--34 Pasien Dirawat di RS Bahteramas, 63 Kasus di Kota Kendari
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Wabah penyakit musiman seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) kini mulai mengintai. Sejak akhir tahun 2023, bangsal ruang perawatan Rumah Sakit (RS) Bahteramas mulai "diserbu" pasien DBD. Peningkatan kasus penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti semakin memprihatinkan di awal Januari 2024 ini. Dalam 9 hari saja, 34 pasien DBD dirawat di RS plat merah itu.
Penyakit DBD di Kota Kendari meningkat cukup signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari mencatat 63 kasus DBD sejak 1 hingga 8 Januari 2024. Terjadi peningkatan sebanyak 43 kasus dari 20 kasus DBD pada Desember 2023.
Direktur RS Bahteramas dr.Hasmudin mengakui adanya tren kenaikan kasus DBD. Dalam seminggu terakhir, mulai 1 sampai 9 Januari 2024, sebanyak 34 pasien dengan gejala suspek DBD telah masuk ke RS Bahteramas melalui Unit Gawat Darurat (UGD). Ini merupakan peningkatan yang signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. November 2023 ada 19 kasus dan Desember 2023 sebanyak 17 kasus.
"Di awal Januari ini mulai ada peningkatan kasus DBD. Bayangkan saja baru seminggu terakhir, sudah ada 34 pasien suspek DBD yang dirawat," beber dr. Hasmudin kepada Kendari Pos, Selasa (9/1/2024).
Dengan lonjakan kasus yang ada, RS Bahteramas terus berusaha maksimal memberikan pelayanan sesuai diagnosis saat pasien masuk UGD. Namun, tantangan terbesar saat ini adalah ketersediaan ruangan perawatan. Selain pasien DBD, RS Bahteramas juga menerima pasien rujukan dari kabupaten dan kota membuat kapasitas ruangan cepat penuh.
"Karena itu dalam penanganan pasien, kami terkadang melakukan rekayasa ruangan agar pasien tetap mendapatkan pelayanan optimal. Semua pasien di RS ini, kami terima dengan penuh tanggung jawab dan tanpa penolakan," tegasnya.
Menyikapi situasi makin banyaknya kasus DBD, dr. Hasmudin mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati, terutama saat musim penghujan. Genangan air dapat menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti, penyebar DBD. Ia menyarankan agar masyarakat menjaga kebersihan rumah, menghindari genangan air, dan menerapkan prinsip 3M (menguras,menutup dan mengubur).
"Untuk masyarakat kita imbau agar membiasakan perilaku hidup sehat dengan lingkungan yang bersih dan upayakan selalu menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan secara bersama dan meletakkan pakaian yang telah digunakan dalam wadah yang tertutup," jelasnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk melapor ke puskesmas atau dinas kesehatan setempat agar dilakukan foging bila ada kasus DBD di lingkungannya. Sesuai teori, foging harus dilakukan di radius 100 meter dari rumah pasien positif DBD untuk mengendalikan populasi nyamuk aedes aegypti. "Dengan peningkatan kasus DBD, masyarakat diharapkan dapat bersinergi dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit ini,"pungkasnya.
Terpisah, Kepala Dinkes Kota Kendari, drg. Rahminingrum mengungkapkan meningkatkan penyebaran penyakit DBD dipengaruhi perubahan musim saat ini yang memasuki musim penghujan. “Kondisi cuaca saat ini sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti,” ujarnya, Selasa (9/1/2024).
Penyakit DBD mudah menular karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) termasuk menerapkan 3 M atau menguras dan menutup tempat penampungan air serta mendaur ulang (mengubur) barang bekas sampah yang menjadi tempat pengembangbiakan nyamuk. "Sosialisasi terus kita lakukan," ujar drg. Rahminingrum.
Karena masuk kategori penyakit mematikan, Rahminingrum menyarankan kepada masyarakat yang merasakan gejala penyakit DBD untuk segera datang ke Puskesmas atau layanan fasilitas kesehatan (Faskes) terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.
"Penyakit ini bisa menyebabkan demam tinggi hingga 40 derajat celsius. Selain itu, beberapa gejala lainnya, antara lain sakit kepala, nyeri otot, tulang atau sendi, mual dan muntah. Ini harus mendapatkan pertolongan medis sebelum kondisinya (pasien) memburuk," ungkapnya.
