Anomali Cuaca di Musim Pancaroba

  • Bagikan
AWAN HUJAN : Langit Kota Kendari diselimuti awan hujan. Di awal Juli ini, curah hujan di Kendari meningkat. Curah hujan akan berangsur-angsur menurun seiring Kota Lulo memasuki musim kemara.(DOKUMEN KENDARI POS)
AWAN HUJAN : Langit Kota Kendari diselimuti awan hujan. Di awal Juli ini, curah hujan di Kendari meningkat. Curah hujan akan berangsur-angsur menurun seiring Kota Lulo memasuki musim kemara.(DOKUMEN KENDARI POS)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Cuaca di Kota Kendari dalam beberapa hari ini kurang bersahabat. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat mengguyur ibukota. Yang patut diwaspadai, hujan deras bisa disertai petir dan angin kencang.

Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Sugeng mengatakan sebagai wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) termasuk Kendari telah memasuki musim pancaroba. Hal ini ditandai dengan cuaca yang kerap berubah-ubah.

“Periode Juli ini, kira sudah masuk musim peralihan. Makanya, sering terjadi anomali cuaca. Di musim seperti ini, berpotensi terjadinya puting beliung, hujan disertai petir,” ujarnya kemarin.

Untuk mengantisipasi pohon tumbang lanjutnya, perlu dilakukan pemangkasan. Tidak hanya bagi pohon yang sudah tua, namun juga papan reklame yang kondisinya sudah kurang layak. Sebab angin puting beliung bisa merobohkan pohon besar dan papan reklame.

Di saat yang bersamaan, ada sebagian wilayah yang memasuki musim kemarau pada Juli ini. Diantaranya, Kendari, Konawe Kepulauan (Konkep), sebagian Bombana dan Pulau Buton.

“Diperkirakan puncak kemaraunya pada bulan September, selanjutnya bulan Oktober masuk peralihan ke musim penghujan. Tapi tidak perlu panik, Insya Allah kemarau tahun ini tidak seperti tahun lalu (alami El-Nino). Puncak kemarau tahun ini frekuensinya di angka 73,68 persen,” jelasnya.

Pada musim kemarau tahun ini, ada beberapa Kabupaten yang frekuensi hujannya sangat rendah dan berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kiranya hal ini dapat diantisipasi dan dimitigasi risikonya.

“Kabupaten Buton Tengah, Buton Selatan, Kota Baubau, dan Pulau Kabaena Bombana akan menjadi wilayah yang frekuensi hujannya rendah,” papar Sugeng. (c/rah)

  • Bagikan