KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Sebagai salah satu daerah berkembang, Kota Baubau turut menjadi lokus tumbuh kembang penyakit berbahaya. Mobilisasi barang dan orang yang cukup tinggi menjadi pemicunya. Sebut saja HIV/AIDS, penyakit seksual menular yang mematikan itu sudah menjadi ancaman nyata bagi warga metro.
"Faktanya, di kota kita ini sudah banyak ditemukan kasus itu, sehinga masyarakat harus terus waspada. Kita sebagai pemerintah juga perlu kiat-kiat serius agar hal bisa diredam penyebarannya," kata Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse, saat membuka kegiatan orientasi layanan tes dan pengobatan HIV/IMS tingkat Kota Baubau tahun 2023, Rabu (26/7).
Dalam orientasi itu terungkap, data sistem informasi HIV/AIDS mencatat tren peningkatan kasus setiap tahun. Pada 2021 ditemukan sebanyak 40 kasus, tahun 2022 meningkat 100 persen lebih dengan temuan 88 kasus. Hingga Juni tahun ini, 59 kasus juga sudah terdata. Artinya masih ada potensi melampaui angka tahun sebelumnya.
Jika dihitung sejak tahun 2007 saat penyakit mematikan itu mulai masuk di Kota Baubau hingga kini, sudah ditemukan 876 kasus. Dari total kasus ini yang memenuhi syarat terapi antiretroviral (art) sebanyak 743 orang dan on art 233 orang. Selebihnya ada yang hilang kontak, berhenti berobat, meninggal dan rujuk keluar, total 510 orang.
"Dari data itu jelas sekali kita melihat, bahwa ini ancaman serius. Apalagi mobilisasi masyarakat kita cukup tinggi, keluar masuk Kota Baubau setiap hari itu terjadi," sambung Monianse.
Saat ini seluruh layanan kesehatan di Kota Baubau, baik Rumah Sakit maupun Puskesmas telah dapat melakukan pelayanan pemeriksaan HIV/IMS. Akan tetapi khusus untuk tindakan perawatan dan pengobatan (PDP) baru dua unit layanan yang bisa melakukannya yakni BLUD RSUD Palagimata dan Puskesmas Wajo.
"Masalahnya ada pada sumber daya manusia kita masih kekurangan yang terlatih dan kompentesinya cukup. Sehingga masih benar-benar butuh peningkatan kapasitas pelayanan," papar Baubau-1 itu.
Sementara untuk kebijakan pengendalian HIV/AIDS dan IMS mengacu pada kebijakan global getting three zeros. Artinya, menurunkan hingga meniadakan kasus baru HIV/AIDS, menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berkaitan, meniadakan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
"Dan itu akan sulit dicapai jika cakupan penemuan kasus dan akses pemberian pengobatan masih rendah serta kualitas sumber daya dalam melakukan konseling test, juga kepatuhan berobat masih terbatas," kata Monianse.
Olehnya itu, Ketua Rajawali Garda Pemuda Indonesia (RGPI) Sulawesi Tenggara tersebut berharap agar orientasi layanan test dan pengobatan HIV/IMS menjadi momentum peningkatan kapasitas petugas dalam memberikan pengobatan. Sehingga setiap orang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan sesuai standar.
"Mari saling bergandengan tangan dan semangat untuk bersinergi dalam rangka mewujudkan eliminasi AIDS tahun 2030. Harapan besar saya bahwa pasca kegiatan ini, semua pihak mampu melaksanakan apa yang menjadi kewenangannya dalam rangka mewujukan tujuan tersebut," pungkasnya. (b/mel/lyn)
Peningkatan Penderita HIV/AIDS di Kota Baubau :
- Tahun 2021 : 40 kasus
- Tahun 2022 : 88 kasus
- Hingga Juni 2023 : 59 kasus
- Dihitung sejak tahun 2007 pertama masuk di Kota Baubau hingga kini, sudah ditemukan 876 kasus.
- Dari total kasus ini yang memenuhi syarat terapi antiretroviral (art) sebanyak 743 orang dan on art 233 orang.
- Selebihnya hilang kontak, berhenti berobat, meninggal dan rujuk keluar.
- Saat ini seluruh layanan kesehatan dapat melakukan pelayanan pemeriksaan HIV/IMS.
- Tapi khusus tindakan perawatan dan pengobatan (PDP) baru dua unit layanan : BLUD RSUD Palagimata dan Puskesmas Wajo.