Penulis: Drs.Nasri Bohari M.Pd (Pembina Pondok Pesantren Hidayatullah Kendari/Ketua DPW Hidayatullah Sulsel)
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Kilatnya laju teknologi digital, kini terus merangsek ke setiap level dan bidang kehidupan, tak terkecuali masuk ke lingkup terkecil yakni keluarga. Yang mendorong perubahan terhadap banyak pola hidup, salah satunya adalah pola mendidik anak.
Disadari, betapa banyak orang tua yang memanfaatkan kemajuan teknologi digital untuk membantu dalam pendidikan anak. Namun, pemanfaatannya dimasa transisi dalam tumbuh kembang anak, tak selamanya berjalan baik tanpa kendala sebagaimana yang diharapkan.
Kemajuan teknologi digital, bisa jadi adalah tantangan berat bagi orang tua dan pendidik dalam pendidikan anak. Teknologi digital ibarat pedang bermata dua, satu sisi memberi kemudahan mendapatkan informasi baru, juga memudahkan mengakses dengan cepat berbagai ilmu pengetahuan yang diperlukan.
Terlebih lagi tentu sangat membantu dan memudahkan para orang dewasa (orang tua), untuk bekerja di rumah ataupun di mana saja. Sebaliknya sisi lain, bisa akan berbahaya jika langsung diserap tanpa disaring terlebih dahulu khususnya untuk kebutuhan proses pendidikan anak.
Penelitian berjudul Permasalahan Pola Asuh dalam Mendidik Anak di Era Digital yang dilakukan oleh Atmojo dkk. menyatakan pesatnya arus informasi dan teknologi berpotensi menjerumuskan anak-anak dalam perilaku buruk. Seperti misalnya, anak-anak akan terpengaruh untuk melontarkan kata-kata umpatan sehingga akan terjadi degradasi moral di kalangan anak-anak.
Dampak lain turut muncul ketika anak-anak lebih cenderung asyik bermain dengan layar teknologi seperti gawai, membuat mereka tak memiliki pola pendidikan sosial kemasyarakan. Keasyikan bermain di dunia digital dan media sosial dapat menciptakan lupa berinteraksi sosial.
Dalam proses selanjutnya jika terus dibiarkan dapat berpengaruh terhadap perkembangan karakter dan pola interaksi anak dengan lingkungannya. Disaat dimana pembentukan karakter anak memerlukan hubungan interaksi dengan teman sebaya, yang menciptakan motivasi anak untuk kompetitif belajar.
Sementara hidup berinteraksi adalah belajar hidup bersosialisasi dalam kelompok dan dengan masyarakat secara umum.
Namun tentunya, di zaman seperti saat ini, untuk maju dan berkembang tak bisa lepas dari teknologi informasi, media digital, dan maya, termasuk dalam dunia pendidikan.
Cara bijak menyikapi kemajuan dunia digital dalam proses pendidikan anak, bukan menjauhkan sepenuhnya teknologi digital dari anak-anak.
Pada saat yang sama pendidikan terkini memerlukan media belajar, teknologi digital dan dunia maya dalam proses belajar anak.
Belum lagi realitas kehidupan saat ini, hampir tak ada lagi aktivitas dan bidang kehidupan yang tidak memanfaatkan teknologi informasi yang berbasis digital. Kecanggihan teknologi menciptakan kemudahan, kecepatan dan keluasan akses, menjadikan teknologi digital semakin tak terelakkan untuk digunakan.
Ironisnya sebagian orang tua merasa nyaman dan terbantu pada saat ketika melakukan acara tertentu atau aktivitas kesibukan lainnya yakni dengan memberikan kebebasan seperti handphone kepada anaknya dengan maksud tidak rewel dan mengganggunya. Terkadang orang tua, tanpa mau tahu dan memahami dampak bagi anaknya dari penggunaan media tersebut.
Oleh karenanya, agar tidak terlalu jauh terpapar dampak buruk teknologi digital pada anak, para orang tua atau pendidik sebaiknya melakukan beberapa hal, sebagai langkah preventif.
