--Galakkan Program Orang Tua Asuh
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Stunting masih menjadi masalah kesehatan di tanah air. Di Kota Kendari, kasus stunting pada 2023 tercatat sebanyak 451 kasus. Atas dasar itulah, Penjabat (Pj) Wali Kota Kendari Muhammad Yusup menggalakkan program orang tua asuh.
Muhammad Yusup meyakini program orang tua asuh angka stunting bisa menurun. Salah satu cara yang ditempuh dengan menyalurkan bantuan pangan secara rutin bagi masyarakat yang stunting.
"Kita memberikan bantuan gizi berupa makanan tambahan kepada anak-anak dan ibu hamil. Di sisi lain, kita juga akan perbaiki lingkungannya," ungkap Muhammad Yusup ketika menyalurkan bantuan pada anak stunting di kelurahan Punggaloba kemarin.
Pemerintah lanjut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Tenggara (Sultra), tidak hanya sendiri menggalakan program orang tua asuh. Berbagai stake holder turut mendukung termasuk keterlibatan personil TNI/Polri dan beberapa elemen masyarakat.
Kepala Dinkes Kendari, drg Rahminingrum mengungkapkan, jumlah kasus stunting di Kota Kendari mengalami peningkatan kasus. Peningkatannya dipengaruhi faktor ketidaktahuan atau masih minimnya pemahaman masyarakat tentang bahaya stunting.
"Beberapa kelompok masyarakat masih mengabaikan masalah stunting. Itu tercermin masih kurangnya masyarakat khususnya ibu hamil memeriksakan kondisi kesehatannya di Puskesmas atau Posyandu.
Termasuk masyarakat masih berperilaku kurang sehat seperti masih merokok dan abai terhadap masalah kecacingan," ungkap Rahminingrum.
Sebaran stunting tertinggi sambungnya, terdapat di tiga kecamatan yakni Kendari Barat sebanyak 107 kasus, Kendari 79 kasus, dan Kecamatan Puuwatu 62 kasus. Sisanya sebanyak 203 kasus tersebar di delapan Kecamatan di Kota Kendari.
Saat ini, pemerintah terus melakukan intervensi gizi spesifik dan sensitif. Mengingat sebaran jumlah balita stunting yang meningkat atau menunjukkan masih tingginya masalah gizi dan faktor determinan pada balita. Oleh karena itu perlu peningkatan konvergensi dan komitmen lintas sektor dan lintas program dalam melaksanakan intervensi gizi baik spesifik maupun sensitif.
"Khususnya upaya pencegahan yang dimulai dari kelompok beresiko seperti remaja puteri, peran Dikmudora sangat diperlukan dengan optimalisasi pelaksanaan aksi bergizi di sekolah melalui kegiatan minum tablet tambah darah bersama secara rutin, yang dimulai dengan pelaksanaan aktivitas fisik, sarapan sehat bersama dan edukasi," pungkasnya. (c/ags)