KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Bendungan Ameroro, Kecamatan Uepai menjadi salah satu proyek strategis nasional (PSN) di Konawe. Proyek yang akan menghabiskan anggaran pendapatan dan belanja negata (APBN) hingga Rp 1,4 triliun itu, kini dalam tahap pengerjaan. Paket I dikerja oleh PT Wijaya Karya (Wika) dan paket II ditangani PT Hutama Karya (HK).
Selasa (12/4), terjadi insiden di lokasi pembangunan Bendungan Ameroro paket II. Dinding beton pada salah satu konstruksi ambruk. Ditengarai, pengerjaan dan kualitas bangunan tidak sesuai spesifikasi.
“Bendungan tersebut diduga tidak memiliki penyangga. Kerena tidak mampu menahan beban, akhirnya ambruk,” komentar seorang warga Kecamatan Uepai, Hasmada Saputra, Kamis (14/9). Ia berpendapat, bencana alam yang berdampak pada kerusakan suatu bangunan, memang sulit dihindari. Namun dengan perencanaan yang baik, kemungkinan buruk itu bisa diminimalisir. “Kekuatan fisik bangunan diperlukan perencanaan yang baik. Jika kapasitas bencana alam tidak seimbang dengan rusaknya bangunan, patut diduga terjadi kegagalan kontruksi,” tudingnya.
Ia menyebut, peristiwa longsor dan ambruknya konstruksi bendungan Ameroro, cukup membuat resah masyarakat yang keseharian beraktivitas di sekitar areal PSN tersebut. “Makanya kita minta pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Kendari untuk segera turun melakukan pemeriksaan terhadap pekerjaan yang sedang dilaksanakan, termasuk material yang digunakan. Karena bagian yang ambruk itu baru satu minggu dikerja. Itu tandanya perencanaannya tidak matang,” sorotnya.
Sementara itu, Geologi Engineer KSO PT Hutama Karya (HK), Waldo Putra Agung, membenarkan peristiwa ambruknya salah satu bagian dinding bendungan tersebut. Katanya, peristiwa itu terjadi pada Selasa (12/9). Katanya, pada area yang terjadi longsor tersebut, akan digali untuk konstruksi dinding saluran peluncur pelimpah air (spillway). Kondisi tebing kiri spillway secara geologi kurang menguntungkan sebab adanya foliasi (perlapisan berulang di batuan metamorf) yang searah dengan galian.
“Kemiringan foliasi 30 derajat, lebih landai dari galian yang menyebabkan terdapat potensi longsoran. Makanya, berpotensi terhadap adanya runtuhan atau longsoran yang normal akan terjadi pada kondisi tersebut,” argumennya, kemarin.
Waldo menambahkan, deposit yang longsor pada dasar, memang akan digali. Pada saat kejadian longsor itu, pihak pekerja sedang melakukan penggalian. Menurutnya, metode pelaksanaan penggalian harus dilakukan pelan-pelan. Jika dilakukan secara frontal dapat berbahaya untuk proteksi tebing yang di atasnya.
“Tapi saat ini sedang pembersihan dan pekerjaan sudah bisa dilanjutkan ke step berikutnya,” pungkasnya. Sebagai informasi, total anggaran yang terkontrak pada PSN Bendungan Ameroro, sebesar Rp 1,428 triliun. Pengerjaan PSN itu terbagi menjadi dua paket. Paket I senilai Rp 910,136 miliar dan paket II Rp 518 miliar. (b/adi)