Welcome, Musim Pancaroba

  • Bagikan
MUSIM PERALIHAN : Memasuki Juni, Kota Kendari dan sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) telah masuk musim peralihan. Di saat yang bersamaan, Kota Kendari turut memasuki puncak musim hujan. Genangan air di sejumlah jalan protokol. (MUH. ABDI ASMAUL AMRIN/ KENDARI POS)
MUSIM PERALIHAN : Memasuki Juni, Kota Kendari dan sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) telah masuk musim peralihan. Di saat yang bersamaan, Kota Kendari turut memasuki puncak musim hujan. Genangan air di sejumlah jalan protokol. (MUH. ABDI ASMAUL AMRIN/ KENDARI POS)

--Waspada Anomali Cuaca

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Musim hujan segera berganti. Memasuki Juni, Kota Kendari dan sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) telah masuk musim peralihan. Pada periode ini, kondisi cuaca cenderung berubah-ubah. Curah hujan tetap tinggi yang disertai petir dan angin kencang. Anomali cuaca di musim pancaroba ini kerap memicu angin puting beliung.

Kepala Stasiun Klimatologi Sultra, Aris Yunatas mengatakan sebagian besar wilayah di Bumi Anoa telah memasuki periode musim pancaroba di Juni 2024 ini. Makanya, ancaman bencana hidrometereologi patut diwaspadai. Apalagi di saat yang bersamaan, periode Juni masuk puncak musim hujan.

"Pada periode musim pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat dan angin kencang termasuk puting beliung," imbau Aris Yunatas kemarin.

Di sisi lain, curah hujan di Juni ini mengalami peningkatan. Dari pantauan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebagian wilayah Sultra masuk puncak musim hujan. Diantaranya, Kota Kendari, Bombana, Kolaka Timur, Konawe, Konawe Selatan (Konsel) dan Muna (lengkapnya lihat grafis).

Diperkirakan, musim kemarau sudah memasuki wilayah Sultra pada Juli. Namun prosesnya pergantian musim berangsungangsur hingga Agustus. "Juli, kita akan memasuki musim kemarau, diprakirakan puncaknya pada Agustus, selanjutnya bulan Oktober masuk peralihan ke musim penghujan. Insya Allah kemarau tahun ini tidak seperti tahun lalu (alami El-Nino). Puncak kemarau tahun ini frekuensinya di angka 73,68 persen," ungkapnya.

Saat musim kemarau nanti, ada beberapa Kabupaten yang frekuensi hujannya sangat kecil dan berpotensi terjadi kekeringan maupun kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Untuk itulah, perlu upaya mitigasi. "Kiranya potemsi-potensi itu harus dapat diantisipasi dan dimitigasi risikonya," pungkasnya. (c/rah).

  • Bagikan