—Dongkrak IGA, Matang Perencanaan
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Sulawesi Tenggara (Sultra) mendorong Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lebih inovatif. Sebagai bentuk dukungan, BRIDA menargetkan minimal satu OPD satu inovasi atau one agency one innovation. Langkah ini tak lain dalam mendongkrak indeks government award atau Innovative Government Award (IGA).
Kerja ini tidak dapat dicapai apabila hanya di Laksanakan Oleh BRIDA dan Jajarannya namun Komitmen pimpinan tertinggi Penjabat (PJ) Gubernur Sultra Andap Budhi Revianto sangat menentukan. Arahan dan komitmen orang nomor satu di Bumi Anoa ini sangat menentukan pencapaian Indeks government award atau Innovative Government Award (IGA). Di sisi lain, insiatif riset yg diusulkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun akademisi ikut berkontribusi besar.
Kepala Brida Sultra, Hj Isma mengaku terus mendorong agar seluruh hasil penelitian bisa berimplementasi langsung kepada masyarakat dan ada inovasi yang dihasilkan. Di mana hasil inovasi itulah yang dimasukan dan didaftarkan pada indeks government award.
"Indeks government award bukanlah perlombaan. Tapi apabila masuk 10 besar, Pemda bisa diberikan Insentif dari Kemenkeu melalui Dana Insentif Daerah (DID). Di sisi lain, ini juga bagian dari indeks kinerja utama pemerintah. Yang mana, pemerintah daerah berkewajiban untuk terus mendorong. Tahun ini, kami menargetkan satu OPD satu inovasi. Dan ini wajib. Untuk mendorong hal itu, kita akan buatkan surat edaran gubernur," ujar Hj Isma kemarin.
Capaian IGA Sultra tahun 2022 terbilang cukup tinggi. Namun 2023 agak sedikit menurun. Hal ini disebabkan beberapa permasalahan yang perlu diatasi dan perlu perencanaan matang. Pertama adalah tantangan Implementasi Digital Indeks Inovasi yang diunggah ke IGA hanya satu inovasi yang berbasis digital, yaitu Bosara, yang memperoleh nilai besar.
"Sebanyak enam inovasi yang diunggah sebagian besar masih bersifat non-digital, dan implementasi inovasi digital lainya seperti diklat garbarata, masih belum optimal karena belum implementatif, sehingga nilainya rendah," jelas Isma.
Tantangan lainnya sambungnya, yakni perubahan penilaian dan pembagian skor pada tahun-tahun sebelumnya. Di mana tahun 2022 pembagian skor dilakukan sesuai dengan jumlah inovasi yang dihadirkan. Pada tahun 2023 semua skor dibagi sepuluh. Hal ini mengakibatkan nilai IGA menjadi rendah.
Meski terdapat enam inovasi yang dihadirkan namun karena nilainya kecil dan pembaginya besar sehingga nilai IGA Sultra rendah. Tapi di tahun ini IGA akan menjadi perhatian BRIDA. Konsep "satu OPD satu inovasi" menjadi fokus, diharapkan dapat mendorong kreativitas dan peningkatan nilai IGA di Provinsi ini.
"Dengan adanya fokus pada penerapan inovasi digital, perbaikan sistem penilaian, dan dorongan kepada setiap OPD melahirkan inovasi. Kami berharap dapat mencapai peningkatan yang signifikan pada indeks inovasi, di tahun 2024," pungkasnya. (c/rah)