KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Kearifan lokal menjadi simbol keunikan dan kekayaan daerah. Tak ayal, tradisi dan sejarah lokal harus dijaga dan diketahui generasi muda. Atas dasar itulah, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) terus berupaya memperkaya pengetahuan tentang sejarah dan budaya. Salah satunya dengan menerbitkan buku Sejarah dan Budaya Buton.
Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sultra, Asrun Lio mengapresiasi inovasi yang dilakukan BRIDA dalam menggali kearifan lokal yang ada di Sultra khususnya di pulau Buton. Penulisan buku ini bagian dari upaya pemerintah memperkenalkan dan mendukung pelestarian budaya. Selain itu, akan menjadi bahan informasi dalam pengembangan sejarah yang ada di Sultra.
“Kita berharap peneliti terus menggali sumber kekayaan budaya yang ada di Sultra. Dengan diluncurkannya buku ini, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang budaya. Riset ini adalah kerjasama BRIDA provinsi dengan Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau ini,” ujar Asrun Lio ketika acara peluncuran buku Sejarah dan Budaya Buton di Hotel Kuba 9, Rabu (27/12).
Terbitnya buku tentang sejarah dan Budaya Buton ini lanjut “Jenderal ASN” ini, akan menambah khasanah kesejarahan dan merupakan sumber informasi yang memadai bagi masyarakat yang menjadi rujukan bagi penulisan sejarah. Hal ini juga dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kesadaran akan pentingnya pemahaman sejarah dan budaya di Sultra dan Indonesia.
“Penulisan buku tidak hanya fokus pada adat budaya Buton. Akan tetapi sejumlah adat budaya etnis lainnya yang ada di Sultra. Seperti Tolaki, Moronene, Muna, dan beberapa etnis lainnya,” terangnya.
Kepala BRIDA Sultra Hj Isma mengatakan pelaksanaan launching buku tentang sejarah dan adat Buton itu merupakan hasil riset dan penelitian tim yang dilakukan sejak tahun 2022- 2023. “Proses penyusunan buku ini dimulai sejak tahun 2022. Titik utama dari penulisan buku ini adalah meminta pandangan orang Buton yang berada di luar Sultra tentang sejarah dan budaya Buton saat ini. Karena selama ini kita hanya mengambil informasi orang Buton yang tinggal di sana,” jelasnya.
Sebenarnya, sudah banyak buku tentang sejarah Buton, namun pihaknya fokus pada penelitian dan riset terkait diaspora Buton. Artinya orang Buton yang berdomisili di luar provinsi Sultra. Seperti di Kalimantan Timur, Bangka Belitung, dan Ambon. Pada tahun 2023, fokus penelitian dikhususkan di daerah Buton.
“Untuk launching ini, kami telah mencetak sebanyak 60 buah buku. Kedepannya, kami telah menggandeng pihak perpustakaan daerah untuk menyebarkan buku hasil riset yang diinisiasi Pemprov Sultra. Kami juga telah menyebar luaskan ke beberapa sekolah agar bisa menjadi sumber informasi terkait pengembangan pengetahuan sejarah,” pungkasnya. (c/kam)