempat penampungan air
-Menutup tempat penampungan air
-Mendaur ulang barang bekas
-Menggunakan kelambu saat tidur
-Menanam tanaman pengusir nyamuk
-Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah
-Menggunakan anti nyamuk semprot maupun oles bila diperlukan

SUMBER DATA: DIOLAH KENDARI POS (DARI PEMAPARAN KEMENKES RI)

  • Bagikan

Exit mobile version