Asrun Lio :Jaga Lingkungan dari Sampah Plastik !

  • Bagikan
HARI PEDULI SAMPAH NASIONAL : Sekprov Sultra Asrun Lio (dua dari kiri) menunjukan sampah plastik yang terkumpul pada peringatan HPSN di pelataran MTQ Square Kendari, Jumat (23/2).(RAHMA SAFITRI/KENDARI POS)
HARI PEDULI SAMPAH NASIONAL : Sekprov Sultra Asrun Lio (dua dari kiri) menunjukan sampah plastik yang terkumpul pada peringatan HPSN di pelataran MTQ Square Kendari, Jumat (23/2).(RAHMA SAFITRI/KENDARI POS)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID. -- Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di Sulawesi Tenggara (Sultra) dipusatkan di pelataran MTQ Square. Tahun 2024, HPSN mengusung tema “Atasi Sampah Plastik Dengan Cara Produktif”. Sebagai bagian dari aksi nyata, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bersama pengurus Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) mengumpulkan sampah plastik.

Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sultra Asrun Lio meminta masyarakat lebih peduli menjaga lingkungan. Dengan pola hidup bersih, kesehatan masyarakat akan terjamin. Peringatan HPSN adalah amanah Undang Undang (UU) nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Yang kemudian dijabarkan melalui surat edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MENLHK) nomor 2 tahun 2024 tanggal 31 Januari lalu.

“Hari ini (kemarin), kita kumpulkan sampah. Ini merupakan cara produktif yang memberikan sedekah kepada pemulung. Kita membantu kerja-kerja pemulung supaya tahu bagaimana mengumpulkan sampah. Pj Gubernur mengapresiasi DLH Sultra yang telah melakukan inovasi, kreatifitas dalam rangka menggugah masyarakat agar peduli lingkungan,” kata Asrun Lio di sela-sela aksi kumpul sampah plastik di pelataran MTQ Square kemarin.

Sampah plastik sambungnya, bisa menjadi ancaman. Tahun lalu menjadi sejarah dalam fenomena global, khususnya pada perubahan iklim. Berdasarkan pengamatan BMKG, Indonesia mengalami temperatur terpanas sepanjang sejarah dengan suhu rata-rata sebesar 27,2 derajat celcius yang merupakan anomali suhu udara rata-rata tahun 2023, lebih tinggi 0,5 derajat celcius dibandingkan suhu rata-rata periode 1991-2020.

“Tingginya suhu ini dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan kondisi alam el-nino, salah satu penyumbang peristiwa tersebut diakibatkan oleh timbulnya sampah plastik yang fantastis. Tahun 2024 menjadi momentum penting untuk mengarusutamakan isu penyelesaian polusi plastik. Di dalam majelis lingkungan hidup, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PPB) telah menghasilkan satu resolusi untuk mengakhiri sampah dan polusi plastik, dengan membentuk perjanjian internasional yang mengikat secara hukum yang ditargetkan dapat disepakati tahun 2024,” ujarnya.

Pemerintah Indonesia kata dia, turut berperan aktif dalam pembahasan draft resolusi tersebut dalam forum Intergovernmental Negotiated Committee (INC). Dalam forum tersebut, Indonesia menyampaikan tiga hal, pertama pentingnya menentukan langkah prioritas dalam mencapai produksi dan konsumsi plastik yang berkelanjutan.

Kedua, pentingnya formulasi standar dan perbaikannya dalam produksi dengan mengadopsi full life cycle of plastic dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Ketiga, pentingnya kerangka kebijakan untuk mendorong skema reusability dan recyclability dari plastik.

“Untuk memudahkan mendaur ulang sampah. Jenis tong sampah dibuat berwarna. Hijau untuk sampah organik. Kuning untuk sampah guna ulang. Warna merah untuk sampah bahan berbahaya dan beracun (B3). Biru : sampah daur ulang. Abu-abu untuk sampah residu seperti puntung rokok, popok, tisu dan kapas,” jelas Asrun Lio. Kepala Pelaksana Harian (Plh) DLH Sultra Awaluddin mengatakan ada empat tujuan kegiatan HPSN. Pertama memperkuat komitmen dan peran aktif seluruh pemangku kepentingan, tingkat nasional dan daerah dalam mengatasi polusi plastik. Kedua, memperkuat partisipasi dan kesadaran publik dalam upaya pengelolaan sampah, dari sumber untuk mengurangi sampah yang diolah di tempat pemprosesan akhir melalui gerakan memilah dan mengolah sampah.

“Ketiga, memperkuat komitmen dan peran aktif produsen dan pelaku usaha lainnya, dalam implementasi circular economy atau bisnis hijau (Green Business), dengan menjadikan sampah sebagai bahan baku ekonomi dan keempat, membangun rantai nilai pengelolaan sampah di seluruh sektor,” tandasnya. (c/rah)

  • Bagikan