--Kementerian ESDM Siap Membantu Jika Ada Kendala Perizinan
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) sedang membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter). Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) meyakini PT.CNI akan menjadi pionir baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle Battery) di Indonesia.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM, Yose Rizal, mengatakan sebagai Obyek Vital Nasional (OVN) dan Proyek Strategi Nasional (PSN), PT.CNI yang merupakan salah satu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang mendapat perhatian besar dari Kementerian ESDM.
“PT CNI akan menjadi pionir Electric Vehicle Battery di Indonesia. Apalagi program hilirisasi yang dicanangkan Presiden RI, banyak melibatkan pengusaha dalam negeri sebagai tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Yose Rizal saat monitoring pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) PT.CNI Group di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, baru-baru ini.
Yose Rizal menegaskan Kementerian ESDM RI mendukung penuh PT.CNI. Untuk itu, Yose Rizal meminta PT.CNI harus senantiasa berkomunikasi dengan Kementerian ESDM, khususnya jika terjadi kendala berkaitan dengan perizinan, maka Kementerian ESDM akan segera menyelesaikannya.
“Komunikasikan jika ada kendalanya berkaitan perizinan. Kalau dokumennya sudah benar dan lengkap sesuai persyaratan aturan perundangundangan, dalam 1 atau 2 hari, segera kami selesaikan,” kata Yose Rizal.
Sementara itu, President Director PT.CNI, Abdul Haris Tatang mengapresiasi Kementerian ESDM karena begitu peduli kepada PT.CNI, sekaligus menetapkan sebagai OVN dan PSN.
“Saat ini, semua fasilitas smelter PT.CNI, baik mesin maupun material dari China sudah tiba di Wolo. Sebagian besar telah terpasang dan selanjutnya yang tinggal beberapa persen akan dilakukan pemasangan berkelanjutan,” ujar Abdul Haris Tatang dalam keterangan tertulis yang diterima Kendari Pos, kemarin.
Mantan Direktur Operasi 3 PT.Pembangunan Perumahan Tbk (PT. PP) itu menjelaskan, smelter PT.CNI menggunakan 2 teknologi utama. Pertama, teknologi Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan kapasitas 4—72 MVA. “Teknologi RKEF ini terdiri dari 4 lajur produksi untuk mengolah bijih nikel Saprolite yang ditargetkan rampung 2024,” ungkap Abdul Haris.
Kedua, teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Teknologi ini mengolah bijih nikel Limonite yakni bijih nikel kadar lebih rendah untuk menghasilkan baterai kendaraan listrik yang ditargetkan rampung 2026.
“Pengolahan HPAL akan memiliki kapasitas produksi sebesar 293.200 ton dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang di dalamnya terkandung 120.000 ton logam nikel dan lebih dari 11.500 ton cobalt,” jelas Abdul Haris.
Total kapasitas produksi dari smelter nikel RKEF ini nantinya dapat menghasilkan sekitar 252.000 ton Ferronikel (FeNi) dengan kandungan 22% nikel atau sekira 55.600 ton nikel di dalamnya. Produk FeNi ini yang akan diproses lebih lanjut dan dikonversi menjadi Ni Matte dengan kandungan 74% Nikel, yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan baterai kendaraan listrik.
"Persiapan pabrik Ni Matte telah memasuki procurement equipments dan pembangunannya akan dilaksanakan pada kwartal pertama tahun 2024. Seluruh aktivitas pembangunan industri dan penambangan PT.Ceria (CNI) dan fasilitas penunjangnya menerapkan prinsip dan kaidah Environment, Social and Governance (ESG),” tutup Abdul Haris. (fad/b)