Pelda TNI Wawan Mulyana, Babinsa Sekaligus Imam Masjid

  • Bagikan
Pelda TNI Wawan Mulyana imam masjid Kecamatan Ranomeeto saat percaya menjadi imam salat Idulfitri.

Mengabdi dengan Niat Lillahi Ta'ala, Bersyukur Didukung Komandan

Jarum jam menunjukan pukul 10.00 wita, Kamis (25/5), lalu. Seorang prajurit TNI Angkatan Darat berbalut Pakaian Dinas Harian (PDH) TNI AD duduk diberanda depan rumahnya. Nampaknya ia sedang menanti tamu. Dia adalah Pembantu Letnan Dua (Pelda) TNI Wawan Mulyana, imam Masjid Fastabiqul Khairat Kecamatan Ranomeeto.

REPORTER : I NGURAH PANDI SANTOSA, (Konawe Selatan)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Suasana asri terhampar di rumah berkonstruksi beton milik Pelda Wawan. Tanaman menghijau, menghiasi sudut-sudut pekarangan rumah dibilangan Jalan Mandiri RT 001/RW 001 Kelurahan Ranomeeto, Konawe Selatan.

Jabat tangannya hangat dibarengi senyumnya merekah kala menyambut wartawan Kendari Pos. Sangat ramah. Wajahnya nampak teduh dan berseri. Mungkin sering tersapu air wudhu.

Sikap santunnya jauh dari kesan TNI yang sangar dan keras. Dibalik kesantunannya, masih terasa wibawanya sebagai anggota TNI yang dibentuk dengan pendidikan militer.
Postur prajurit TNI sekaligus imam masjid itu masih gagah dan tegap di usia 51 tahun.

Pelda TNI Wawan Mulyana sehari-hari bertugas sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) Koramil 1417-11 Ranomeeto, unit kerja Kodim 1417 Kendari Korem 143 Halu Oleo.
Di tengah menunaikan tugas negara, Pelda Wawan tak melupakan kodratnya sebagai insan beriman. Salat fardu 5 waktu selalu ditunaikan di masjid dan membangun relasi dan interaksi dengan masyarakat di wilayah tugasnya.

Pelda TNI Wawan Mulyana usai diwawancara wartawan Kendari Pos dikediamannya di Kelurahan Ranomeeto.

Masyarakat Kecamatan Ranomeeto mengamanahkan Pelda Wawan menjadi imam masjid. Bahkan Bupati Konawe Selatan, Surunuddin Dangga meresmikan jabatan itu melalui Surat Keputusan (SK). Pelda Wawan bersama 24 orang dari kecamatan lainnya
diangkat sebagai imam masjid oleh bupati.

"Saya tidak menyangka mendapat kepercayaan sebagai imam masjid Kecamatan Ranomeeto. Karena dari awal saya mencari ilmu untuk membekali diri, menjadi hamba yang taat. Saya ikhlas dengan niatan Lillahi Ta'ala (Karena Allah SWT). Amanah ini saya terima setulus hati," ujar Pelda Wawan kepada Kendari Pos.

Penyandang S1 Hukum Islam di IAIN Kendari itu mengaku awalnya ia hanya pembantu imam masjid. Dari sana ruang Pelda Wawan mengabdi kepada umat semakin luas. Teguh ia niatkan meluaskan jalannya untuk pengabdian. Sampai akhirnya, masyarakat mendorongnya ikut pemilihan imam masjid dan mendapat suara terbanyak. Hingga Pelda Wawan menerima SK menggantikan imam sebelumnya yang pindah tugas.

"Ketika itu pak camat meminta saya ke kantor Bupati Konsel di Andoolo. Saya bertanya-tanya dalam rangka apa dipanggil. Rupanya saya disiapkan menerima SK imam kecamatan," kisah Pelda Wawan.

Ayah 4 anak itu sebenarnya rikuh menerima amanah tersebut. Ia merasa belum pantas mendapat kepercayaan itu. Bukan pesimis, tapi masih banyak yang lebih mampu memimpin umat. "Namun kini, tugas sebagai imam telah saya terima sebab saya dipercayakan, maka sejak awal saya niatkan Lillahi ta'ala," tuturnya.

Mengemban tugas sebagai prajurit TNI AD tak membuat Pelda Wawan kaku dalam kegiatan syiar Islam. Sejak kecil hingga remaja dan masuk TNI AD, kegiatan keagamaan sudah akrab dalam kehidupan Pelda Wawan. "Alhamdulillah sejak remaja, saya senang bantu-bantu di masjid. Kalau waktunya salat, saya adzan. Lalu, ikut pengajian pengajian dan bersih-bersih masjid," imbuhnya.

yang masih aktif bertugas tak menyurutkan langkah Pelda Wawan Mulyana menegakan syiar dakwah Islam yang rahmatan lil alamin. Ditengah tugas-tugasnya sebagai Babinsa Koramil 1417-11 Ranomeeto, Pelda Wawan diamanahkan masyarakat menjadi Imam Masjid Fastabiqul Khairat Kecamatan Ranomeeto.

