Bentuk Posko, Parinringi Libatkan Lintas Sektor

  • Bagikan
Parinringi


--Bentuk Posko, Tetapkan Lokus Tengkes

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Penjabat (Pj) Bupati Kolaka Utara (Kolut) Parinringi begitu konsen menangani persoalan tengkes (stunting). Berbagai intervensi dilakukan untuk menekan penyakit gagal tumbuh. Sejumlah titik telah ditetap sebagai lokus penanganan. Untuk memastikan pelaksanaan program, mantan Wakil Bupati (Wabup) Konawe tersebut rutin melakukan evaluasi dan rembuk bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) guna mengukur efektifitas penanganan tengkes itu.

"Ini harus kita atasi bersama. Jadi tak hanya dilakukan sektor kesehatan saja. Sebab banyak indikator yang menjadi penyumbang angka stunting. Mulai perilaku hidup bersih, tingkat kesejahteraan, keterbatasan pengetahuan masyarakat hingga rendahnya akses pelayanan kesehatan. Untuk itulah, harus melibatkan lintas sektor. Intervensi bersama ini akan mempengaruhi sektor non kesehatan," jelas Parinringi, Senin (27/3).

Pembentukan Posko penanganan tengkes lanjut Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Sulawesi Tenggara (Sultra) ini, diharapkan mengurangi persentase kolektif kasus gagal tumbuh pada anak. Di sisi lain, Parinringi meminta peran aktif TPPS. Jangan hanya menunggu laporan, tapi harus turun melakukan tracking di lapangan. Sinergitas dan kekompakan antar lintas sektor harus terus dibangun. Apalagi penanganan stunting merupakan langsung instruksi Presiden Joko Widodo.

"Kesuksesan penanganan stunting diperlukan komitmen TPPS. Sebagaimana tercantum dalam lima pilar penanggulangan. Diantaranya, komitmen dan visi kepemimpinan, konvergensi koordinasi dan konsolidasi pusat hingga daerah ketahanan pangan dan gizi serta pemantauan dan evaluasi. Untuk itulah, semua pihak harus memahami Tupoksinya masing-masing. Dengan begitu, semua berjalan sesuai target," jelas Parinringi.

Sesuai data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) sambung mantan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Sultra tersebut, tingkat prevalensi stunting di Kolut 24,5 persen. Untuk itulah, harus dilakukan intervensi program. Mulai upaya pemenuhan gizi masyarakat terutama bagi mereka yang rentan stunting. "Ingat, sistem pelaporan harus dimantapkan demi percepatan penurunan stunting. Jika ada kasus, penganannya lebih cepat untuk mencegah jatuhnya korban jiwa," ujar Parinringi. (mal)

  • Bagikan