Ekonomi Sultra Diprediksi Tumbuh Positif

  • Bagikan
Doni Septadijaya

--Pengamat: Ekonomi Melambat Akibat El Nino

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Badai El Nino mulai mereda. Indikatornya, hujan turun melanda hampir semua daerah di Sultra. Diakui atau tidak, badai El Nino berdampak terhadap laju pertumbuhan ekonomi daerah. Kendati begitu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sultra, Doni Septadijaya memprediksi ekonomi Sultra tetap tumbuh positif pada triwulan III tahun 2023. Itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi daerah pada triwulan sebelumnya yang tumbuh positif.

Indikatornya pada triwulan I 2023 ekonomi Sultra tumbuh 6,48 persen year on year (yoy), selanjutnya pada triwulan II 2023 tercatat tumbuh 4,58 persen. Doni Septadijaya mengapresiasi pemerintah bergerak cepat mengendalikan inflasi di tengah meredanya fenomena El Nino.

“Upaya pengendalian inflasi terus dilakukan pemerintah melalui TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah). TPID bersama pemerintah daerah setempat melaksanakan gerakan pangan murah (GPM) serentak di seluruh Sultra. Upaya ini dilaksanakan untuk menekan laju inflasi sehingga dapat mendorong pertumbuhan perekonomian daerah,” ungkap Doni Septadijaya kepada Kendari Pos, baru-baru ini.

Terpisah, pengamat Ekonomi Sultra Prof Nurwati mengatakan ekonomi Sultra pada triwulan III ini tumbuh melambat akibat fenomena El Nino yang melanda Sultra sejak beberapa bulan terakhir. “Ini (El Nino) sangat berdampak terhadap perekonomian kita. Bisa kita saksikan sendiri, harga komoditas bahan pangan sempat naik. Misalnya harga beras pernah menembus harga Rp700 ribu per 50 kilogram. Sementara normalnya itu hanya berkisar Rp 600 ribu,” ujarnya kepada Kendari Pos.

Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo (FEB UHO) itu menjelaskan, kondisi tersebut menjadi gambaran terjadinya inflasi yang tentunya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah.

“Harga sembako dipasaran rata-rata mengalami kenaikan. Kami prediksi inflasi pada triwulan ini naik sekitar 40 sampai 60 persen. Kondisi ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kita,” kata Prof.Nurwati.

Prof.Nurwati mengapresiasi gerakan pemerintah daerah yang kompak mengendalikan inflasi dan mengendalikan kenaikan harga bahan pokok di pasaran dengan menggelar garakan pasar murah. “Tujuannya agar masyarakat bisa menjangkau bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tuturnya.

Sekedar informasi, data yang dihimpun dari Perwakilan BI Sultra menunjukkan pada triwulan II 2023, Sultra mengalami inflasi sebesar 5,32 persen (yoy), lebih rendah dari inflasi tahunan pada Triwulan I 2023 yang sebesar 6,58 persen (yoy), namun lebih tinggi jika dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,52 persen (yoy).

Inflasi pada triwulan II 2023 dipicu oleh beberapa kelompok pengeluaran, utamanya Kelompok Transportasi dengan tingkat inflasi 15,91 persen (yoy) dan andil sebesar 2,48 persen (yoy).

Inflasi Kelompok Transportasi dipicu oleh tingginya kenaikan tarif angkutan udara sebagai dampak peningkatan permintaan pasca pandemi dan dampak Hari Besar Keagamaan Negara (HBKN) Idulfitri dan Iduladha, serta libur sekolah perdana sejak pencabutan ketentuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara nasional.

Selanjutnya, inflasi didorong oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dipicu oleh Subkelompok Makanan dengan inflasi sebesar 4,36 persen (yoy) dan andil inflasi sebesar 1,40 persen(yoy).

Berdasarkan komoditasnya, inflasi kelompok ini didorong oleh beras, ikan kembung/ ikan gembung, dan cumi-cumi. Tingginya inflasi Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dipicu oleh masih tingginya harga beras pada Triwulan II 2023 akibat tingginya permintaan masyarakat di tengah masih terbatasnya pasokan secara nasional.

Selanjutnya, adanya peningkatan gelombang laut, peningkatan suhu permukaan laut, serta pemrosesan perizinan kapal sesuai ketentuan WPP 714 yang masih belum selesai mendorong penurunan hasil produksi ikan segar, yang menyebabkan tingginya inflasi pada komoditas tersebut pada Triwulan II 2023.

Kelompok selanjutnya yang memicu peningkatan inflasi pada periode laporan adalah Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga yang mengalami inflasi sebesar 3,76 persen (yoy) dengan andil 0,51 persen (yoy).

Tingginya inflasi pada Triwulan II 2023 didorong oleh komoditas Bahan Bakar Rumah Tangga dengan andil sebesar 0,29 persen (yoy) akibat dampak penetapan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) elpiji 3 oleh pemerintah provinsi.

Di sisi lain, inflasi lebih tinggi tertahan oleh penurunan tekanan inflasi yang terjadi pada sub kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 0,43 persen (yoy) dengan andil -0,03 persen (yoy). (ags/b)

  • Bagikan

Exit mobile version