KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah atau persentase penduduk miskin semata, namun menyangkut dimensi lain, yakni tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Penjabat (Pj) Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto mengatakan meski persentase penduduk miskin naik sebesar 0,16 persen dari September 2022, namun indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan menurun di tahun 2023.
“Atas dasar itu, Provinsi Sultra menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan pendataan dan verval warga miskin di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Kegiatahn itu dalam rangka penguatan kewenangan kepala daerah dalam percepatan penanggulangan kemiskinan melalui Pengelolaan Data Kemiskinan Terpadu (PDKT),” ujar Pj Gubernur Andap kepada Kendari Pos, Minggu (12/11/2023), kemarin.
Mantan Kapolda Sultra itu mengingatkan agar pemerintah bersama berbagai komponen terkait untuk terus mengendalikan laju inflasi. Sebab, inflasi menjadi salah satu faktor meningkatnya persentase jumlah kemiskinan. Sebab hal ini berkaitan dengan daya jangkau dan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup.
“Informasi terkait inflasi akan terus dipublikasikan, agar masyarakat terus mengetahui perkembangannya dan tidak panik dalam menghadapinya. Inflasi merupakan persoalan global yang berimbas hingga ke daerah-daerah. Namun masyarakat tidak boleh panik sebab Sultra memiliki ketahanan pangan cukup. Selain itu, pemerintah juga akan terus melakukan intervensi dalam rangka pengendalian inflasi ini,” tutur Pj Gubernur Andap.
Sekjen Kemenkumham RI itu menambahkan, selain masalah inflasi, terdapat prediksi-prediksi negatif akan dampak badai El Nino di Sultra. Misalnya, masalah kekeringan berkepanjangan yang diprediksi hingga Februari 2024.
“Namun perlu diingat bahwa sebagai daerah yang berada di kawasan tropis, Sultra memiliki sumber kekayaaan pangan lokal sehingga masalah global El Nino jua bisa dihadapi secara bersama-sama,”ungkap Pj Gubernur Andap.
Sementara itu, Sekda Sultra Asrun Lio menerangkan indeks kedalaman kemiskinan Provinsi Sultra pada Maret 2023 sebesar 1,961 persen poin. Hal ini mengalami penurunan dibandingkan pada September 2022 sebesar 2,048 persen poin. Demikian juga dengan indeks keparahan kemiskinan, pada periode yang sama mengalami penurunan dari 0,479 menjadi 0,512.
“Indeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin,” ujar Sekda Asrun Lio.
Jumlah penduduk miskin di Sultra pada Maret 2023 sebanyak 321 ribu orang. Sebarannya adalah, penduduk miskin pedesaan sebanyak 241 ribu orang dan penduduk miskin perkotaan sebanyak 79 ribu orang. Artinya, 8 dari 10 penduduk miskin di Sultra berada di pedesaan. (rah/c)