Gerak Cepat Sang Pendatang Baru

  • Bagikan
CEPAT BERADAPTASI : Anggota Komisi I, Muhammad Syamsuddin (kanan) dalam sebuah agenda kedewanan, menyalami Ketua DPRD Baubau, H. Zahari dan turut dihadiri Wali Kota, La Ode Ahmad Monianse (kiri). (ELYN IPO/KENDARI POS)
CEPAT BERADAPTASI : Anggota Komisi I, Muhammad Syamsuddin (kanan) dalam sebuah agenda kedewanan, menyalami Ketua DPRD Baubau, H. Zahari dan turut dihadiri Wali Kota, La Ode Ahmad Monianse (kiri). (ELYN IPO/KENDARI POS)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) harus genap sesuai jumlah kursi yang tersedia. Jika salah satu yang menjabat tak bisa menyelesaikan periode pengabdiannya karena alasan tertentu, undang-undang mengatur untuk dilakukan pergantian antar waku (PAW). Mekanisme itu pula yang terjadi di DPRD Kota Baubau, 25 Mei lalu. Muhammad Syamsuddin resmi bergabung dengan 24 anggota legislatif kota, setelah seniornya dari Partai Berkarya mangkat pada April lalu.

Meski baru dua bulan duduk di kursi parlemen itu, Muhammad Syamsudin tak canggung dengan segala kesibukan dewan, bahkan sudah bisa menyesuaikan dengan rekanrekannya. Ia tergabung dalam komisi I dan cukup aktif pada berbagai kegiatan kelembagaan.

“Kalau hitung pengalaman, jelas akan berbeda dengan senior yang sudah tiga tahun lebih berproses. Tapi untuk penyesuaian, rasanya sudah cukup. Apa tugas saya, bagaimana melayani aspirasi masyarakat, bagaimana bermitra dengan pemerintah dan hubungan saya dengan partai, itu sudah khatam,” ungkapnya, Minggu (30/7).

Mengawali tugasnya di gedung rakyat, sehari setelah dilantik, Ilor mendapat pesan singkat dari seorang honorer. Kata dia, honorer dimaksud sudah lulus passing grade dalam seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) namun tak kunjung mendapat surat keputusan (SK) penempatan kerja dari pemerintah. “Saya dilantik kamis, jumat dapat chat. Senin saya minta dia dan temantemannya ke kantor. Saya dengarkan. Setelah itu kami bahas internal di komisi I. Kemudian kita undang Pemkot, konsultasi ke KemenPAN, sampai kali kita ke sana. Sekarang hasilnya sudah ada. Mereka ikut tes tahun ini dan masuk kuota prioritas. 29 orang jumlahnya, kuota kita 335 orang,” urainya.

Saat ini, pria yang karib disapa Ilor itu menyisakan durasi pengabdiannya satu tahun empat bulan. Waktu yang sangat singkat, tetapi baginya itu sangat cukup untuk membuktikan jika dirinya mampu mengemban amanah. “Saya memanfaatkan moment. Kita bertemu warga, jangan bawa kepentingan. Bawa diri kita, apa yang mereka butuhkan dari kita. Ketika mereka nyaman dan percaya, sudah, itulah investasi sosial kita yang akan mereka balas dengan doa dan dukungan,” tambahnya.

Bermodalkan keyakinan itu, Ilor mantap menatap periode keduanya di pemilihan legislatif tahun 2024 mendatang. Jika periode 2019-2024 Ilor menuju parlemen berbendera Partai Berkarya, kali ini ia memilih PDIP sebagai kendaraan politiknya. Meski banyak pesaing di Dapil Wolio, Ilor tak gentar untuk berebut suara. “Dapil I banyak incumbent. Tapi itu tadi, masyarakat akan melihat ketulusan kita dalam mengawal aspirasi mereka. Saya yakin dengan kapasitas yang ada,” lanjut mantan jurnalis media nasional ini.

Diakui Ilor, politik butuh cost besar. Para pesaingnya juga banyak yang bermodal. Namun dia punya persepsi lain. Baginya, uang bukan segalanya, meski segalanya butuh dana. Terlahir dari rahim seorang guru, Ilor sudah ditempa sejak kecil sebagai petarung untuk memerjuangkan setiap impiannya. “Saya bukan anak pejabat, bukan keturunan darah biru, tak punya warisan. Saya juga bukan pengusaha, hanya orang biasa. Tapi punya tekad untuk berkontribusi bagi daerah,” pungkas ayah tiga anak itu. (b/lyn)

  • Bagikan

Exit mobile version