Waspada Kebakaran Hutan dan Lahan

  • Bagikan
Personel Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Kolaka Timur (Koltim)saat memadamkan api yang menghanguskan lahan gambut di Desa Wesalo Kecamatan Lalolae. (TRC BPBD KOLTIM)
Personel Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Kolaka Timur (Koltim)saat memadamkan api yang menghanguskan lahan gambut di Desa Wesalo Kecamatan Lalolae. (TRC BPBD KOLTIM)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Fenomena El Nino belum pula beranjak dari Sultra. Lahan-lahan di beberapa daerah mengalami kekeringan. El Nino tidak saja membuat petani sawah di Desa Bou, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) gagal panen, namun juga dapat memicu kebakaran lahan. Catatan koran ini, pada bulan Oktober 2023, 3 kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terjadi. Tak semua kebakaran lahan itu disebabkan El Nino, dan dimungkinkan akibat pembukaan lahan dengan cara membakar. Tetaplah waspada kebakaran hutan dan lahan.

Di Kelurahan Abuki,Kecamatan Abuki, Kabupaten Konawe, sekira 30 hektare lahan masyarakat terbakar pada Kamis (12/10/2023). Lalu, puluhan hektare lahan terbakar di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Desa Lantari Jaya, Kabupaten Bombana, pada Minggu (29/10/2023). Kasus serupa terjadi

di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Senin (30/10/2023). Api melalap lahan gambut sekira 30 hektare di Desa Wesalo Kecamatan Lalolae. Bahkan luasan kebakaran bertambah 20 hektare, Selasa (31/10/2023), kemarin.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kolaka Timur, Dewa Made Ratmawan menyebut, saat ini total kebakaran lahan gambut mencapai 50 hektare. “Kebakaran 30 hektare sudah dipadamkan dan sekira 20 hektare saja yang masih ada titik api. Tim reaksi cepat (TRC) terus memadamkan kebakaran,” ujarnya kepada Kendari Pos, Selasa (31/10/2023), kemarin.

Terpisah, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sultra, Sahid mengatakan, suhu panas yang disebabkan fenomena El Nino di Sultra sangat mudah menyebabkan kebakaran hutan. Karena itu, masyarakat diminta menghindari tindakan yang dapat memicu terjadinya karhutla.

“Kalau melihat dari aplikasi SiPongi yang dikeluarkan Kementerian LHK berdasarkan citra satelit, selama 2023 sudah terjadi karhutla sekira 4.000- an hektare di Sultra. Tapi kalau berdasarkan data kami di lapangan, karhutla yang terjadi di Sultra baru sekira 300-an hektare,” kata Sahid, baru-baru ini.

Ia mengimbau masyarakat agar menghindari atau tidak melakukan tindakan yang dapat memicu terjadinya kebakaran hutan. Sahid menegaskan, terjadinya karhutla tentu ada sumbernya. Jika cuaca sangat terik ditambah angin dan oksigen bertemu maka dengan 1 pemicu, seperti puntung rokok di uang lahan yang kering maka akan menyebabkan terjadinya kebakaran.

“Saat ini kita tidak bisa pungkiri bahwa baik dari masyarakat atau perusahaan membuka lahan dengan cara membakar. Karena itu, kita harap dalam membuka lahan jangan membakar, sebab itu bisa jadi awal mula terjadinya karhutla,” ujar Sahid.

Ia menjelaskan, daerahdaerah di Sultra yang tingkat kerawanannya karhutla tinggi yakni Taman Nasional (TN) Rawa Aopa Watumohai (Konsel- Bombana) yang memiliki padang yang cukup luas. Lalu, lahan gambut di Kolaka Timur. Selanjutnya ada juga beberapa wilayah rawan Karhutla di Kolaka Utara, dan Kota Baubau.

“Daerah-daerah itula yang paling rawan karhutla. Tapi yang kerawanannya cukup tinggi ada di Kabupaten Bombana karena disana ada savana dan padang alang-alang. Jadi itu yang paling besar,” ungkap Sahid.

Sahid mengungkapkan karhutla di beberapa wilayah di Sultra terjadi akibat dampak El Nino. Kasus karhutla merata hampir di 17 kabupaten dan kota. Namun masih dalam skala yang kecil sehingga langsung ditangani tim dinas kehutanan, warga dan stakeholder terkait.

“Karhutla akibat El Nino di Sultra terjadi pada spot-spotnya kecil dan tidak besar. Sehingga masih mampu dipadamkan oleh petugas UPTD Dinas Kehutanan di lapangan yakni KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) bekerja sama dengan instansiinstansi terkait,” beber Sahid.

Untuk menghindari meluasnya karhutla, Pj Gubernur Sultra telah bersurat ke 17 pemerintah kabupaten/kota untuk mengantisipasinya. Selain itu Dishut Sultra juga telah bersurat ke UPTD Dishut yakni 25 KPH dan 1 Taman Hutan Rakyat (Tahura) untuk mengantisipasi karhutla. “Kita juga sudah membentuk 25 brigade pengendalian karhutla di UPTD dan kita tambah 1 brigade di UPTD Tahura,” jelas Sahid.

Selain itu Polisi Kehutanan (Polhut) Dishut dan penyuluh intens patroli di lapangan dan memasang papan informasi dan larangan membakar ataupun hal lain yang dapat mengakibatkan kebakaran hutan. “Itu langkah pencegahan. Dalam sosialisasi, kami menyampaikan kepada masyarakat atau perusahaan atau siapa saja untuk membakar saat membuka lahan,” tegas Sahid.

Untuk mendeteksi dini kerawananan karhutla, Dishut Sultra telah melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PT. Telkom Indonesia Tbk Wilayah Sultra, Polda Sultra, Pemprov Sultra, perusahaan perkebunan di Sultra dan PT.Virtue Dragon Nickel Industrial Park. Deteksi dini kerawananan karhutla dalam PKS itu adalah penanggulangan karhutla melalui aplikasi Sistem Analisa Pengendalian Karhutla Secara Digital (Asap Digital).

“Di lokasi yang rawan terjadi karhutla, dipasang alat semacam CCTV seperti di Kolaka Timur, Bombana, dan Konsel. Kita baru pasang 3 di daerah karena kita terbentur soal biaya. Karena untuk pemasangan satelit ini juga menggunakan biaya seperti pulsa,” imbuh Sahid. (kus/rah/kam/b)

  • Bagikan

Exit mobile version