Pelayanan UGD RSJ Kendari Dinilai Buruk, Dokter Datangnya Siang

  • Bagikan
Ardiansyah, anak Muh Natsir mendapat perawatan petugas medis RSJ Kendari, kemarin. Muh Natsir sebelumnya sempat mengamuk karena menganggap pelayanan tidak maksimal.

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Muh. Natsir (64), tak kuasa menahan emosi saat mengantar anaknya, Ardiansyah di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kendari, Rabu (10/5) kemarin. Warga yang tinggal di perumahan BPD Jalan Abunawas nomor C3 Kecamatan Mandonga, Kendari ini, merasa kesal dengan pelayanan rumah sakit. Dia mengaku dipersulit saat merujuk anaknya berobat di RS tersebut. Buntutnya, dia mengamuk sambil membanting kursi di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSJ Kendari.

Aksi nekat ini, sempat membuat suasana rumah sakit gaduh, hingga akhirnya petugas kepolisian datang di TKP. Natsir menceritakan, aksi nekat itu terpaksa dia lakukan, berawal saat mengantar anaknya, yang dirujuk dari Puskesmas Perumnas ke RSJ untuk mendapatkan perawatan. “Awalnya anak saya menderita penyakit sesak nafas, gemetar, batuk dan panas. Pada hari Selasa (9/5), saya bawa di Puskesmas untuk diperiksa. Namun pihak Puskesmas menyarankan segera bawa di RSJ Kendari. Karena anak saya memang pernah masuk di RSJ dua bulan lalu. Nah, setelah mereka melihat riwayatnya, pihak Puskesmas mengeluarkan rujukan ke RSJ. Kata mereka, di sana lebih bagus untuk penanganan penyakit yang diderita anak saya,” beber Nasir kepada Kendari Pos, Rabu (10/5) kemarin.

Selanjutnya, keesokan harinya atau tepatnya, Rabu (10/5), Muh. Natsir akhirnya membawa anaknya di Unit Gawat Darurat (UGD) RSJ Kendari. Dia tidak tahan melihat anaknya meringkik menahan sakit atas penyakit yang diidapnya. “Saya tiba sekitar pukul 10.00 Wita di UGD RS Jiwa. Saat menyampaikan kondisi anak saya, agar cepat ditangani, petugas bilang harus ke RS Umum. Saya merasa dipersulit,” jelasnya.

Padahal, lanjut Natsir, ini kondisi gawat. Dirinya sempat menjawab, kalau ini sudah rujukan dari Puskesmas yang menyarankan ke UGD RSJ. Namun petugasnya tetap ngotot. “Saya sempat diarahkan, ketemu kepala ruangan UGD. Namun dia tetap memberi saran yang sama. Katanya harus ke RS umum. Setelah itu, saya diarahkan kembali ke bagian pelayanan. Saya harus bolakbalik. Padahal, ini belum ada tindakan apapun dari pihak mereka. Akhirnya saya mengamuk dan banting kursi, hingga akhirnya polisi datang. Lalu saya jelaskan alasannya kenapa saya mengamuk,” cerita Natsir dengan nada kesal.

Selang beberapa menit kemudian, lanjut Natsir, anaknya mulai ditangani, dengan diperiksa oleh perawat, namun lagi-lagi Natsir belum tenang. Karena harus menunggu dokter. Sementara, anaknya makin gawat dan berteriak menahan sakit. “Perawat bilang, dokter datang pukul 11.00 Wita. Langsung saya marah-marah lagi. Karena menurut saya pelayanan RSJ ini buruk. Pasien sudah menumpuk, belum ada penanganan dari dokter, bagaimana dengan anak saya dalam kondisi darurat. Karena kesal, akhirnya saya nekat foto semua ruangan, dan masuk di ruang tindakan, cari dokter. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 Wita, dokter belum juga datang, sementara pasien sudah gelisah, termasuk saya. Jadi saya mengamuk karena pelayanan RSJ tidak profesional. Harusnya kalau darurat itu, segera ambil tindakan dulu karena persoalan nyawa, adapun untuk administrasi nanti belakangan. Bagaimana pasien mau sembuh kalau pelayanan buruk seperti ini,” geramnya.

Tak lama kemudian, dokter datang. Sekira pukul 12.00 WITA, baru ada tindakan. Itupun anaknya harus dirujuk lagi ke RS Bahteramas. Sekalipun belum ada penanganan intens, tapi dirinya tetap bersyukur sudah ditangani dokter dan harus dirujuk lagi. Secara terpisah, Direktur RSJ Kendari, dr. Putu Agustin mengungkapkan, dirinya belum mengetahui adanya insiden lembaga yang dipimpinnya itu. “Saya belum tahu. Ini saya lagi menuju Koltim mengikuti Pameran Pembangunan HUT Sultra. Biasanya kalau ada komplain atau ada masalah ketidakpuasan pasien, nanti diarahkan ke ruang pengaduan. Nanti akan dievaluasi,” ungkapnya saat dihubungi via selulernya.

Adapun terkait pelayanan, kata dia, pihaknya sudah memberikan pelayanan sesuai SOP. “Tidak ada yang mempersulit. Semua pelayanan tetap maksimal. Dokter juga begitu,” imbuhnya. (b/ kam)

  • Bagikan