KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Tak banyak yang tahu, Mayjend TNI (Purn) Andi Sumangerukka (ASR) tumbuh dan besar di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Tepatnya di Kota Lama. Kisahnya dimulai 59 tahun silam. Tahun 1965 kedua orang tuanya merantau ke Kota Kendari. Ayah Andi Sumangerukka bernama Mayor (Purn) TNI H. Andi Baso Syam Daud dan ibunya adalah Hj. Andi Azizah Petta Mine.
Kala itu, ayah Andi Sumangeruka didaulat sebagai Camat Kecamatan Wawonii yang saat ini Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) selama 3,5 tahun.
“Kemudian ayah saya pindah ke Kota Kendari menjabat sebagai Kepala Bappeda Kendari. Lalu menjadi Ketua DPRD Kota Kendari. Ayah saya ketua DPRD pertama di Kota Kendari,” kata Andi Sumangerukka saat menjadi pembicara di podcast Kendari Pos Channel yang dipandu Direktur Kendari Pos Irwan Zainuddin, Senin (13/5/2024).
Ayah Andi Sumangerukka, Mayor (Purn) TNI H. Syam Daud menjabat tiga periode sebagai Ketua DPRD Kendari. Kala itu, Abunawas sebagai Bupati Kendari dan Eddy Sabara selaku Gubernur Sultra.
“Dulu Sultra masih terdiri 4 wilayah, yakni Kabupaten Kendari, Kolaka, Muna, dan Buton. Saat 1965 itu pertama kali datang ke Kendari saya masih berusia 3 tahun. Saya disekolahkan di Sekolah Dasar Teladan Kendari,” ujar Andi Sumangerukka.
Pertemanan dan persaudaraan Andi Sumangerukka dengan kawan sejawat ketika saat masih kanak-kanak masih lestari hingga kini. Untuk memperkuat pertemanan tersebut, dibentuk komunitas Kota Lama sebagai wadah silaturahmi.
“Saya kerap dipanggil Jenderal Kota Lama oleh teman-teman. Namun ada sapaan untuk saya sewaktu kanak-kanak yakni Ako. Jadi ketika ada yang panggil Ako berarti dia adalah sahabat saya sewaktu kecil,” beber Andi Sumangerukka.
Usai menamatkan sekolah di SD Teladan Kendari, ia melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Kendari. Namun tidak berlangsung lama, karena pindah ke SMPN 1 Makassar. “Pindah di Makassar karena ayah saya yang tentara berharap saya masuk di Akademi Militer Makassar,” urai Andi Sumangerukka.
Ketua DPW PPP Sultra mengisahkan, Kota Kendari waktu zaman penjajahan digunakan Jepang untuk pertahanan. Bahkan banyak gua yang digunakan Jepang dan sewaktu kecil kerap ia kunjungi bersama teman-temannya. Ia juga mengingat toko emas yang terkenal di Kota Lama milik pedagang China.
“Saking terkenalnya, bahkan banyak pembeli dari luar datang ke Kendari untuk membeli emas. Sebab, emas Kendari sangat bagus, kuning dan lembek,” kisah Danrem 143 Halu Oleo periode 2012-2013 itu.
Sewaktu kecil pula, Andi Sumangerukka hobi berenang bersama teman-temannya di kawasan Teluk Kendari. Ketika ada kapal yang lewat, banyak penumpang yang melempar uang koin ke laut. Kesempatan tersebut dimanfaatkan Andi Sumangerukka bersama teman-temannya untuk berebut uang koin. “Jika saya mengingat kisah masa kecil bersama anak-anak seusia saya di Kota Lama begitu sangat indah dan membuat kita tersenyum bahagia,” kisahnya.
Ketika masa kanak-kanak, Andi Sumangerukka punya impian menjadi orang besar di dunia militer. Mimpi besar itu menjadi kekuatan semangat sehingga karier di militer terbilang mentereng. Saat 25 tahun berkarier sebagai TNI, ia ditugaskan ke Sultra menjadi Komandan Korem 143 Halu Oleo. Kemudian Pandam XIV Hassanuddin. “Masih ada mimpi saya yang saat ini terus saya perjuangkan yakni mimpi berkontribusi besar bagi Sulawesi Tenggara,” ucapnya.
Menurut Kabinda Sultra periode 2015-2019 itu, Sultra terdiri 70 persen laut dan 30 persen daratan. Optimalisasi sarana maupun prasarana laut mesti maksimal. Terutama kawasan pelabuhan wajib ditata indah dengan berbagai infrastruktur penunjang yang lengkap.
“Ketika suasana lebaran, lebih banyak pemudik yang menggunakan sarana transportasi laut ketimbang darat. Karena keadaan Sultra lebih besar di sektor kelautan. Makanya kawasan pelabuhan harus diperindah sehingga tidak hanya menunjang perekonomian, tetapi investor maupun wisatawan akan merasa nyaman,” urai Andi Sumangerukka.
Bagi Andi Sumangerukka, merawat mimpi adalah hal mutlak sebagai manusia. Namun lebih dari itu, mimpi butuh aktualisasi agar terwujud menjadi nyata. Pencapaian yang ia raih selama ini berawal dari mimpi sejak kecil. “Mimpi terbesar saya saat ini yakni mengabdi untuk Sultra dengan maju sebagai bakal calon gubernur,” kata Andi Sumangerukka.
Sebagai seorang pemimpin, Andi Sumangerukka berprinsip menjadi insan membagikan kebahagiaan adalah kebahagiaan yang terindah. Dan pengabdian harus dimulai dari hati akan melahirkan keikhlasan dan akan menjadi insan yang amanah.
“Memilih pemimpin harus yang betul-betul yang selesai dengan dirinya. Jika selesai dengan dirinya, maka akan menyelesaikan masalah orang lain. Ketika belum selesai dengan dirinya maka akan susah untuk menyelesaikan masalah orang banyak,” pungkas Andi Sumangerukka. (ali)