—Kolaborasi BKKBN dan Bank Indonesia
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara bersama Bank Indonesia menyalurkan bantuan penanganan stunting di Kantor Kelurahan Tahoa, Kabupaten Kolaka, Kamis (14/12). Langkah itu bagian dari realisasi sinergisitas program pengentasan stunting di Kampung Keluarga Berkualitas.
Perwakilan Bank Indonesia, Rahayu mengatakan, langkah yang dilakukan tidak begitu besar, namun diharapkan dapat menjadi pencetus gerakan bersama untuk peduli sesama, bisa menjadi bagian dari gerakan peduli anak stunting.
Katanya, jumlah bantuan yang disalurkan melalui program sinergi pengen- tasan stunting Kolaka sebanyak 219 paket.
Ditambahkan Rahayu, bantuan ini nantinya akan diberikan kepada keluarga berisiko stunting di kolaka, dengan demikian diharapkan akan terbebas dari stunting.
Rahayu menegaskan mengentaskan stunting bukan hanya tugas pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh pihak, stunting menjadi ancaman bangsa dalam mewujudkan Indonesia emas 2045.
“Kita menjadi bagian dari pemerintah dalam mendukung upaya pembangunan generasi emas 2045, generasi yang sehat dan kuat, tetapi itu tidak bisa kita capai kalau angka stunting masih tinggi,” tegas Rahayu.
Dalam kesempatan itu,
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara, Drs. Asmar, M.Si mengatakan untuk mengentaskan stunting dibutuhkan dukungan seluruh pihak.
“Bantuan yang kami salurkan di Kolaka, kami berharap dapat diperluasi di kabupaten/kota lainnya di Sultea,” harap Asmar.
Disebutkan angka prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 21,6 persen berdasarkan hasil Survey Status Gizi Indonesia tahun 2022, sedangkan Sultra masih di atas nasional yaitu 27,7 persen.
“Kolaka merupakan salah satu kabupaten dengan angka prevalensi stunting yang tinggi di Sultra yaitu 22,6 persen, “ sebut Asmar.
Lebih lanjut dikatakan penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak.
Sementara itu, Pj. Sekda Kolaka, Muh. Bakri, mengatakan stunting akan mempengaruhi perkembangan otak anak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan berbagai bentuk masalah gizi diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahun. (ris)