KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Inflasi menjadi momok yang selalu ingin dihindari. Inflasi yang tinggi dapat merusak struktur ekonomi suatu negara karena menyebabkan ketidakstabilan harga dan menurunnya daya beli masyarakat. Sejak memimpin Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Andi Muhammad Yusuf membawa misi mengendalikan inflasi. Berbagai upaya pun dilakukan guna menekan angka inflasi. Hingga kini, inflasi Kabupaten Buteng selalu berada pada tingkat yang terkendali.
Di antara upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buteng di bawah arahan Andi Muhammad Yusuf yaitu rutin menggelar gerakan pangan murah (GPM), pasar murah, dan menggalakkan gerakan menanam. Dinas Pangan serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) ditugaskan untuk menjalankan program-program tersebut. Andi Muhammad Yusuf pun tidak menampik tantangan yang dihadapi menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Setiap daerah diintai dengan kemungkinan terjadinya inflasi. Untuk itu, Andi Muhammad Yusuf “bermanuver” untuk mewujudkan inflasi Buteng yang stabil.
Pada 7 Maret 2024, Pemkab Buteng melalui Disperindag bekerja sama dengan Bulog Divisi Regional Baubau menggelar pasar murah di Kecamatan Mawasangka. Pasar murah tersebut menawarkan dua komoditas pokok yaitu beras dan gula pasir. Sebanyak 9 ton beras disalurkan untuk kurang lebih 900 kepala keluarga (KK).
“Jika nanti belum mendapatkan apa yang dicari pada pasar murah ini, untuk bersabar menunggu pasar murah berikutnya. Pemerintah daerah melalui Disperindag dan Dinas Pangan akan terus memantau gejolak kenaikan harga sembako di pasar,” ujar Pj Bupati, Andi Muhammad Yusuf.
Sehari setelahnya, Pemkab Buteng melalui Dinas Pangan melaksanakan gerakan pangan murah (GPM) di Kelurahan Tolandona, Kecamatan Sangia Wambulu. Dalam kegiatan itu, sebanyak 6 ton cadangan beras pemerintah disalurkan kepada lebih dari 300 kepala keluarga. Sumber dana gerakan pangan murah berasal dari APBD Kabupaten Buteng melalui Dinas Pangan tahun anggaran 2024.
“Kegiatan GPM hanya kami fokuskan di wilayah kelurahan karena pengendalian inflasi di desa dapat diintervensi dengan dana desa. Berdasarkan data verifikasi kami per 7 Maret 2024, dana gelar pangan murah dari 12 desa sebesar Rp466 juta,” ungkap Kepala Dinas Pangan Buteng, Burhanuddin.
Kegiatan itu mendapatkan sambutan yang positif dari masyarakat. Ida (46), warga Tolandona, seorang ibu rumah tangga dengan empat anak yang suaminya sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek, mengaku sangat terbantu oleh program gerakan pangan murah.
“Saya sangat merasakan kenaikan harga beras saat ini. Saya sangat sulit sesulit-sulitnya karena harga sembako yang melonjak. Harga beras sampai Rp450 ribu per 25 kg, untuk kemasan 50 kg sampai Rp850 ribu. Saya sebagai masyarakat miskin yang susah ini, sangat merasakan dengan kenaikan harga beras ini,” ujar Ida.
Sebelumnya, Ida bisa mendapatkan beras kemasan 50 kg hanya dengan harga Rp580 ribu sampai Rp600 ribu. Sedangkan untuk kemasan 25 kg hanya berkisar Rp340 ribu. Karena harga beras melonjak, Ida hanya mampu membeli beras per liter.
“Alhamdulillah terobati sekali. Saya dapat beras 10 kg, minyak satu liter, dan gula 1 kg, dengan harga hanya Rp120 ribu,” katanya.
LM Nasir (46), warga Tolandona mengungkapkan hal senada. Menurutnya, kenaikan harga beberapa komoditas saat ini sangat terasa, terutama beras. Untuk menyambung hidup, Nasir hanya membeli beras literan.
“Saya punya empat anak. Jujur saja, kami masyarakat kecil merasa sangat terbantu dengan adanya program seperti ini. Apalagi saya yang seorang pekerja serabutan. Kami berterima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Buton Tengah,” ujarnya.
Ia berharap, jangkauan GPM atau pun program serupa, kedepannya bisa lebih luas. “Mudah-mudahan selama Pak Bupati memimpin, beberapa bulan ke depan masih ada kegiatan seperti ini. Itu harapan kami,” pungkasnya. (uli/adv)