1.569 Keluarga di Mawasangka Berisiko Stunting

  • Bagikan
Pj Bupati Buteng, Andi Muhammad Yusuf (tengah) didampingi anggota DPRD Buteng dapil Sangia Wambulu, Saal Musrimin Haadi (kanan) saat kunjungan kerja di Kecamatan Sangia Wambulu.(DISKOMINFO BUTENG FOR KENDARI POS)
Pj Bupati Buteng, Andi Muhammad Yusuf (tengah) didampingi anggota DPRD Buteng dapil Sangia Wambulu, Saal Musrimin Haadi (kanan) saat kunjungan kerja di Kecamatan Sangia Wambulu.(DISKOMINFO BUTENG FOR KENDARI POS)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Masalah stunting menjadi perhatian serius Penjabat (Pj) Bupati Buton Tengah (Buteng), Andi Muhammad Yusuf. Apalagi daerah ini menempati posisi pertama dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Sulawesi Tenggara (Sultra). Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan generasi masa depan Buteng dari ancaman stunting. 1.156 keluarga di Kecamatan Mawasangka berisiko stunting.

Informasi itu diungkapkan Andi Muhammad Yusuf saat kunjungan kerja (kunker) di Kecamatan Sangia Wambulu, dalam upaya memperkuat silaturahmi dengan masyarakat setempat dan meningkatkan kesadaran terhadap masalah stunting. Kata Andi Muhammad Yusuf, stunting hanya bisa ditangani secara kolektif. Masalah ini membutuhkan keseriusan dari semua pihak. Karena itu pemerintah mendorong partisipasi masyarakat untuk menyukseskan program penurunan angka stunting di Buteng.

“Semua unsur masyarakat harus berkolaborasi. Hanya dengan kerja sama yang baik, masalah ini dapat diselesaikan,” ujar Muhammad Yusuf.

Ia berharap, program bapak dan bunda asuh stunting yang baru digagas dapat memberikan efek yang nyata untuk masyarakat. Program itu bertujuan mengimpelementasikan semua kebijakan terkait penurunan stunting, mengurangi beban pengeluaran keluarga berisiko stunting, serta mendorong peran masyarakat dalam menangani stunting. Para kepala organisasi perangkat daerah (OPD) yang ditunjuk diharapkan berperan langsung dalam penurunan kasus stunting di Buteng.

Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam program itu yakni intervensi spesifik yang artinya menangani langsung gizi anak bersangkutan. Kedua, intervensi sensitif yaitu memperbaiki lingkungan, sanitasi, dan jamban keluarga. “Anak sehat tapi tidak mendapat akses jamban yang sehat, kondisi rumah yang tidak layak huni, keluarga tidak mampu namun tidak mendapatkan bantuan sosial, serta memiliki orang tua perokok.

Ia mengajak semua pihak melawan stunting sehingga daerah ini mampu menghasilkan sumber daya manusia yang mumpuni,” pungkasnya sebelum menyerahkan bantuan makanan tambahan kepada ibu-ibu hamil dan balita di wilayah Kecamatan Sangia Wambulu. (uli/b)

  • Bagikan