Oleh: Hj. Fatimasang Abu Massi, S.Pd., M.Pd, Penulis adalah Fasilitator Angkatan 13 Program Pendidikan Guru Penggerak
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Satuan Pendidikan mengalami perubahan dinamis yang memerlukan strategi efektif untuk membimbing jenjang kelas/fase menuju keunggulan. Supervisi akademik, sebagai elemen krusial dalam pengembangan jenjang kelas/fase, dapat diperkaya melalui integrasi konsep coaching.
Satuan Pendidikan, sebagai landasan bagi pengembangan intelektual dan profesionalisme, terus menghadapi dinamika perubahan yang membutuhkan respons adaptif dan strategi efektif. Dalam konteks ini, peran jenjang kelas/ fase sebagai pilar utama dalam proses pendidikan dan penelitian menjadi semakin penting. Oleh karena itu, kebutuhan akan strategi yang tidak hanya memberikan panduan, tetapi juga meningkatkan kualitas pengajaran, riset, dan kontribusi akademis menjadi esensial.
Di sinilah supervisi akademik muncul sebagai elemen krusial yang tidak hanya memantau, tetapi juga membimbing perkembangan jenjang kelas/ fase menuju keunggulan. Pengenalan elemen coaching dalam konteks supervisi akademik membuka peluang baru untuk memperkaya pengalaman pembelajaran dan pengajaran di Satuan Pendidikan.
Integrasi konsep coaching menghadirkan pendekatan yang lebih personal, adaptif, dan pembimbing, yang dapat meningkatkan kinerja individu dan secara keseluruhan meningkatkan kualitas Satuan Pendidikan.
Dalam mengembangkan landasan konseptual untuk integrasi coaching dalam supervisi akademik, penelitian ini melibatkan pemahaman mendalam terhadap kontribusi sejumlah penelitian terkemuka, termasuk “Guiding Faculty to Excellence” oleh Brown (2008), yang memberikan strategi bimbingan jenjang kelas/fase yang relevan dan menjadi titik awal krusial dalam merinci strategi coaching yang dapat diaplikasikan.
Selanjutnya, melalui eksplorasi konsep supervisi klinis oleh Cogan (1973), penelitian ini tidak hanya menganalisis praktik supervisi akademik secara umum, tetapi juga mengidentifikasi elemen-elemen yang dapat diintegrasikan ke dalam kerangka coaching. Dengan demikian, pendekatan ini bertujuan membawa dimensi baru yang lebih mendalam dan berfokus pada pengembangan jenjang kelas/fase yang lebih berkualitas.
Pendekatan pengembangan pemimpin dan pembelajar melalui coaching kognitif, seperti yang disorot oleh Costa & Garmston (2016), memberikan landasan untuk memahami cara integrasinya dalam konteks supervisi akademik. Penelitian ini menjelajahi potensi coaching kognitif dalam meningkatkan kemandirian individu dalam lingkungan akademik, menciptakan peluang bagi pencapaian tujuan pendidikan yang lebih optimal.
Dari segi praktis, panduan dari Downey (2003) tentang praktik coaching yang efektif memberikan arahan konkret untuk membentuk karakteristik dan strategi coaching yang sukses dalam konteks supervisi akademik. Implikasi dari penelitian ini membantu menyusun aspek-aspek kunci yang mendukung keberhasilan coaching di Satuan Pendidikan.
Wawasan tentang hubungan antara supervisi dan kepemimpinan instruksional, seperti yang diungkapkan oleh Glickman et al. (2007), menjadi dasar untuk merancang model supervisi akademik yang efektif. Temuan ini tidak hanya memperkaya perkembangan staf pengajar tetapi juga memperkuat kepemimpinan instruksional di lingkungan akademik.
Melalui pendekatan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) yang diperkenalkan oleh Grant (1999), penelitian ini mengeksplorasi potensi coaching sebagai alat untuk meningkatkan kinerja individu dalam konteks akademik. Pendekatan ini memberikan dimensi baru tentang bagaimana coaching dapat diimplementasikan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas di dalam lingkungan Satuan Pendidikan.
Dalam konteks “Coaching for Performance” (Whitmore, 2009), prinsip dan praktik coaching menjadi dasar untuk merancang program coaching yang berfokus pada peningkatan kinerja akademik. Integrasi konsep ini membimbing pengembangan strategi coaching yang berorientasi pada hasil dan pencapaian prestasi.
Terakhir, konsep dari Stone (2002) mengenai efektivitas coaching dan mentoring memunculkan pertanyaan kritis mengenai perbandingan antara coaching dan mentoring dalam konteks Satuan Pendidikan. Penelitian ini diarahkan untuk membuka diskusi mendalam mengenai pendekatan yang lebih sesuai untuk supervisi akademik.
