KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID --Ketangguhan La Ode Gomberto sudah teruji. Lahir dari keluarga miskin dan daerah terpencil Desa Wakenta, Kabupaten Muna tak mambuatnya kehilang harapan. Pria kelahiran 1969 itu berjuang dari angka mines hingga menggapai kehidupan yang mapan dengan perusahaan penyedia jasa konstruksi bernama PT Mitra Pembangunan Sultra.
Kini perusahaan yang ia kelola menggagas pembangunan industri (Asphalt Mixing Plant, red) dalam taman. Sebab terinspirasi narasi industri selalu identik dengan kerusakan lingkungan. Jadi ia merasa perlu membuat terobosan dalam memperkenalkan industri yang ramah lingkungan. Ia ingin mematahkan pernyataan industri berdampak buruk terhadap lingkungan. Proyek yang ia canangkan ini belum pernah terjadi di Indonesia dan bila terealisasi akan menjadi pilot project.
"Soal izin industri yang diterbitkan pemerintah, seakan-akan menghalalkan yang haram. Bukan itu tujuan izin sebetulnya. Izin itu terbit karena terpenuhinya beberapa syarat yang sudah menjadi disyaratkan. Salah satunya adalah mengenai dampak lingkungan," katanya.Ia menerapkan green mining dalam melakukan pekerjaan pembangunan jalan. Pencampuran aspal diawali dengan agregat, dimasukkan ke cool bin, lalu diantarkan conveyor masuk ke dryer. Jadi dryer terjadi proses pembakaran yang memunculkan debu, yang menimbulkan polusi.
"Standar dalam pekerjaan ini harus kita penuhi dengan menyediakan alat yang ramah lingkungan. Ada yang namanya hexos, dimasukkan di siklon. Jadi debu yang timbul akibat pembakaran itu dihisap oleh hexos, nanti dimasukkan dalam siklon dan disiram sehingga asap yang keluar itu tinggal asap murni. Itulah yang seharusnya jadi standar yang harus dipenuhi satu perusahaan industri untuk diterbitkan izinnya," ungkapnya.
Itulah yang ia terapkan di AMP yang ia punya. Sehingga ia menjamin meskipun berada di dekat industri, udara tetap segar. Apalagi akibat industri bukan orang lain yang merasakan, namun dia karena setiap hari berada di sana bersama anak dan istri. Ia berharap dukungan pemerintah untuk mewujudkan pembangunan industri dalam taman. Sehingga menginspirasi pelaku-pelaku usaha yang lain. "Kalau bukan kita yang peduli, siapa yang peduli. Kalau menunggu teguran dari pemerhati, maka tidak akan pernah bagus sistem yang kita bangun,"pungkasnya. (adv)
Perluas Pengabdian dengan Berpolitik
La Ode Gomberto memperluas lahan pengabdian dengan memilih jalur politik. Ia menjabat Ketua DPC Gerindra Muna, meskipun awalnya tak tertarik dengan politik. Namun ia butuh lahan pengabdian yang lebih luas untuk membantu masyarakat.
“Alhamdulillah tugas saya untuk kebutuhan zatnya anak-anak dan keluarga, saya anggap sudah selesai. Saya ingat nasihat orang tua bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Kalau saya ingin bermanfaat untuk orang lain untuk kerabat, untuk keluarga, apalagi untuk daerah maka saya juga tentunya harus memiliki yang kewenangan. Jadi saya masuk politik,” argumentasinya.
Keinginanya berpolitik bukan semata untuk mengejar kekuasaan dan kehormatan, tapi hanya ingin berbuat buat daerah dan masyarakat. Apalagi ada banyak dorongan dari teman-teman dan keluarga. Ia mengaku baru menerima tawaran Gerindra, mekipun dari partai lain juga pernah menawarkannya untuk menjadi pengurus. Bagi dia, visi maupun misi Gerindra sejalan dengan apa yang menjadi keinginannya. (adv)
Anak Muda Jangan Cepat Menyerah
La Ode Gomberto tak pernah mengenal kata gagal. Jatuh, langsung bangun. Daya juang Gomberto, ia harap bisa menginspirasi anak muda yang tak lahir dari keluarga dengan ekonomi yang mapan dan relasi yang luas.
Ia menyarankan generasi muda tak cepat menyerah, meskipun lahir dari keluarga tanpa privilege. Gomberto yakin yang membuat orang bisa menggapai kesuksesan, bukan karena terlahir di keluarga mapan, tapi karena mencintai pekerjaanya dan bekerja keras tanpa kenal lelah.
Bagi Gomberto, kesempatan sukses bukan hanya miliki mereka yang berlatar belakang hebat. “Dari latar belakang apapun, kita semua memiliki kesempatan yang sama. Jadi fokus di profesi yang dijalani. Jangan melihat yang sukses di bidang kontraktor, lalu ikut-ikutan jadi kontraktor. Fokus di bidang yang kita cintai. Cintai yang kita kerjakan,” pintanya.
Ia mencontohkan istilah lautan diberangi, gunung didaki. Pernyataan itu seolah-olah hanya buat orang-orang yang lagi kasmaran. Padahal seharusnya bisa memotivasi untuk mengejar mimpi di sebuah pekerjaan. “Tidak ada pekerjaan yang berat, tidak ada pekerjaan yang susah kalau diawali dengan rasa cinta. Jangan berpikir kata-kata gunung kudaki lautan kuseberangi hanya buat yang kasmaran, tapi semua profesi bisa,” katanya.
Gomberto bercerita telah membaca buku hasil riset terhadap penentu kesuksesan.
Ternyata yang punya latar belakang hebat tidak selamanya menjadi kata kunci untuk sukses. Pemilik IQ tertinggi saja ternyata hanya urutan ke-23 untuk menjadi orang sukses. Bersekolah di sekolah ternama menempati urutan ke-26 untuk menjadi orang sukses.
Urutan pertama untuk menggapai kesuksesan, kata dia, adalah cukup jujur, disiplin, kerja keras dan mencintai apa yang dikerja.
“Itu bisa sukses terlepas dari bukan keluarga yang mapan. Ada pepatah begini; buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Itu bukan lagi saatnya kita pakai pepatah itu. Karena tidak membuat motivasi, malah menjadi pesimis. Misalnya bapak saya tukang becak atau petani. Saya mau sekolah, tapi secara pemikiran, ada semacam, tidak usah sekolah karena akan jadi petani dan tukang becak. Jadi janganlah kita pakai pepatah itu. Yang kita gunakan sekarang; buah jatuh tidak selamanya dekat-dekat pohonnya,” tutur Gomberto. (adv)