KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Kabar baik bagi masyarakat Indonesia yang sedang menanti antrian ke Tanah Suci, Makkah. Tahun depan, kuota jemaah haji Indonesia bertambah. Itu artinya, bisa memangkas waktu tunggu berangkat haji.
Informasi penambahan kuota haji disampaikan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. Dia mengatakan, Indonesia akan mendapat kuota haji sebanyak 221.000 orang pada 2025 mendatang. “Itu berarti, terdapat penambahan kuota sekitar 7 ribu orang,” ujarnya, kemarin.
Kemenag mengapresiasi Kementerian Haji Arab Saudi yang kembali mengumumkan kuota haji lebih awal. Hal itu penting, agar Kemenag bisa lebih leluasa dalam mempersiapkan haji bagi masyarakat Indonesia.
“Saya mendapat informasi dari Wakil Kementerian Bidang Urusan Haji ‘Ayed Al Ghuwainim, bahwa Indonesia mendapat 221.000 kuota haji pada 2025. Kami mengapresiasi ketegasan otoritas Saudi, dalam menerapkan aturan terkait visa haji dan visa non haji,” ungkapnya.
Kedua, pelayanan terhadap jemaah sejak kedatangan di Makkah maupun Madinah, relatif lancar. Mereka juga mendapat pelayanan katering, transportasi, akomodasi, termasuk pelindungan jamaah, dan bimbingan ibadah.
“Padahal, Indonesia adalah pengirim jemaah haji terbesar di dunia. Ini jelas bukan tugas mudah. Layanan fast track untuk kali pertama di tiga embarkasi, Jakarta, Solo, dan Surabaya juga berjalan lancar,” pujinya.
Layanan katering bahkan masih tetap diberikan kepada jamaah hingga menjelang puncak haji. Ketiga, proses puncak haji berlangsung lancar. Penerapan ikhtiar mitigasi dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bersama otoritas Saudi, membuat proses pergerakan jemaah dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina berjalan lancar.
“Skema murur atau melintas di Muzdalifah banyak mendapat apresiasi. Jemaah bisa diberangkatkan lebih awal, pukul 07.37 waktu Saudi sudah tidak ada di Muzdalifah. Ini patut disyukuri,” imbuh Yaqut.
Namun, Menag tetap akan mengevaluasi beberapa hal pada ibadah haji tahun ini, antara lain wilayah Mina yang sangat terbatas. Jika menilik dari kuota jamaah Indonesia yang mencapai lebih dari 213 ribu orang, maka ruang yang tersedia kurang dari 0,8 meter persegi per orang.
“Mina dari dulu seperti itu. Sejak kuota kembali normal pada 2017, isunya selalu soal kepadatan. Sehingga, menerima tambahan kuota selalu menjadi berkah sekaligus tantangan,” imbuhnya. (JP/KP)