Dengan mengintegrasikan konsep-konsep ini, penelitian ini berupaya membentuk pandangan holistik dan komprehensif tentang bagaimana coaching dapat menjadi landasan untuk meningkatkan praktik supervisi akademik. Temuan ini diharapkan memberikan arahan praktis bagi pengembangan kebijakan dan implementasi praktik pendidikan yang lebih efektif, berorientasi pada pertumbuhan, dan memberikan dampak positif pada kualitas Satuan Pendidikan.
Penelitian ini mengadopsi pendekatan literatur dengan analisis kritis terhadap sejumlah referensi utama yang membahas konsep coaching dan supervisi akademik.
Melalui pendekatan literatur yang komprehensif, penelitian ini membentuk fondasi untuk integrasi konsep coaching dalam supervisi akademik. Diharapkan bahwa integrasi ini memberikan arahan bagi pengembangan kebijakan dan praktik pendidikan yang lebih efektif, berorientasi pada pertumbuhan, dan memberikan dampak positif pada kualitas Satuan Pendidikan.
Melalui perjalanan pendekatan literatur yang cermat dan komprehensif, penelitian ini berhasil membentuk sebuah fondasi yang solid untuk mengintegrasikan konsep coaching dalam konteks supervisi akademik. Hasil analisis mendalam terhadap kontribusi para peneliti terkemuka, seperti Brown (2008), Cogan (1973), Costa & Garmston (2016), Downey (2003), Glickman et al. (2007), Grant (1999), Whitmore (2009), dan Stone (2002), memberikan gambaran holistik tentang potensi dan aplikasi coaching dalam mendukung pengembangan jenjang kelas/ fase dan peningkatan kualitas Satuan Pendidikan.
Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa integrasi konsep coaching dalam supervisi akademik dapat menjadi suatu langkah yang strategis dan bermanfaat dalam menghadapi dinamika perubahan Satuan Pendidikan. Strategi bimbingan jenjang kelas/fase yang ditemukan dalam “Guiding Faculty to Excellence” (Brown, 2008) memberikan landasan yang kuat untuk merancang program coaching yang relevan dan efektif. Elemen-elemen supervisi klinis (Cogan, 1973) memberikan tambahan dimensi praktis, sementara pendekatan kognitif (Costa & Garmston, 2016) membuka potensi untuk meningkatkan kemandirian individu.
Panduan praktik coaching yang efektif (Downey, 2003) memberikan arahan konkrit untuk membentuk karakteristik dan strategi coaching yang dapat diaplikasikan secara langsung dalam konteks supervisi akademik. Hubungan antara supervisi dan kepemimpinan instruksional (Glickman et al., 2007) merancang landasan bagi pengembangan model supervisi akademik yang efektif, sementara eksplorasi potensi coaching melalui Cognitive Behaviour Therapy (CBT) (Grant, 1999) mengekspos dimensi baru tentang pengelolaan kinerja individu.
Prinsip dan praktik coaching untuk peningkatan kinerja akademik (Whitmore, 2009) menjadi pijakan untuk merancang program coaching yang fokus pada hasil dan pencapaian prestasi. Analisis efektivitas coaching dan mentoring (Stone, 2002) memberikan pemahaman mendalam mengenai perbandingan dua pendekatan ini, memunculkan pertanyaan kritis mengenai pendekatan yang lebih sesuai dalam konteks supervisi akademik.
Implikasi dari integrasi konsep coaching dalam supervisi akademik ini sangat signifikan. Diharapkan bahwa temuan ini dapat memberikan arahan praktis dan strategis bagi pengembangan kebijakan Satuan Pendidikan yang lebih adaptif, responsif, dan berfokus pada pertumbuhan.
Dalam jangka panjang, integrasi coaching dapat menjadi katalisator untuk menciptakan budaya pembelajaran yang berpusat pada pengembangan individu, memastikan bahwa staf pengajar tidak hanya memenuhi ekspektasi, tetapi juga terus berkembang sebagai profesional dan kontributor yang efektif dalam meningkatkan mutu Satuan Pendidikan.
Sebagai akhir dari penelitian ini, diharapkan bahwa pandangan holistik dan komprehensif yang diperoleh dari integrasi konsep coaching dalam supervisi akademik dapat menjadi dasar bagi upaya peningkatan mutu Satuan Pendidikan secara berkelanjutan dan memberikan dampak positif yang signifikan dalam memenuhi tuntutan dinamis dunia pendidikan. (*)