--Serap 12 Ribu Pekerja Lokal
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Realisasi investasi di Sulawesi Tenggara (Sultra) tahun 2023 lalu meleset. Dari target Rp 21 triliun, yang terealisasi hanya sekitar Rp 14 triliun. Padahal dalam kurun empat tahun terakhir, nilai investasi mengalami peningkatan. Kendati demikian, nilai Sulawesi Tenggara (Sultra) diproyeksikan tetap positif tahun ini. Tak heran, pemerintah pusat menargetkan realisasi investasi tahun 2024 sebesar Rp 24 triliun.
Kepala Dinas Penananman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Sultra Parinringi mengatakan terus berkomitmen menciptakan iklim investasi yang aman dan kondusif sepanjang tahun 2024. Hal ini merupakan langkah yang tiap tahun dilakukan demi menjamin keamanan dan kemudahan investor di Bumi Anoa.
“Sudah banyak kebijakan dilakukan Pemprov Sultra dalam menjamin iklim investasi. Diantaranya pembangunan dan pengembangan infrastruktur pendukung seperti akses jalan dan pelabuhan,” ujar Parinringi kemarin.
Di satu sisi, Pemprov tetap mendorong peningkatan jumlah investasi di sektor pertambangan. Apalagi perut bumi Sultra kaya akan sumber tambang nikel, aspal dan emas. Makanya, pemerintah terus mendorong lahirnya kawasan ekonomi baru sebagai kawasan strategis nasional yang akan menduking tujuan investasi.
Tahun lalu, realisasi investasi Sultra sekira Rp14 triliun atau hanya 64,43 persen dari target Rp21 triliun. Meski menurun, target investasi Sultra meningkat sebesar Rp 24 triliun. “Kami berharap agar target investasi tahun 2024 ini dapat tercapai dan memenuhi sasaran. Kami meyakini upaya mendorong investasi akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sultra,” jelasnya.
Sepanjang 2023, Penanaman Modal Asing (PMA) yang berkontribusi sebesar Rp7,7 triliun dari 279 perusahaan dan 210 proyek. Sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menyumbang sekira Rp7,67 Triliun dengan 1.585 perusahaan dan 1.981 proyek. Meningkatnya angka investasi berdampak positif terhadap pengurangan angka pengangguran.
“Sebanyak 13.232 orang terserap sebagai tenaga kerja. Sebanyak 537 Tenaga Kerja Asing (TKA) dan 12.695 pekerja lokal atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah sangat penting dalam menciptakan iklim investasi yang positif dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” pungkasnya. (b/rah)