KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Kepala BNPT Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengungkapkan, arus informasi yang masuk melalui internet kini sudah tidak dapat dibendung lagi dari konten negatif. Salah satu akses negatif itu terkait banjirnya pesan bermuatan ideologis yang dapat memberi pengaruh kontraproduktif terutama kepada generasi muda.
"Sekarang sudah tidak bisa dibendung lagi berbagai informasi yang masuk ke seluruh lapisan masyarakat, baik secara langsung, secara offline, maupun online. Ideologi ini masuk, karena sekarang sel-sel yang membangun ideologi kekerasan bukan hanya dengan kegiatan terbuka," kata Rycko Amelza dalam keterangannya, Minggu (16/7), kemarin.
Hasil penelitian dalam laporan I-KHub BNPT Counter Terrorism and Violent Extremism Outlook 2023 juga mengonfirmasi kerentanan generasi muda Indonesia. Interaksi online yang belakangan menjadi tren arus utama, terutama pada masa pandemi Covid-19, dimanfaatkan oleh kelompok ekstremis untuk melakukan radikalisasi online.
"Tiga tahun masa pandemi kita lebih banyak menggunakan interaksi sosial online. Ternyata ini dimanfaatkan dengan menggunakan radikalisasi online yang disebut dengan online radicalization. Dari online radicalization ini kelompok paling banyak meningkat terpaparnya adalah pemuda, perempuan dan anak-anak," ucap Rycko.
Oleh karena itu, ia mengatakan penting bagi pihak yang berkepentingan untuk membangun public awareness atau kesadaran publik. Publik yang sadar dengan sendirinya tidak akan gampang terjerat janji-janji surgawi yang ditawarkan kelompok radikal ekstrem. "Sehebat apapun mereka mengajarkan ideologi kekerasan, kalau masyarakat menolak, enggak akan ada gunanya," papar Rycko.
Oleh karena itu, Rycko menginstruksikan agar seluruh jajaran BNPT untuk melanjutkan kampanye kontraradikaliasasi online yang sejauh ini terus diperkuat guna membangun kedamaian di ruang digital. Seluruh jajaran BNPT diminta terus kreatif, terus masif untuk membangun public awareness baik secara offline turun ke lapangan maupun online sehingga Indonesia yang harmoni dapat terwujud.
"Gunakan berbagai macam platform digital untuk membangun kesadaran publik agar menolak apapun itu ideologinya, yang mengajarkan tentang kekerasan, yang mengajarkan tidak bisa menerima perbedaan, yang mengajarkan untuk membenci sesama ke kelompok, apalagi membenci pemerintah, menentang ideologi kita," pungkasnya. (jpg)