-- Membangun Sistem Magang yang Aman dan Responsible
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - 33 mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) mengikuti program ferienjob di Jerman yang difasilitasi perusahaan pada tahun 2023. Belakangan, Polri memastikan program ferienjob berkedok pemagangan mahasiwa itu diduga Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Jerman.
Para pelaku mengemas program magang ferienjob itu sebagai implementasi program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yakni Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Kendati 33 mahasiswa UHO itu sudah menjejak kembali Sultra, namun UHO memetik pelajaran dari program magang ferienjob. Rektor UHO, Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firihu, S.Si., M.Si, M.Sc memastikan ke depannya akan lebih berhati-hati lagi. Bahkan UHO akan memperketat Standar Operasional Prosedur (SOP) magang mahasiswa. Hal itu menjadi ikhtiar Rektor Prof. Zamrun untuk membentengi mahasiswanya.
Rektor Prof. Zamrun juga berkomitmen membangun sistem magang yang aman dan responsible. Ia menegaskan UHO ke depannya adalah lebih berhatihati lagi dalam memilih tempat magang mahasiswa. “Kedepannya kita akan lebih memperketat lagi Standar Operasional SOP dan data basenya. Misalnya, berapa orang yang akan berangkat magang sampai balik ke Indonesia, berapa lama, perusahaan mana, pekerjaan yang akan dilakukan, gaji dibayar berapa. Kalau perlu, kita cek langsung ke sana," ujarnya kepada Kendari Pos di ruang kerjanya, Senin (1/4/2024).
"Dari hal-hal seperti ini kita harus ambil pembelajaran dan hikmahnya. Sehingga kedepannya itu kita harus berhati-hati. Sebab, bagaimanapun itu tanggung jawab kita terhadap mahasiswa dalam memberikan pelayanan,” sambung Rektor Prof.Zamrun.
Rektor UHO, Prof. Zamrun mengatakan semangat dari program MBKM itu adalah perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan instansi mana saja untuk mahasiswa melaksanakan magang baik di dalam maupun luar negeri. “Jadi sebenarnya rohnya itu. Bahwa mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman sesuai bidang keilmuannya maupun tidak dan dalam prosesnya disebut magang,” ungkapnya.
Dalam program MBKM ada namanya program pertukaran mahasiswa antar universitas, magang di BUMN, di instansi pemerintah dan lain sebagainya. “Nantinya akan disetarakan dengan beberapa Satuan Kredit Semester (SKS). Konsepnya seperti itu," tuturnya.
Rektor Prof.Zamrun menjelaskan ada beberapa lembaga yang menawarkan kerja sama untuk memfasilitasi magang mahasiswa. Salah satunya program ferienjob di Jerman. Mereka bersurat secara resmi, setelah itu mereka meminta untuk sosialisasi terkait program tersebut kepada mahasiswa. "Saya mengarahkan untuk sosialisasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) UHO pada Mei 2023,” ungkapnya.
Setelah sosialisasi, ada beberapa mahasiswa yang tertarik. Kemudian diseleksi oleh pihak perusahaan/agensi tersebut. Namun sebelum itu, perusahaan atau PT Sinar Harapan Bangsa (SHB) menandatangani naskah Perjanjian Kerja Sama (PKS) bersama UHO.
"Isi perjanjian itu disebutkan adalah magang. Tidak ada yang lain. Kita punya dokumen. Setelah MoU dengan UHO di tingkat universitas, dilanjutkan Perjanjian Kerja Sama (PKS)di tingkat fakultas. Proses selanjutnya, mahasiswa berurusan ke pihak perusahaan yang mengurus visa dan berangkat ke perusahaan tersebut untuk menjalani magang,” beber Rektor Prof.Zamrun.
Dari beberapa ribu orang yang berangkat itu ada yang beberapa yang bermasalah dan ada juga yang tidak bermasalah. Di UHO sendiri ada sekira 33 orang yang berangkat ke perusahaan tersebut, dan yang bermasalah ada 1 atau 2 orang. “Pada November 2023, kami disurati oleh Kedubes RI di Jerman terkait hal tersebut. Makanya kami langsung kontak mahasiswa-mahasiswa tersebut untuk menanyakan keadaan mereka," imbuhnya.
"Mungkin juga ada kelalaian kami dan ada kelalaian mahasiswa. Karena mereka tidak konsultasi kepada kami. Seharusnya konsultasi ke universitas kalau ada masalah karena kami yang mengirim. Sebenarnya kami juga tidak tahu kalau ada masalah itu. Ternyata oleh Bareskrim Polri dinyatakan dugaan TPPO. Sebenarnya kami tidak mengarah ke situ karena dalam prosesnya itu, kami tahunya adalah magang," sambung Rektor Prof.Zamrun.
Proses pemberangkatan mahasiswa magang ke luar negeri bukan pertama kali bagi UHO. Sudah beberapa kali mengirim mahasiswa magang pada beberapa negara seperti di Jepang. "Dan pada beberapa perusahaan dan lembaga perbankan di dalam negeri, kami kirim mahasiswa untuk magang," tuturnya.
Rektor Prof.Zamrun sepakat dengan Kemendikbud Ristek bahwa ke depan mesti berhati-hati peristiwa magang melalui frienjob ini dapat menjadi pembelajaran di masa mendatang. "Karena kami sendiri sebenarnya tidak tahu itu dugaan TPPO. Nanti dirilis oleh Polri, baru kami mengetahui. Di sini, UHO sebagai korban. Sebab, isi dalam perjanjian kerja sama yang kami tandatangan itu adalah mahasiswa magang sesuai dengan bidang ilmu mahasiswa kami,” tegasnya.
Rektor UHO 2 periode itu menyebut, setelah mendapat informasi dugaan TPPO berkedok ferienjob di Jerman, UHO langsung mengecek keberadaan mahasiswanya, apakah masih di Jerman atau sudah di Indonesia. “Setelah berita ini beredar, ternyata mahasiswa kami sudah ada di Indonesia atau di Sultra. Desember kemarin itu mereka sudah balik di Indonesia. Untuk itu, saya mengimbau pada mahasiswa apabila mereka dihubungi perusahaan tersebut, harus menolaknya. Kita sudah putus kerja sama dengan perusahaan tersebut,” ucapnya.
Ia menerangkan, bahwa tujuan magang MBKM itu adalah untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa. Magang MBKM juga biasanya dilakukan sekira 3 bulan hingga 6 bulan lamanya. Setelah magang mereka akan mendapatkan sertifikat dari perusahaan tersebut dan akan di konversi ke beberapa SKS.
“Magang tidak harus ke luar negeri. Cuman kalau magang di luar negeri itu adalah sesuatu atau daya tariknya itu sangat besar. Adanya kejadian ini ada beberapa langkah yang harus kita lakukan pertama memastikan mahasiswa berangkat hingga balik ke Indonesia. Kedua, kita harus berhati-hati lagi dalam memilih mitra dan kita harus memastikan mereka berangkat dan balik ke Indonesia itu harus sesuai dengan SOP,” terangnya.
Ia menambahkan, kerja sama pemagangan mahasiswa ke Jerman baru pertama kali dilakukan UHO. Lain halnya dengan magang mahasiswa ke Jepang yang setiap tahun dilakukan. “Beberapa waktu lalu saya melakukan visit di Jepang dan memang mereka bekerja di perusahaan yang bagus. Dan tidak menutup kemungkinan setelah selesai magang, mereka akan ditarik sebagai engineer di perusahaan tersebut,” pungkas Rektor Prof.Zamrun. (win/b) Prof.