Mengubah dunia digital dan dunia maya dari ancaman menjadi kebutuhan yang termanfaatkan secara baik dan tepat.
Pertama bahwa dunia anak-anak sebagaimana kita sebagai orang tua dulu tak sama dengan dunia anak-anak saat ini. Perkembangan dunia modern yang serba digital dalam kehidupan keseharian tak mungkin dijauhi atau dipisahkan dengan teknologi digital.
Yang dibutuhkan adalah sikap bijak menyikapi pola pendidikan sesuai zaman seperti saat Ini.
Sangat bijak nasehat Ali bin Abi Thalib dalam mendidik anak, begitu mengena dan layak kita renungkan. “Ajarilah anaka-nakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu.
Era orang tua dulu, sangat alami dan penuh keakraban dengan lingkungan sekitar. Sangat beda dengan era yang dihadapi anak-anak zaman digital sekarang ini. Sehingga, orang tua atau ayah dan ibu mengharuskan untuk berubah dalam mendidik sesuai tantangan anak-anaknya seperti zaman ini.
Kedua adalah seoptimal mungkin orang tua dan pendidik mengawasi dan mengarahkan Penggunaan Perangkat dan Media Digital dan maya dengan tepat. Meminimalisir anak bisa mengakses konten-konten negatif ataupun konten yang belum sesuai dengan usia sang anak.
Dikhawatirkan anak-anak keasyikan bermain dengan perangkat digital. Sebab apabila sudah kecanduan bisa membuat sang anak kurang berinteraksi dengan dunia yang sebenarnya, bahkan lebih jauh jauh lagi dari segi kesehatan bisa merusak otak dan pikirannya.
Anak-anak diantar untuk menyeimbangkan antara menggunakan teknologi digital dengan memperkenalkan aktivitasaktivitas fisik dan keterampilan lainnya seperti berkebun, piknik, bersosialisasi dengan tetangga, ataupun berolahraga.
Ketiga, memilih wadah pendidikan yang baik adalah cara tepat mendidik anak di dunia serba digital ini. Sebab, disamping akan menjauhkan dari sifat ketertutupan dan egoisme dengan lingkungan sebenarnya. Juga mempersiapkan ilmu, jiwa dan mentalitas anak menjadi siap menghadapi tantangan dan kompetisi zaman ke depan.
Tak bisa dipungkiri, pendidikan yang baik dan tepat seperti sekolah yang banyak memberi waktu dan ruang untuk pembentukan jiwa dan akhlak anak adalah langkah benar.
Terlebih lagi saat ini, sebagian orang tua semakin sadar memasukkan anak harapan dan buah hatinya ke pendidikan agama ataupun pesantren.
Keempat, mengingat waktu mendidik anak sangatlah cepat dan singkat. Sejak jenjang PAUD, TK, SD serta SMP dan SMA atau saat-saat anak berseragam hingga memasuki usia dewasa terus dan tetap menjadi orang tua baik, sebagai pendidik yang.akrab dan dekat dengan anak-anaknya. Jangan sampai dunia digital dan dunia maya mengambil alih peran orang tua dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak. Sehingga anak tidak mengenal orang tua dan guru sebagai pendidik yang baik secara hakiki.
Jangan sampai, seharusnya anak menghormati dan patuh pada orang tua dan guru menjadi pribadi yang sebaliknya.
Keakraban, kedekatan dan ke dekapan pada hati dan jiwa anak buah dari kasih sayang orang tua dan guru akan menjadi termudahkan transfortasi nilai dan akhlak pada anak.
Lebih efektif lagi adalah ketika figur yang dikagumi di dunia digital dan maya menjadi tenggelam oleh sosok keteladan orang tua yang difragmentasikan dan dirasakan anak setiap di rumahnya.
Pada hakekatnya, mendidik anak bukan sisa dan sekedar waktu, mendidik anak adalah investasi terbesar dan terbaik dari orang tua, dengan memberinya sepenuh waktu dan sepenuh jiwa untuk kesuksesan masa anak tercinta. (***)