KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID.-- Isu ketahanan pangan menjadi sorotan utama dalam konteks global. Di tengah pertumbuhan populasi yang cepat, tantangan untuk memastikan ketersediaan dan aksesibilitas pangan bagi semua orang semakin mendesak. Faktor seperti fluktuasi iklim, biodiversity loss, perubahan lahan, dan ketidaksetaraan akses menjadi hambatan utama. Topik tersebut diperbincangkan dalam forum Kuliah Pakar di helatan Pasca Friday Fair di Aula Pascasarjana UHO, Jumat (1/3).
Kuliah pakar yang mengusung tema "Peran Perguruan Tinggi dalam Percepatan Pencapaian Target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pada Pilar Lingkungan", mengundang Staf Ahli Menteri LHK, Prof. Dr. Ir. Hj. Winarni D. Monoarfa, M.S, sebagai narasumber.
Direktur Pascasarjana UHO Prof. Dr. Ir. H. Takdir Saili, M.Si menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan kuliah pakar di UHO merupakan bagian dari program pasca Friday Fair yang mencakup olahraga, aktivitas produktif, dan perkuliahan. "Giat semacam ini tentu menunjukkan komitmen kami untuk memperluas wawasan melalui kegiatan akademis yang bervariasi", ungkapnya.
Di saat yang sama, mewakili Rektor UHO, Wakil Rektor II, Prof. Dr. Ir. Weka Widayati, M.S, mengungkapkan bahwa program studi di Universitas Halu Oleo (UHO) ini memiliki banyak keterkaitan dengan lingkungan berkelanjutan. UHO juga telah meraih pencatatan dari Rekor Muri dengan membangun Kebun Raya seluas 22.8 hektar. "Kebun Raya ini sebagai inovasi pertama di Indonesia, yang tidak hanya menjadi tempat konservasi endemik Sulawesi dan sagu (pangan lokal), tetapi juga dapat digunakan sebagai pendidikan, pelatihan, dan wisata. UHO juga mempromosikan keberlanjutan melalui Kompetisi Green Campus dan telah mencapai peringkat 32 dari lebih dari 11 ribu perguruan tinggi berdasarkan Webometrics Ranking of World Universities yang dikeluarkan Januari 2024 lalu", urainya.
Dalam paparannya, Prof. Dr. Ir. Hj. Winarni D. Monoarfa, M.S, menekankan pentingnya isu SDGs dalam konteks peranan perguruan tinggi (akademisi), terutama menghadapi tantangan perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan degradasi lahan. Guru Besar Universitas Hasanuddin itu menyoroti bahwa pelibatan perguruan tinggi dalam birokrasi dapat menjadi kunci untuk merubah mindset birokrasi dan mendorong implementasi tridharma perguruan tinggi. "Strategi ini tentu untuk mempercepat pencapaian target SDGs", jelasnya.
Prof. Winarni juga menggarisbawahi urgensi pengarusutamaan SDGs di Kementerian LHK. Menurutnya telah tercatat bahwa ada 200 negara telah sepakat untuk mencapai tujuan SDGs, dengan prinsip utama "no one left behind". Peraih CIDA Champion Awards dari Duta Besar Kanada itu berharap terbentuknya SDGs Center di UHO dan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) sebagai langkah konkrit hasil kerja sama dengan Kementerian LHK.
Kuliah pakar ini menjadi langkah konkrit UHO dalam mendukung dan mendorong percepatan pencapaian SDGs, mengukuhkan peran perguruan tinggi sebagai garda terdepan dalam pembangunan berkelanjutan. Diharapkan hasil dari pertemuan ini dapat memberikan inspirasi dan contoh bagi institusi pendidikan tinggi lainnya untuk turut serta dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. (agr)