Penulis : Muhammad Akbar Ali (Pembaca Buku dan Penikmat Kopi)
KENDARINEWS.COM--Rokok dan kopi ibarat hidangan sakral pada arena pergolakan revolusi yang menjejak tiap zamannya. Situasi seakan kehilangan harmonis dalam lentera diskusi tanpa kolaborasi keduanya.
Maka tak heran muncul fatwa kiri bahwa dengan merokok dapat melancarkan derasnya berpikir jernih dan ketenangan sikap.
Kendati pakar medis membantah teori sosial itu, namun begitulah kebenaran sosial berlaku. Mereka tak resah dengan ketidakadaan pengakuan formal. Biarlah hati dan rasa yang membuktikannya.
Dan konklusi dengan percintaan, maka hal tersebut bersifat abstrak. Keseimbangannya didasarkan pada hak masing-masing.
Rahasianya terletak pada prinsip si wanita yang menerima tawaran. Namun pada hakekatnya bukan pada permukaan kebiasaan merokok yang menjadi intisari pandangan dari pertalian dua insan. Tetapi pada sisi lain.
Ibarat bunga mawar, bukan pada warnanya yang menarik hati yang terdalam, namun pada serpihan serbuknya yang menghembuskan wewangian.
Maka hasilnya bermuara hanya pada satu arah yang menjadi paradigma mendasar dalam uji kompetisi melihat sang pendekar yakni kualitas.
Kualitas Ilmu, Karakter, spritual, dan wawasan yang luas. Kesemuanya terhimpun pada prinsip hidup atau visi misi kehidupan si gagah itu.(**)