KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Ketua Dekranasda Konawe, Trinop Tijasari mengatakan, IFW merupakan event nasional bahkan internasional yang digelar setiap tahun. Katanya, keikutsertaan pada event tersebut, dapat menjadi ajang promosi yang sangat penting bagi kemajuan daerah, khususnya Konawe.
“Alhamdulillah, ini merupakan kali pertama Dekranasda Konawe ikut serta dalam IFW. Pada Opening Ceremony IFW 2024, motif tenun “Pine Wine Mbae” telah diperagakan dihadapan beberapa menteri, duta besar negara-negara tetangga, dan tamu undangan lainnya,” ujar Trinop Tijasari.
Pada keikutsertaannya di event IFW 2024, Trinop Tijasari menerangkan, Dekranasda Konawe memperkenalkan tiga jenis tenun terbaru. Ketiganya yakni, tenun bermotif Pine Wine Mbae atau yang dikenal dengan Bunga Padi. Kemudian, Petotono atau Orangorangan Sawah. Serta, tenun motif Petaulumbako atau yang dikenal dengan Bunga Pakis.
“Dari tiga motif tenunan itu, semua tergambar jelas dalam simbol budaya tertinggi suku Tolaki, yaitu Kalosara,” jelasnya. Trinop mengemukakan, terciptanya tiga motif tenun Konawe itu (Pine Wine Mbae, Petotono, Petaulumbako), tidak dilakukan asal-asalan. Namun, telah melewati diskusi yang komprehensif dengan melibatkan para pakar yang kompeten.
Trinop Tijasari mengaku, tak lama usai dikukuhkan sebagai Ketua Dekranasda Konawe, dirinya menyelenggarakan workshop motif tenun Tolaki. Workshop tersebut menghadirkan pakar budaya Dr Basrin Melamba, Ketua DPD Lembaga Adat Tolaki (LAT ) Konawe H Abdul Ginal Sambari, termasuk beberapa tokoh perempuan maupun tokoh agama.
“Kita duduk bersama, mendiskusikan yang terbaik. Jadi motif tenun Konawe tersebut, tidak hanya sekadar gambar-gambar padi. Akan tetapi, semua ada makna filosofinya. Maka lahirlah tiga motif terbaru tenun Konawe setelah kami melakukan diskusi dengan para tokoh-tokoh tersebut,” ungkapnya.
Istri Pj Bupati Konawe, Harmin Ramba itu menambahkan, tiga motif tenun Konawe tersebut yakni Pine Wine Mbae, Petotono dan Petaulumbako, sekarang hak intelektualnya dalam pengurusan dan on progres. “Pokoknya kita sudah persiapkan semua. Saya sendiri memang mencoba memberikan pengertian dan pemahaman baru, bahwa menggunakan tenun itu tidak terlalu berat. Jadi bisa buat daily, bisa buat wedding atau pesta, dan sebagainya,” sambungnya.
Lebih lanjut, Trinop Tijasari menuturkan, dirinya tak ingin monoton sebagai Ketua Dekranasda Konawe. Ia termotivasi dan tertantang untuk menciptakan motif baru tenun Konawe. Sekaligus, ingin mengubah stigma bahwa memakai tenun itu panas atau gerah. “Saya tidak mau seperti itu, tenunnya itu-itu saja. Saya mau, milenial juga mau memakai tenun. Sehingga, kita semua harus bangga, bela, beli,” ujarnya mengingatkan.
Trinop Tijasari menyebut, tiga motif baru tenun Konawe tersebut, diciptakan dengan menggandeng Julie Kaimuddin, perancang nasional di Jakarta dan orang dekat Poppy Dharsono. Julie Kaimuddin juga saat ini menjabat sebagai Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Sultra.
“Maka kolaborasilah saya. Jadi, saya bukan perancang. Saya dalam hal ini Dekranasda Konawe punya motif dan kita kerjasama dengan perancang. Hasilnya, terciptalah tenun Konawe yang cantik-cantik tersebut,” pungkas Trinop Tijasari. (adv/adi)