KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Politik uang atau money politik sudah menjadi kebiasaan dalam setiap kontestasi politik. Mahasiswa sebagai generasi milenial diharapkan tidak terlibat dalam praktik-praktik tersebut. Tetapi mahasiswa dapat aktif dan berpartisipasi dalam memberikan pendidikan dan pemahaman politik kepada masyarakat tentang politik uang.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo (Fisip UHO), Prof. Dr. Eka Suaib, M.Si mengatakan bahwa dalam kurung waktu dua Minggu lagi Pemilu 2024 akan diselenggarakan. “Untuk itu diharapkan Pemilu kali ini dapat mencerminkan demokrasi. Adanya sistem demokrasi ini, kita punya hak untuk menentukan siapa pemimpin negara di lima tahun mendatang. Sebab suara yang kita berikan dapat berkontribusi untuk kebaikan bangsa kedepannya,” ujarnya.
Selaku dekan dirinya juga mengingatkan kepada mahasiswa agar tidak tergiur dengan politik uang (Money Politik) di Pemilu 2024 ini. “Politik uang merupakan praktik yang tidak berasap dan cenderung melukai hati rakyat. Oleh karena itu kesadaran itu harus muncul kepada semua elemen khususnya mahasiswa sebagai generasi milenial,” ungkap Mantan Komisioner KPU Sultra itu.
Ia menjelaskan, bahwa mahasiswa sebagai generasi milenial diharapkan tidak andil dalam praktik tersebut. Mahasiswa bisa berpartisipasi dengan cara melakukan pendidikan dan pemahaman politik kepada masyarakat bahwa politik uang itu tidak baik. Pasalnya masyarakat menjatuhkan pilihan berdasarkan kekuatan finansial peserta pemilu, bukan lagi berdasarkan integritas dan visi misi yang diusung.
“Pemilih tahun ini kita didominasi oleh generasi milenial, tidak bisa dibayangkan jika mereka yang terlibat maka dipastikan praktik ini akan terjadi secara terus-menerus di setiap Pemilu. Oleh karena itu diharapkan mahasiswa itu dapat berpartisipasi dalam melakukan pengawasan terhadap oknum yang melakukan praktik-praktik politik uang,” jelasnya.
Pengamat Politik itu, juga menyebut seharusnya para politisi juga harus menyadari bahwa uang bukan jaminan mereka terpilih. Tetapi harus ada usahausaha lain yang dapat menggugah hati masyarakat. “Saya kira kalau hanya mengandalkan uang itu tidak cukup untuk menenangkan kontestasi nantinya,” ucapnya.
Mahasiswa atau generasi milenial harus dapat memberikan contoh kritis, rasional dan tidak gampang terpengaruh terhadap praktik yang bisa menjadi kebiasaan buruk di setiap pemilu. “Sehingga mahasiswa diharapkan dapat memberikan informasi, edukasi maupun sosialisasi kepada masyarakat terkait politik uang dan kampanye anti politik uang,” katanya.
Ia menambahkan, bahwa mahasiswa sebagai insan terpelajar harus mampu menjaga demokrasi dengan intelektualitas. Tentunya dengan cara tolak politik uang. “Kita ingin agar Pemilu dapat mencerminkan sebuah demokrasi yang bermartabat. Demokrasi bermartabat itu ditunjukan dengan demokrasi yang berkualitas dengan anti politik uang,” pungkas Alumni Program Doktoral Unair Surabaya itu. (win/b)