KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang), mengoptimalkan langkah diversifikasi pangan. Hal ini sebagai upaya, menciptakan generasi unggul di jazirah Sulawesi Tenggara.
Kepala Disketapang Sultra, Ari Sismanto mengatakan, diversifikasi pangan lokal saat ini, penting untuk terus diedukasi kepada seluruh masyarakat Sultra. Mengingat tingkat konsumsi beras masyarakat Sultra masih cukup tinggi.
“Saat ini konsumsi beras kita berada dikisaran 103 kilogram perkapita per tahun. Artinya, satu orang masih mengkonsumsi beras sampai 103 kilogram perkapita per tahun,” kata Ari Sismanto, Jumat (28/7).
Sedangkan, kata dia, dalam peraturan menteri (Permen) kesehatan, konsumsi beras harusnya maksimal berada dikisaran 85 kilogram perkapita per tahun. Sehingga, tingkat konsumsi beras masyarakat Sultra harus diturunkan.
“Kenyang tidak harus dengan nasi. Makanya, substitusi pangan nasi bisa dilakukan dengan sagu, sorgum, ubi-ubian, jagung, pisang. Serta masih banyak sumber makanan lain yang bisa mengganti nasi untuk dikonsumsi,” jelasnya.
Dia menjelaskan, tentu bila melihat tingkat produksi, ketersediaan beras Sultra sesungguhnya masih sangat aman dan melimpah. Namun, konsumsi ini sangat berpengaruh dengan kesehatan masyarakat.
Karena itu, pentingnya makanan yang mengandung B2SA artinya beragam, bergizi seimbang dan aman. “Karena itu diversifikasi pangan terus kita lakukan melalui edukasi B2SA. Sebab, B2SA merupakan makan yang beragam terdiri dari sayur, buah, lauk pauk, nutrisi dan karbohidrat. Kita harus terus mengedukasi masyarakat. Sebab, dengan konsumsi B2SA kita bisa ciptakan generasi muda yang handal, aktif, produktif dan berdaya saing,” terangnya.
Melalui edukasi yang rutin dilakukan, ia berharap tingkat konsumsi beras bisa menurun. Kemudian konsumsi sayur-sayuran dan protein bisa lebih ditingkatkan.
“Sehingga pola pangan ke depan, skornya bisa menjadi lebih baik. Dengan begitu, masyarakat bisa jauh lebih sehat,”harapnya. (rah/b)