KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Dalam upaya mengimplementasikan program kebijakan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Halu Oleo (FEB UHO) telah melakukan kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi (PT) ternama di tanah air maupun luar negeri.
Ketua Jurusan IESP FEB UHO, Dr. Tajuddin, S.E., M.Si mengatakan bahwa program MBKM memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan minat dan bakat di program studi lain bahkan perguruan tinggi yang berbeda.
"Program MBKM sangat diminati oleh sebagian mahasiswa, karena sesuai dengan jiwa muda mahasiswa yang suka dengan petualang," ujarnya.
Meskipun demikian kata dia, tidak semua mahasiswa bersedia mengikuti program ini karena mengikuti program MBKM memiliki tantangan tersendiri bagi mahasiswa, misalnya program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM). "Hingga saat ini mahasiswa masih merasa kesulitan berpisah tempat tinggal dengan orang tuanya, kesulitan biaya hidup dan transport meskipun ada pendanaan dari pemerintah. Bagi program studi penyelenggara kesulitan yang dialami adalah sulitnya mengkonversi pelajaran atau kegiatan mahasiswa di luar program studi dengan mata kuliah yang terdapat dalam struktur kurikulum.
Kegiatan atau mata kuliah yang ada di luar program studi sangat variatif dan tidak sesuai dengan mata kuliah yang ada pada kurikulum," beber Tajuddin. Kegiatan MBKM diawali dengan Memorandum of Understanding (MoU), Perjanjian Kerja sama (PKS) ataupun IA (Implementation Agreement). "Jurusan IESP maupun melalui Fakultas telah menjalin kerjasama berbagai perguruan tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri. PKS antar perguruan tinggi dalam negeri misalnya dengan Unhas, Unair, UB,Untirta, UPI, Uncend, Unila dan lain lain. Beberapa PT luar negeri seperti Universitas Sabah, Malaysia. D.Y Patil Institute Of Management Studies, India. Mitra kerjasama bukan hanya sesama perguruan tinggi tetapi juga dengan Bank Indonesia, pemerintah daerah bahkan dengan swasta," ucapnya.
Adapun program yang akan dijalankan, yakni Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Kampus Mengajar, KKN MBKM, magang mahasiswa baik dalam maupun luar negeri. "Tahun ini tiga orang mahasiswa kami sedang magang di Jerman itu merupakan bagian dari implementasi dari MBKM," imbuhnya.
Ia menambahkan, Implementasi MBKM sifatnya opsional (tidak memaksa) sehingga efek memberatkan tidak terjadi pada mahasiswa. Jangka pendek manfaat yang dirasakan oleh mahasiswa adalah percepatan penyelesaian studi. "MBKM wajib di konversi bahkan dikaitkan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) terasa sangat memaksa bagi program studi. Harapan saya biarkan saja program ini berjalan sesuai dengan minat mahasiswa dan program studi secara fleksibel mengkonversi kegiatan atau matakuliah yang diambil di program studi atau di instansi lain," tutup Tajuddin. (win/b)