Prajurit TNI AD yang pernah turun di palagan Operasi Timur-Timor tahun 1997 itu mengungkapkan pernah menempuh pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di pesantren Al Muhajirin Darussalam, Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe. "Saya bukan pesantren yang full mondok, tapi pulang balik ke rumah karena saat itu harus membantu orang tua. Jadi sambil mondok, kerja, dan sekolah juga," cerita ayah dari Ajeng Nandaztya Putri, Salfira Az Zahra, Ghafidz Altaf Al Abbab dan Hafis Altaf El Lubbab itu.

Selama menempuh pendidikan di MTs, pria kelahiran Purwakarta, 6 Maret 1972 itu pernah menyumbangkan prestasi untuk sekolahnya. Ia juara III pada ajang STQ se-Kecamatan Pondidaha. Pelda Wawan muda telah memiliki dasar kuat mendalami ilmu agama. Sejak kecil tertarik menggali ilmu agama Islam.

"Menurut saya esensi beragama adalah bagaimana implementasi kita di kehidupan sehari-hari. Saya bukan hafidz Qur'an, tapi sebisa mungkin Qur'an selalu saya baca dan diamalkan dalam bermasyarakat," kata suami dari Irma Irianti, SHI., M.Pd itu

Prajurit yang pernah turun dalam Operasi Darmil Timur-Timor tahun 1999 itu mengisahkan prosesnya menjadi anggota TNI AD. "Tahun 1993, saya mendaftar TNI di Kendari dan masuk pendidikan tahun 1994. Tugas pertama di Batalyon Infanteri (Yonif) 700 di Makassar. Tahun 2001, saya bertugas di Yonif 725 / Woroagi," terangnya.

Di Yonif 725 Woroagi, Pelda Wawan dipercayakan komandan untuk membina istri prajurit (Persit Kartika Chandra Kirana) dan keluarganya yang ditinggal bertugas ke Irian Jaya Papua tahun 2001. Pelda Wawan membina dalam kegiatan keagamaan dan pengajian.

Dalam bertugas, tak jarang Pelda Wawan menerima penghargaan dengan panggilan ustaz. Ia mengaku tak pernah meminta dipanggil seperti itu, tapi orang-orang sekitarnya yang memberi dukungan. Bahkan komandannya pun memanggil dengan sebutan ustaz.

"Selama menjalankan tugas dan kewajiban tanpa pamrih. Baik dalam tugas sebagai tentara, maupun acara keagamaan lain seperti aqiqah atau semacamnya. Saya tidak pernah mengharap imbalan atau embel-embel apapun. Saya kerjakan semua dengan niatan ikhlas setulus hati," tuturnya.

Hal itu terus dipegang teguh Pelda Wawan hingga saat ini. "Semenjak pindah di Koramil, pengabdian kepada masyarakat terus saya lakukan. Karena sudah menjadi kewajiban dan saya terbiasa melakukannya, berbaur dengan masyarakat," katanya.

Mengemban amanah imam sekaligus tentara dalam tugasnya sebagai Babinsa Koramil 11 Ranomeeto dan Danpos, tak dijadikan sebagai beban. Justru makin meneguhkan langkahnya berkontribusi untuk masyarakat.

"Sebagai tentara saya bersyukur memiliki pimpinan (komandan) yang selalu mendukung. Saya harus bijak membagi waktu dalam bertugas, baik di kesatuan maupun kepada umat," tegas Pelda Wawan.

Pemegang bintang Satya Lancana Operasi Seroja itu mengaku memiliki tantangan dalam menunaikan tugas sebagai imam. Sebab, ia harus mampu menjaga sikap dan perilaku di tengah masyarakat. "In Sya Allah itu bukan masalah. Sebab selama ini saya tulus dan menjalani kehidupan ini niat karena Allah SWT. Saya serahkan semuanya kepada Allah SWT," terangnya.

Prajurit yang pernah bertugas dalam Operasi Aceh tahun 2006 itu mengaku dalam setiap kesempatan ia menegakan ukhuwah Islamiyah di wilayahnya. Berjuang mempererat persatuan dan kesatuan, menguatkan rasa persaudaraan. "Di tengah keberagaman dan latar belakang masyarakat yang berbeda, tentunya sangat penting untuk mempererat persaudaraan dan persatuan. Itulah yang selama ini kita jaga bersama-sama," tutup pemegang bintang Satya Lancana Dharma Nusa itu. (ndi/b)

  • Bagikan