"Jika kamu mendidik seorang lelaki, maka kamu sedang mendidik satu dari jutaan penduduk bumi ini. Tapi, jika kamu mendidik seorang perempuan, maka sesungguhnya kamu tengah mendidik sebuah bangsa”
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID--Hari Perempuan Internasional diperingati setiap tahun. Tepatnya, tiap 8 Maret. Hal ini, merujuk pada sejarah mogok kerja wanita Rusia tahun 1917. Aksi mogok para perempuan tersebut, terjadi pada 8 Maret, yang kini ditandai sebagai Hari Perempuan Internasional.
Peringatan global ini, sebagai bentuk perayaan terhadap prestasi wanita tanpa memandang asal, etnis, bahasa, budaya, dan ekonomi, serta pandangan politik. Hari Perempuan Internasional, juga merupakan perjuangan mencapai perdamaian dan kesetaraan bagi kaum wanita di seluruh dunia.
Dilansir situs UN Women, Hari Perempuan Internasional 2023 mengusung tema "DigitALL: Innovation and technology for gender equality" atau "DigitALL: Inovasi dan teknologi untuk kesetaraan gender". Tema tersebut, berfokus pada peran teknologi dan pendidikan digital secara global bagi kaum perempuan.
Peringatan Hari Perempuan Internasional 2023 oleh PBB bertujuan, untuk memperjuangkan hak perempuan dan anak perempuan dalam kemajuan bidang teknologi transformatif dan pendidikan digital. Tema peringatan tahun ini, diharapkan mampu menciptakan kemajuan teknologi digital, yang membuka pintu baru bagi pemberdayaan perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia.
Perempuan dan Emosi
Perempuan adalah makhluk yang selalu punya legitimasi saat menangis. Ketika bersenang-senang, orang akan memakluminya dengan dalih bahwa dia berhak bahagia. Bagaimana tidak, saat dia PMS, emosinya susah ditebak. Dia menjadi mudah marah, depresi, mudah menangis, kepekaan berlebihan, gugup dan cemas, kesedihan dan amarah yang bergantian.
Menurut para peneliti, gangguan emosional ini diduga terkait dengan naik turunnya hormon, khususnya estrogen sepanjang siklus menstruasi. Belum lagi saat dinyatakan positif hamil. Dia tidak lagi mengalami PMS memang, tapi lagi-lagi, punya pemakluman saat perasaannya lebih sensitif.
Konon, perubahan suasana hati dan menangis adalah hal normal dari kehamilan. Terutama selama trimester pertama, saat hormon sedang naik-naiknya. Kadar estrogen dan progesteron yang lebih tinggi, bertanggung jawab atas perubahan suasana hati, sehingga ibu hamil cenderung lekas marah dan mudah merasa sedih. Bahkan tingkat kecemasannya akan berlanjut, hingga detik-detik persalinan.
Setelah melahirkan, apakah perempuan akan baik-baik saja dan bisa lebih stabil emosinya? Belum selesai. Dia masih berpotensi mengalami baby blues. Sindrom ini merupakan, gangguan suasana hati yang dialami ibu setelah melahirkan. Sehingga, menyebabkan ibu mudah sedih, lelah, lekas marah, menangis tanpa alasan jelas, mudah gelisah, dan sulit untuk berkonsentrasi.
Levelnya beragam, mulai dari ringan hingga berat, tergantung kondisi lingkungannya. Bahkan bisa berlangsung selama menyusui.
Bagaimana dengan perempuan yang belum diberi lampu hijau oleh Allah agar dalam rahimnya tumbuh kehidupan baru? Perlu diingat, bahwa kita juga harus hati-hati dalam menggunakan diksi agar perasaannya tidak tersinggung bahkan tertekan. Dukungan berupa kalimat positif harus lebih banyak kita berikan kepadanya.
Lihatlah! Betapa perempuan adalah makhluk ciptaan Allah yang harus senantiasa disentuh dengan kelembutan. Tetapi alasan ini, tidak lantas dibesar-besarkan oleh perempuan itu sendiri, sehingga menghambat aktivitasnya untuk berkarya.
Perempuan dan Teknologi
Rendahnya apresiasi perempuan terhadap hak-hak hidupnya, adalah suatu hal yang menyalahi kodratnya sebagai manusia, karena hak-hak hidup merupakan sesuatu yang bersifat asasi dan universal. Setiap manusia berkebutuhan terhadap hak-hak tersebut, baik laki-laki maupun perempuan. Sifat kebutuhan dasar manusia tersebut adalah alamiah, dalam konteks apa dan dimanapun senantiasa menjadi perhatian. Hanya saja, dalam implementasinya masih jauh dari harapan. Apalagi jika ditetapkan sebuah standar kelayakan dalam mencapai hak-hak hidup tersebut.
Perempuan memiliki berbagai posisi strategis, untuk mendukung kegiatan pembangunan. Oleh karena itu, upaya pengembangan potensi perempuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah suatu keharusan. Terlebih, peran perempuan dalam keluarga, dinilai sebagai kunci keberhasilan dalam membangun masyarakat dan negara yang ideal.
