--Merumuskan Kebijakan Sesuai UU Kesehatan Baru
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Seribuan dokter dari 35 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah se-Indonesia berkumpul di Sultra, Rabu (22/11/2023), kemarin. Mereka hadir untuk bermusyawarah dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-3 IDI dan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI). Selain para dokter, 37 perhimpunan spesialis dan 55 keseminatan yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis dan guru beras kedokteran turut hadir dalam rakernas.
Mewakili Penjabat (Pj) Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto, Sekda Sultra Asrun Lio mengatakan Pemprov Sultra menyambut kehadiran para dokter dari seluruh penjuru Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Rakernas ini menjadi ajang untuk merumuskan komitmen IDI dalam menghadapi perubahan Undang-Undang Kesehatan yang baru.
"Pelaksanaan UU tersebut akan menjadi salah satu fokus utama pembahasan pada rakernas IDI. Apalagi, organisasi profesi ini melahirkan dokter profesional sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan," kata Sekda Asrun Lio saat membuka rakernas IDI dan IIDI atas nama Pj Gubernur di Phinisi Ballroom, Hotrel Claro Kendari, Rabu (22/11/2023).
Sekda Asrun Lio menekankan pentingnyaperan IDI dalam menjamin mutu kesehatan di Indonesia. Mengingat adanya Rumah Sakit Jantung baru di Sultra, diharapkan IDI dapat memberikan kontribusi berupa saran dan dukungan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di bidang ini.
Menurut Sekda Asrun Lio, sebagai platform untuk membahas berbagai isu kesehatan, rakernas IDI diharapkan dapat merumuskan langkah-langkah strategis yang akan diambil oleh organisasi ini.
“Dengan partisipasi aktif para dokter, diharapkan IDI mampu menjadi garda terdepan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia secara umum dan terkhusus di Sultra. Rakernas ini mencerminkan semangat kolaborasi dan komitmen para profesional medis untuk terus berkontribusi pada pembangunan sektor kesehatan di tanah air,”pungkas Sekda Asrun Lio.
Sementara itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr.Hasto Wardoyo mengungkapkan harapannya agar IDI dapat menjadi provider dalam mengedukasi stunting di Indonesia. Mengingat saat ini banyak organisasi profesi yang tidak fokus pada profesinya.
“Dalam kasus stunting, IDI harus bisa menjadi pelopor untuk revolusi perubahan mindset kepada masyarakat,” ujarnya.
Menurut dr.Hasto Wardoyo, melihat kondisi saat ini banyak orang memiliki makanan, berpendidikan tinggi dan memiliki banyak uang, tetapi terkena stunting. “Hal ini karena mereka masih memiliki mindset yang salah, karena itu edukasi dari provider dalam hal ini para dokter menjadi hal yang sangat penting,”ungkapnya.
Di tempat yang sama Ketua PB IDI, Dr.dr. Muhammad Adip Khumaidi mengatakan rakernas IDI dan IIDI bertujuan mengembangkan pembangunan sumber daya manusia di bidang kedokteran medis, guna mendukung program kesehatan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
"Sebagai organisasi profesi medis yang mandiri, salah satu tujuan berdirinya IDI adalah untuk menjadi mitra strategis pemerintah dalam pembangunan kesehatan masyarakat," ujar dr.Muhammad Adip Khumaidi.
Terkait penanganan stunting yang disampaikan BKKBN, dr.Muhammad Adip Khumaidi menegaskan, kata kuncinya adalah kolaborasi dengan melibatkan semua kompenen masyarakat. Karena masalah stunting ini, bukan hanya soal kesehatan saja melainkan dampak yang ditimbulkan akan berpengaruh pada generasi emas. “Kami di IDI bersama pemerintah daerah memiliki program stunting dengan model-model berdasarkan kearifan lokal seperti menggencarkan gerakan orangtua asuh dokter,” tutur dr. Muhammad Adip Khumaidi. (rah/c)