KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) tahun 2023 lalu mengalami pertumbuhan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat bahwa ekonomi di Sultra pada tahun 2023 mengalami pertumbuhan hingga 5,35 persen.
Kepala BPS Sultra, Agnes Widiastuti, mengatakan bahwa pertumbuhan tersebut terjadi pada semua kategori diantaranya lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan terjadi pada Industri pengolahan sebesar 12,81 persen. Kemudian, diikuti oleh pertumbuhan kategori jasa lainnya sebesar 9,06 persen, kategori pertambangan, penggalian sebesar 7,99 persen, kategori lapangan usaha yang memiliki kontribusi besar seperti pertanian, kehutanan, perikanan mengalami pertumbuhan sebesar 4,40 persen. Struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sultra menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada tahun 2023 tidak menunjukkan perubahan berarti.
Perekonomian Sultra masih didominasi oleh kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 23,02 persen; diikuti oleh pertambangan dan penggalian sebesar 21,44 persen; perdagangan besar-eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 12,71 persen; dan konstruksi sebesar 12,62 persen. Peranan keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Sultra mencapai 69,79 persen. "Perekonomian Sultra berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2023 mencapai Rp 176,18 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 108,15 triliun. Ekonomi Sultra tahun 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 5,35 persen (c-to-c), dimana lambat dibandingkan tahun 2022 yang tumbuh sebesar 5,53 persen. Dari sisi produksi, lapangan usaha industri pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,81 persen. Dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi LNPRT mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 7,64 persen," ujarnya.
Ia menjelaskan ekonomi Sultra pada triwulan IV-2023 dibanding triwulan IV-2022 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 5,25 p. Pertumbuhan terjadi pada semua kategori, pertama lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah industri pengolahan sebesar 28,25 persen, diikuti jasa lainnya sebesar 10,99 persen dan pengadaan air sebesar 9,14 persen.
Sementara itu, kategori pertanian, kehutanan dan perikanan serta prtambangan dan penggalian yang memiliki kontribusi terbesar mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 4,89 persen dan 0,83 persen. Ekonomi Sultra triwulan IV-2023 dibanding triwulan I1-2023 (q-to-q) mengalami pertumbuhan sebesar 6,03 persen. Pertumbuhan yang positif terjadi pada sebagian besar kategori pertama lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah industri pengolahan sebesar 21,60 persen, diikuti pertumbuhan kategori administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 9,44 persen dan pertumbuhan kategori konstruksi sebesar 8,63 persen. "Sementara itu, kategori pertanian, kehutanan dan perikanan yang memiliki kontribusi terbesar mengalami pertumbuhan sebesar 8,34 persen. Di sisi lain, kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada kategori real estate sebesar 4,24 persen, diikuti oleh jasa kesehatan dan kegiatan sosial serta pengadaan air yang masing-masing terkontraksi sebesar 2,50 persen dan 2,16 persen," ucapnya.
Ia menambahkan, bahwa pertumbuhan tertinggi ekonomi di Sultra dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT sebesar 7,64 persen, diikuti komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 6,64 persen, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,22 persen, dan komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 2,82 persen. Sementara, komponen ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi sebesar 16,60 persen. Komponen impor barang dan jasa sebagai faktor pengurang dalam PDRB menurut pengeluaran juga mengalami kontraksi sebesar 16,32 persen.
"Untuk pengeluaran atas dasar harga berlaku tahun 2023 didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 46,18 persen, diikuti oleh komponen ekspor barang dan jasa 45,14 persen, komponen pembentukan modal tetap bruto 36,05 persen, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah 12,26 persen, komponen perubahan inventori 1,88 persen, dan komponen pengeluaran konsumsi LNPRT 0,98 persen. Sementara itu, komponen Impor barang dan jasa sebagai faktor pengurang dalam PDRB menurut pengeluaran memiliki peran sebesar 42,48 persen," tutupnya. (win/b)