KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Harga komoditas bahan pangan di Indonesia, termasuk Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi tenggara (Sultra) menjelang bulan Ramadan mengalami kenaikan, termasuk beras. harga kebutuhan pangan yang sebelumnya dari Rp 9 ribu/kilogram tersebut kini naik menjadi Rp 13 ribu hingga Rp 14 ribu.
Kondisi tersebut menjadi perhatian serius Pj Bupati Bombana, Edy Suharmanto. Sebab keadan itu dapat memengaruhi daya beli dan kesejahteraan masyarakat di otoritanya.
Selasa (27/2), Edy melaunching inisiatif baru yang diberi nama Kios Pengendalian Inflasi (Kopi) Bombana. Langkah tersebut diambil sebagai upaya untuk menekan kenaikan harga dan inflasi yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Kopi Bombana atau kios inflasi ini diharapkan menjadi solusi efektif untuk masyarakat sebagai tempat jual beli bahan pangan pokok dengan harga lebih murah atau di bawah banderol pasaran. Sebab, harga barangbarang di kios ini telah disubsidi pemerintah,” ungkap Edy setelah melaunching Kopi Bombana di RTH eks Pasar Sore, kemarin.
Intervensi pemerintah melalui subsidi tersebut diyakini Edy dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Bombana di tengah persoalan inflasi dan kenaikan harga pangan. Sekaligus merangsang pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal.
“Bagi masyarakat yang sulit menjangkau kios inflasi ini, maka Pemkab Bombana menyiapkan pelayanan Sembako keliling menggunakan mobil. Jadi nantinya akan mendatangi desa-desa yang tidak bisa menjangkau kios inflasi. Sehingga masyarakat tetap akan mendapatkan bahanbahan pokok murah sesuai harga yang ada,” gagasnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sultra, Doni Septadijaya, yang juga hadir dalam launching tersebut merespon positif upaya Pj Bupati, Edy Suharmanto, dalam menangani inflasi di wilayahnya. Menurut Doni, Kopi atau kios inflasi ini merupakan program yang bagus dan inovatif. Bahkan ia menyebut program ini sebagai langkah baru yang dapat diadopsi di daerah lain, khususnya Kolaka, Konawe, Kendari dan Baubau.
“Ini program yang bagus dan bisa diadopsi di tempat lain, terlebih baru pertama kali ada di Sultra. Bahkan saya melihat program ini tidak sulit dan biayanya terjangkau namun manfaatnya dapat dirasakan langsung. Karena memberikan stabilitas dan harga yang rendah untuk kebutuhan barang dan jasa masyarakat,” tutupnya. (b/idh/adv)