Nyamuk Wolbachia "Lumpuhkan" Aedes Aegypti
Selain fokus terhadap penyadaran dan penanganan warga yang terkena penyakit DBD, Dinkes Kota Kendari menunggu instruksi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait penanganan masalah DBD untuk jangka panjang. Penanganan yang dimaksud, yakni penyebaran nyamuk Wolbachia.
Kepala Dinkes Kendari drg.Rahminingrum menjelaskan, penyebaran nyamuk Wolbachia sangat baik karena akan mengurangi resiko penularan penyakit DBD yang berpotensi menjangkiti masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian, kata drg. Rahminingrum, bakteri Wolbachia yang ada pada nyamuk bisa melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.
"Kita berharap kehadiran nyamuk Wolbachia ini efektif membuat nyamuk aegypti menjadi mandul dan tidak menularkan penyakit DBD. Karena jika aedes aegypti jantan yang memiliki Wolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok," ujar drg.Rahminingrum.
"Sementara jika nyamuk betina Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia. Ini sangat baik karena nyamuk sudah tidak memiliki virus dengue," sambungnya.
drg. Rahminingrum menambahkan, Dinkes Kendari siap mengimplementasikan program tersebut dalam rangka menekan angka penyakit DBD di Kota Kendari.
"Tentunya program ini harus disosialisasikan kepada masyarakat agar masyarakat bisa paham dan mengerti bahwa apa yang ditempuh pemerintah semata-mata untuk melindungi masyarakat dari potensi tertular DBD," pungkasnya. (rah/ags/b)
KASUS DBD MENINGKAT
PASIEN TERUS BERTAMBAH
-Wabah penyakit DBD kini mulai mengintai
-Akhir tahun 2023, bangsal ruang perawatan RS Bahteramas "diserbu" pasien DBD
-Peningkatan kasus DBD kian memprihatinkan di awal Januari 2024 ini
-Dalam 9 hari, 34 pasien DBD dirawat di RS plat merah itu
-Penyakit DBD di Kota Kendari meningkat cukup signifikan
-Dinkes Kota Kendari mencatat 63 kasus DBD sejak 1 hingga 8 Januari 2024
-Terjadi peningkatan 43 kasus dari 20 kasus DBD pada Desember 2023
SIGNIFIKAN
-Direktur RS Bahteramas mengakui adanya tren kenaikan kasus DBD
-Mulai 1-9 Januari 2024, 34 pasien suspek DBD masuk ke UGD
-34 kasus itu meningkat signifikan dibandingkan bulan sebelumnya
-November 2023 ada 19 kasus
-Desember 2023 sebanyak 17 kasus
-Awal Januari 2024, 34 pasien suspek DBD dirawat di RS Bahteramas
RUANG RAWAT TERBATAS
-RS Bahteramas berusaha maksimal melayani pasien DBD
-Tantangan terbesar saat ini adalah ketersediaan ruangan perawatan terbatas
-RS Bahteramas juga menerima pasien rujukan dari kabupaten/kota
-Kapasitas ruang rawat pun cepat penuh
-RS Bahteramas menyiasati dengan merekayasa ruangan
-Tujuannya agar pasien tetap mendapatkan pelayanan optimal
-Semua pasien diterima dan tanpa penolakan
PENCEGAHAN
-Menjaga kebersihan rumah dan menghindari genangan air
-Menerapkan prinsip 3M (menguras,menutup dan mengubur)
-Meletakkan pakaian yang telah digunakan dalam wadah tertutup
-Masyarakat harus menerapkan perilaku hidup sehat dengan lingkungan bersih
-Masyarakat melapor ke puskesmas atau dinas kesehatan agar dilakukan fogging
GEJALA DBD
-Demam tinggi hingga 40 derajat celsius
-Sakit kepala parah
-Nafsu makan brkurang
-Nyeri otot dan sendi
-Ruam kulit
-Mual dan muntah
DUGAAN PENYEBAB
-Dinkes Kota Kendari menilai kasus DBD meningkat karena musim hujan
-Kondisi cuaca saat ini sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti
-Penyakit DBD mudah menular karena kurangnya kesadaran masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
-Termasuk kurang menerapkan 3M (menguras, menutup dan mengubur) barang bekas
DATA DIOLAH KENDARI POS DARI BERBAGAI SUMBER