Sultra Masuk Prioritas Nasional BNPB

  • Bagikan
Duduk: Sekda Sultra Asrun Lio (4 dari kiri), Sekretaris BPBD Sultra Andrian (4 dari kanan) dan Kabid Penanganan Darurat dan Logistik BPBD Sultra Dedet Ilnari Yusta (kiri) usai pembukaan simulasi penanggulangan bencana yang diselenggarakan Pusdiklat BNPB RI di aula Hotel Zahra Syariah, Selasa (4/6/2024). (Muhammad Akbar Ali/Kendari Pos)
Duduk: Sekda Sultra Asrun Lio (4 dari kiri), Sekretaris BPBD Sultra Andrian (4 dari kanan) dan Kabid Penanganan Darurat dan Logistik BPBD Sultra Dedet Ilnari Yusta (kiri) usai pembukaan simulasi penanggulangan bencana yang diselenggarakan Pusdiklat BNPB RI di aula Hotel Zahra Syariah, Selasa (4/6/2024). (Muhammad Akbar Ali/Kendari Pos)

--Terkait Simulasi Penanggulangan Bencana

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Sulawesi Tenggara (Sultra) memiliki sesar aktif yang membentang dan melewati sejumlah daerah. Patahan ini dinilai rawan menimbulkan gempa dengan magnitudo besar, bahkan berpotensi tsunami. Di beberapa daerah di Sultra juga disinyalir rentan banjir, tanah longsor dan kekeringan.

Atas dasar itu, Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memasukkan Sultra dalam prioritas nasional simulasi penanggulangan bencana. Simulasi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana.

Pusdiklat PB bekerja sama dengan BPBD Sultra menggelar simulasi penanggulangan bencana di Hotel Zahra Syahriah Kendari mulai 4 Juni kemarin hingga 7 Juni 2024. Kegiatan itu dibuka Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Sultra Asrun Lio dan dihadiri Sekretaris Utama BNPB RI Dr.Rustian.

Sekda Sultra Asrun Lio menuturkan, Provinsi Sultra merupakan wilayah yang memiliki potensi bencana geologi, terutama bencana gempa bumi. "Hal ini diakibatkan oleh keberadaan sesar-sesar aktif, misalnya sesar Lawanopo melintasi beberapa kabupaten. Sesar Tolo berada di Teluk Tolo yang terletak tepat disebelah timur jazirah Sultra yang memanjang hingga ke Laut Banda, dan masih ada beberapa sesar-sesar lainnya yang merupakan sumber pemicu utama gempa bumi," kata Sekda Asrun Lio, Selasa (4/6/2024).

Mantan Kepala Dinas Dikbud Sultra itu menjelaskan sejak tahun 1999 hingga 2019 terjadi 7 kali gempa bumi di Sultra yang mengakibatkan korban luka-luka 19 jiwa, mengungsi 9.606 jiwa, rumah rusak berat 373 rumah, rumah rusak ringan 129 rumah.

“Berangkat dari kondisi itu diperlukan simulasi sebagai jawaban untuk memitigasi secepat mungkin dengan penyebar luasan pembuatan rencana kontigensi di daerah-daerah,” ujar Sekda Asrun Lio.

Ia menyebut pengetahuan tentang mengenali ciri-ciri bencana agar di perkenalkan sejak usia dini seperti di Jepang. Anak-anak usia dini di Jepang diberikan pengetahuan mengenali ciri-ciri bencana alam.

Menurut Sekda Asrun Lio, Sultra membutuhkan komunitas yang dapat mengajarkan dan memfasilitasi rencana kontigensi sehingga diperlukan simulasi penanggulangan bencana. "Simulasi ini menjadi jawaban untuk bisa memitigasi secepat mungkin dengan penyebarluasan kontigensi di daerah-daerah sesuai arahan Presiden RI dalam Rakornas Penanggulangan Bencana (PB)," tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Utama BNPB RI Dr.Rustian mengatakan simulasi penanggulangan bencana ini mendukung prioritas nasional di 5 daerah, yaitu Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

"Simulasi penanggulangan bencana ini bertujuan untuk mewujudkan Indonesia tangguh bencana dengan melibatkan unsur pentahelix, yakni pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi dan media massa," ujar Dr.Rustian.

Di tempat yang sama, penanggung jawab kegiatan simulasi penanggulangan bencana, Alam Maulana mengatakan, kegiatan ini bertujuan dalam rangka memperkuat sumber daya manusia di Sultra sebagai persiapan menghadapi berbagai potensi bencana alam.

"Substansi dari kegiatan ini meningkatkan kewaspadaan menghadapi ancaman gempa bumi maupun bencana lainnya. Simulasi penanggulangan bencana dilakukan serentak nasional di 5 provinsi yang memiliki indeks risiko bencana yang cukup tinggi,”kata Alam Maulana kepada Kendari Pos, Selasa (4/5/2024).

Widyaiswara BNPB RI itu menjelaskan, nyaris semua wilayah di Sultra memiliki sesar. Salah satunya terdapat di Kota Kendari. Sesar itu yang menjadi pemicu ketika terjadi gempa, sehingga berpotensi tsunami.

Oleh karena itu, pemahaman tentang kewaspadaan tentang sesar, sangat penting di sosialisasikan terutama di lingkup lembaga pemerintahan maupun non pemerintahan yang berekcimpung penanganan bencana. “Selain sesar juga ada gempa bumi dan kemarau, kekeringan, tanah longsong maupun banjir yang mesti diwaspadai,” ujar Alam Maulana.

Yang dimaksud kewaspadaan menghadapi bencana yakni terciptanya koordinasi dan komunikasi yang tepat ketika terjadi bencana sehingga potensi adanya korban bisa dicegah dengan baik. “OPD kita libatkan agar bisa menjadi bagian garda terdepan dalam mensosialisasikan pendidikan dalam menghadapi bencana,” bebernya.

Dalam kegiatan ini yang turut jadi peserta yakni Korem 143 Halu Oleo, Polda Sultra, Lanal Kendari, Lanud HLO, BMKG Stasiun Geofisika Kendari, Dinas Sosial Sultra, Kominfo Sultra, Satpol PP Sultra, BPBD Sultra, PMI Kendari, Dinas Kesehatan Sultra, Dinas SDA dan Bina Marga Sultra, Forum Pengurangan Risiko Bencana, BPBD Konawe, BPBD Kendari, dan BPBD Buton. (ali/b)

  • Bagikan