KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Di era keterbukaan informasi dengan ragam platform, budaya asing sangat mudah memapar anak bangsa. Meski begitu, bukan berarti warisan budaya bahasa ibu (bahasa daerah), diabaikan generasi penerus bangsa.
Kantor Bahasa Indonesia Sultra setia merawat dan melestarikan bahasa daerah di Sultra. Selain menjadi identitas, bahasa daerah juga menjadi kekayaan budaya.
“Berdasarkan hasil pemetaan, terdapat sembilan bahasa daerah yang akan dijaga keberadaannya sebagai kekayaan budaya daerah Sultra,” ungkap Kepala Kantor Bahasa Sultra, Dr. Uniawati saat berdiskusi di poadcast Kendariposchannel yang dipandu Wakil Direktur Kendari Pos Awal Nurjadin, kemarin.
Sembilan bahasa daerah di Sultra yang terus dijaga keberadaannya adalah Bahasa Cia-cia (Buton), Baculambacu (Konawe Utara), Tolaki ( Konawe Raya, Kolaka, dan Kota Kendari), Bahasa Muna (Pulau Muna), Wolio (Wakatobi), Kulisusu (Buton Utara), Lasalimu dan Kamaru (Buton) dan bahasa Moronene (Bombana).
Sebagai upaya melestarikan bahasa daerah, pihaknya pada tahun ini akan melaksanakan program revitalisasi bahasa daerah.
“Revitalisasi bahasa daerah dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk mencegah kepunahan bahasa tapi seiring revitalisasi kegiatan pemetaan bahasa itu merupakan salah satu upaya pelestarian bahasa,” ungkapnya. (*