--RS Bahteramas Rawat 2 Pasien
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Kendari meningkat drastis. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari mencatat, di periode Januari-Mei 2024 tercatat sebanyak 275 kasus dan 10 pasien diantaranya dinyatakan meninggal dunia. Masyarakat mesti menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan pola hidup sehat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari, drg.Fauziah mengungkapkan, kasus DBD di Kota Kendari mengalami peningkatan drastis dimana sebelumnya (Januari - Desember 2023) tercatat hanya 219 kasus.
Peningkatan kasus demam berdarah dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Menurutnya, curah hujan yang tinggi menjadi momentum bagi nyamuk jenis Aedes Aegypti berkembang biak. "Kalau musim hujan pasti banyak genangan air. Genangan ini menjadi habitat bagi nyamuk untuk berkembang biak," ujar drg.Fauziah kepada Kendari Pos, kemarin.
Oleh karena itu, drg.Fauziah menyarankan masyarakat untuk aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan atau dengan menerapkan gerakan 3M Plus yakni menguras dan menutup tempat penampungan air, serta memanfaatkan barang bekas untuk didaur ulang.
"Sementara untuk plusnya, masyarakat bisa memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan lotion anti nyamuk, menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air, serta memasang kelambu pada kamar agar terhindar dari gigitan nyamuk," jelas drg.Fauziah.
Senada dengan itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kota Kendari, Ellfi mengungkapkan, peningkatan penyebaran penyakit DBD dipengaruhi perubahan musim (pancaroba). Kondisi tersebut sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti.
Menurut Ellfi, penyakit DBD mudah menular karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) termasuk menerapkan 3 M Plus.
Karena DBD masuk kategori penyakit mematikan, Ellfi menyarankan kepada masyarakat yang merasakan gejala penyakit DBD untuk segera datang ke Puskesmas atau layanan faskes terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.
"Penyakit ini bisa menyebabkan demam tinggi hingga 40 derajat celsius. Selain itu, beberapa gejala lainnya, antara lain sakit kepala, nyeri otot, tulang atau sendi, mual dan muntah. Ini harus mendapatkan pertolongan medis sebelum kondisinya (pasien) memburuk," ungkap Ellfi.
Selain fokus terhadap penyadaran dan penanganan warga yang terkena penyakit DBD, pihak juga tengah menunggu instruksi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait penanganan masalah DBD untuk jangka panjang. Penanganan yang dimaksud, yakni penyebaran Nyamuk Wolbachia. "Kita masih tunggu instruksi pemerintah pusat (Kemenkes)," tutur Ellfi.
Berdasarkan informasi Kemenkes RI, penyebaran nyamuk Wolbachia sangat baik karena akan mengurangi risiko penularan penyakit DBD yang berpotensi menjangkiti masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian, bakteri Wolbachia yang ada pada nyamuk bisa melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.
Kehadiran nyamuk Wolbachia ini diyakini efektif membuat nyamuk aegypti menjadi mandul dan tidak menularkan penyakit DBD. Karena jika aedes aegypti jantan yang memiliki Wolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.
Sementara jika nyamuk betina Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia. Ini sangat baik karena nyamuk sudah tidak memiliki virus dengue.
Terpisah, Direktur RSUD Bahteramas dr H. Hasmudin SpB memastikan kasus DBD yang ditangani pihak rumah sakit mengalami penurunan signifikan. Saat ini tersisa 2 pasien yang menjalani perawatan.
dr. Hasmudin mengatakan, pihaknya terus berusaha maksimal dalam memberikan pelayanan kepada pasien DBD. "Kasus DBD sudah menurun secara signifikan. Menurun drastis. Bahkan per hari ini (kemarin,red) jumlah DBD yang di rawat itu tinggal 2 orang terdiri dari 1 dewasa dan 1 anak," ujarnya kepada Kendari Pos, Selasa (7/5/2024).
dr.Hasmudin mengimbau seluruh masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan. "Jangan sampai ada genangan-genangan air, karena di musim penghujan ini tentunya banyak genangan air. Sebab dari genangan itu, nyamuk penyebab DBD berkembang biak. Jadi lingkungan di sekitar rumah kita harus dibersihkan," ungkapnya. (ags/rah/b)
WASPADA DBD
RATUSAN KASUS
-Penyebaran penyakit DBD meningkat drastis di Kota Kendari
-Dinas Kesehatan Kota Kendari mencatat 275 kasus DBD
-Jumlah kasus itu terjadi di periode Januari-Mei 2024
-Dari 275 kasus DBD, 10 pasien dinyatakan meninggal dunia
-Kasus DBD di Kendari dalam beberapa bulan pada 2024 meningkat drastis
-Dibandingkan periode Januari-Desember 2023 yang hanya 219 kasus
FAKTOR CUACA
-Peningkatan kasus DBD dipengaruhi kondisi cuaca yang kurang bersahabat
-Curah hujan tinggi menjadi momentum sehinga banyak genangan air
-Genangan air menjadi habitat bagi nyamuk berkembang biak
RENDAHNYA PHBS
-Penyakit DBD mudah menular karena rendahnya kesadaran masyarakat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
-Masyarakat tidak menerapkan 3 M Plus
-Dinkes Kendari fokus terhadap penyadaran masyarakat
-Sekaligus penanganan warga yang terkena penyakit DBD
WOLBACHIA “LUMPUHKAN” AEDES AEGYPTI
-Dineks Kendari menunggu instruksi Kemenkes terkait penanganan DBD dalam jangka panjang
-Penanganan dimaksud adalah penyebaran nyamuk Wolbachia
-Nyamuk Wolbachia dapat mengurangi risiko penularan penyakit DBD
-Sebab, bakteri Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti
-Sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia
“MEMANDULKAN” AEDES AEGYPTI
-Nyamuk Wolbachia diyakini ‘memandulkan’ nyamuk aedes aegypti
-Aedes Aegypti jantan yang memiliki Wolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok
-Nyamuk betina Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia
-Proses itu diyakini sangat baik karena nyamuk Aedes Aegypti sudah tidak memiliki virus dengue
SUMBER : DINKES KOTA KENDARI DATA DIOLAH KENDARI POS