Saat ini, kemajuan masyarakat dan negara, tidak bisa lepas dari peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Untuk menunjang keberhasilan pembangunan, keterampilan dan keterlibatan kaum perempuan dalam pemanfaatan TIK, tidak bisa dipisahkan di era globalisasi seperti sekarang. TIK menjadi kekuatan perubahan terbesar dalam membuka pintu pengetahuan, juga memberikan banyak manfaat bagi kaum perempuan. Khususnya dalam meningkatkan produktivitas, membuka peluang ekonomi, meningkatkan taraf hidup diri dan keluarganya, serta memberikan kontribusi yang lebih besar pada ekonomi dan sosial.
Sesuai data yang dirilis Asosisasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia (Puskakom – UI), pada tahun 2015, jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 88,1 juta atau 34,9% dari total 252,4 juta penduduk. Sementara data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), saat ini hanya sedikit kaum perempuan yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan kesempatan untuk memahami Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Oleh karena itu, perempuan perlu memiliki kompetensi dasar untuk bisa mengoptimalkan penggunaan TIK seperti dalam kegiatan rumah tangga, perempuan bisa menggunakan internet untuk pendidikan, memahami dampak positif dan negatif, juga berkaitan dengan fitur-fitur dan parental control. Sementara dalam kegiatan ekonomi, lebih pada bagaimana internet bisa digunakan sebagai rumusan strategi pemasaran, bagaimana membuat media promosi (melalui website dan blog). Adapun dalam kegiatan sosial, bagaimana para perempuan yang bergerak sebagai aktivis sosial, internet bisa digunakan melakukan campaign, advokasi, edukasi publik, membangung jejaring, dan lain sebagainya.
Perempuan Dalam Perspektif Islam
Kedudukan perempuan sebenarnya sangatlah mulia di dalam Islam. Namun, perlu upaya agar mereka mendapatkan tempat istimewa tersebut. Salah satunya, dengan pendidikan dan peningkatan budi pekerti, akhlak ataupun fungsinya tersebut, ada yang sama dan ada yang berbeda.
Setiap perempuan adalah hebat, selama menjalankan perannya dengan ikhlas dan bahagia. Entah sebagai istri, ataupun seorang ibu. Perempuan, saat menjadi seorang istri, menjadi kuat karena kelembutannya. Saat menjadi seorang ibu, menjadi tangguh karena keterbatasannya.
Menyoal adagium yang selama ini akrab di telinga kita, bahwa selalu ada perempuan kuat di balik setiap lelaki hebat, tentu tidak keliru. Tetapi bukan berarti perempuan tak berhak untuk menorehkan sejarahnya sendiri. Sebab dia pun punya andil dalam mengabdi kepada masyarakat, negara, bahkan semesta alam. Terlepas seberapa besar pengaruh lelaki hebat di dekatnya.
Islam adalah agama yang telah khatam membahas peran antara laki-laki dan perempuan. Baik dari segi peran domestik maupun peran publik. Tentang fastabikul khairat, tentang memperebutkan pahala dan ridho Allah SWT.
ﻭَﻟِﻜُﻞٍّ ﻭِﺟْﻬَﺔٌ ﻫُﻮَ ﻣُﻮَﻟِّﻴﻬَﺎ ﻓَﺎﺳْﺘَﺒِﻘُﻮﺍْ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ ﺃَﻳْﻦَ ﻣَﺎ ﺗَﻜُﻮﻧُﻮﺍْ ﻳَﺄْﺕِ ﺑِﻜُﻢُ ﺍﻟﻠّﻪُ ﺟَﻤِﻴﻌﺎً ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّﻪَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ
Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
( Q.S Al- Baqarah : 148 )
Masih banyak peran yang harus dimaksimalkan seorang perempuan. Terlalu banyak proyek peradaban yang harus dikerjakan. Ketimbang sibuk meributkan hal remeh-temeh yang seharusnya menjadi bumbu kehidupan. Tentu saja, selama tidak menambrak rambu-rambu syariat yang sudah Allah SWT gariskan.
Sekali lagi, perempuan itu memiliki modal cantik dan cerdas. Tinggal kita memilih, sisi mana yang akan ditonjolkan. Kecantikan yang bisa hilang dimakan usia, atau kecerdasan yang membuat kita se-frekuensi bersama pasangan, hingga mampu menembus jendela dunia dari sisi mana saja.
Urusan perempuan bukan hanya seputar fashion, food dan fun. Bukan juga sekitar kasur, sumur dan dapur semata. Pun keterampilannya, harus lebih dari sekadar mengukir alis, menyapukan kuas make up berlapis-lapis atau mengoleksi tuppy berbaris-baris dan menimbun banyak gamis. Perempuan tidak bisa menjadi tiang negara, bahkan surga tak mungkin diletakkan di kakinya jika perannya sekerdil itu. Pada akhirnya, perempuan cerdas itu harus. Cerdas dan cantik itu bonus. Cantik tapi tidak nyambung, itu kasus. Seorang tokoh dunia pernah mengatakan: Jika kamu mendidik seorang lelaki, maka kamu sedang mendidik satu dari jutaan penduduk bumi ini. Tap jika kamu mendidik seorang perempuan, maka sesungguhnya kamu tengah mendidik sebuah bangsa”. (*)
Penulis adalah Pengurus Persaudaraan Muslimah PW Sultra