KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Pembelajaran pascapandemi Covid-19 mulai pulih. Itu tergambar dalam rapor pendidikan 2023 yang dirilis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Banyak capaian baik, tapi ada pula nilai merah yang harus diwaspadai.
Sebagaimana diketahui, ada sebelas indikator penilaian dalam rapor pendidikan 2023. Di antaranya, kemampuan literasi murid, kemampuan numerasi murid, karakter murid, iklim keamanan sekolah, dan iklim inklusivitas sekolah.
Kemudian, iklim kebinekaan sekolah, kualitas pembelajaran, penyerapan lulusan SMK, kemitraan dan keselarasan SMK dengan dunia kerja, persentase PAUD terakreditasi minimal B, dan angka partisipasi sekolah. Semua data yang diambil merupakan cerminan dari wajah pendidikan pada 2022.
Tahun ini hasil rapor untuk kemampuan numerasi murid cukup menggembirakan. Semua jenjang dari SD/MI/ sederajat hingga SMA/SMK/MA/sederajat mengalami kenaikan. Begitu pula nilai kualitas pembelajaran. Namun, ada pula nilai yang mengalami penurunan. Misalnya, kemampuan literasi murid untuk jenjang SMA/SMK/MA. Juga pada iklim keamanan sekolah.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengungkapkan, hasil asesmen nasional (AN) yang ditampilkan dalam rapor pendidikan Indonesia menunjukkan mulai ada pemulihan pembelajaran pascapandemi. Pada 2022, jumlah murid SD, SMP, dan SMA/SMK yang memenuhi kompetensi minimum dalam numerasi meningkat jika dibandingkan dengan 2021. ”Untuk literasi, juga terjadi peningkatan di jenjang SD dan SMP,” ujarnya, kemarin.
Menurut dia, peningkatan signifikan itu menunjukkan dampak awal dari program-program Merdeka Belajar yang sementara ini memang lebih banyak ditujukan ke jenjang SD dan SMP/sederajat. Pendampingan melalui Kampus Mengajar, misalnya, menyasar SD dan SMP yang paling rendah skor literasi dan numerasinya. Program buku bacaan bermutu juga menyasar SD yang paling rendah skor literasi dan numerasinya.
Dia mengakui masih ada pekerjaan rumah (PR), terutama di jenjang SMA/ SMK lantaran nilai literasinya yang turun. ”Sebenarnya juga (PR) untuk semua jenjang agar kualitas pendidikan kita bukan hanya pulih seperti sebelum pandemi, tapi justru lebih baik dibanding sebelumnya,” sambungnya. (jpg)