Pemilih Cerdas untuk Pemilu Berkualitas

  • Bagikan
Prof. Dr. Eka Suaib
Prof. Dr. Eka Suaib

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Pemilih pemula yang terdiri dari pelajar SMA kelas XII, mahasiswa dengan usia rentan 17 hingga 21 tahun idealnya memiliki pengetahuan tentang Politik dan Pemilihan Umum (Pemilu) agar mereka dapat berpartisipasi dan mewujudkan pemilih cerdas menuju pemilu berkualitas.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Halu Oleo (UHO), Prof. Dr. Eka Suaib, mengungkapkan bahwa masyarakat harus dapat menggunakan hak pilihnya dan menjadi pemilih cerdas dalam kontestasi politik lima tahunan ini. "Pemilih yang cerdas harus mampu melihat secara mendalam tentang calon-calon. Untuk menganalisis calon yang akan dipilih, tentu saja harus mampu melihat rekam jejak dan visi misinya," ungkap Prof Eka.

Ia menjelaskan, pemilih cerdas adalah orang yang mampu menggunakan akal pikirannya. "Kita harus melihat background orang yang akan mengawal aspirasi kita di parlemen ataupun senayan. Pasalnya suara yang akan kita berikan sangat penting untuk menentukan siapa pemimpin kedepannya. Untuk itu diharapkan pemilih pemula harus memahami bagaimana background, rekam jejak dan visi misi calon yang akan dipilih. Dengan pemilih cerdas, akan mewujudkan Pemilu berkualitas," jelas Mantan Komisioner KPU Sultra ini.

Siswa dan mahasiswa, lanjut dia, akan turut andil dalam pesta denokrasi yang pelaksanaannya dalam hitungan hari lagi. "Mahasiswa sebagai kaum intelektual punya tanggung jawab lebih, untuk menjadi pemilih yang cerdas sekaligus menjadi agen dan pejuang demokrasi dalam mengedukasi masyarakat di sekitar mereka terkait bagaimana pemilih cerdas dan tolak politik uang," beber Prof Eka.

Ia menambahkan, bahwa untuk menciptakan Pemilu berkualitas, seseorang harus menjadi pemilih cerdas. "Saya mengajak seluruh elemen siswa dan mahasiswa maupun masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan pemahaman tentang politik, Pemilu dan paling penting adalah jangan gampang percaya akan suatu berita, apalagi ikut andil dalam menyebarkan hoax atau berita palsu," tukas Dekan Fisip UHO ini. (win/b)

  • Bagikan